Beberapa minggu lamanya telah lewat sejak kepulangan dari negeri yang terkenal dengan perangnya melawan Amerika yang telah menghiasi berbagai film di layar lebar. Ada semacam kerinduan untuk me-memento-kan pengalaman yang tak terlupakan itu. Perjalananku dimulai dari suatu keinginan untuk menggenapi impian, mengunjungi Halong Bay ( pertama kali melihat di harian Kompas, hati langsung terkesan ). Terbukalah kesempatan itu ( menghabiskan cuti yang beberapa hari lagi hangus ) dan langsung disambar dengan senang hati.
Persiapan dilakukan dengan kilat, pesan tiket, pesan penginapan, tukar duit ( waktu itu perhitungan selisih kurs lebih menguntungkan apabila tukar dollar, baru kemudian tukar đống disana, jangan lupa siapkan đống sedikit untuk ongkos taksi ) dan menjelajahi travelfish. Menjadi Backpacker!
Mendarat di Tan Son Nhat, Ho Chi Minh pukul 8 malam, kesan pertama adalah bersih, modern. Pelayanan imigrasi cukup cepat (sedikit catatan, bahasa Inggris tidak terlalu fasih ), dan aku tidak merepotkan diri dengan mem-bagasi-kan backpack ( backpack 40 liter masih mampir dengan manis dibagasi kabin ), jadi langsung melenggang!
Perjalanan ke tempat menginap di distrik 1 dilakukan dengan taksi ( ah dengan banyaknya peringatan yang dibaca di internet, membuat pengalaman naik taksi yang pertama mengubah rasa kuatir menjadi ”vietnam experience” ) dan hanya ditempuh dibawah 1 jam ( bayangkan dengan Jakarta :P ). Lalu lintas cukup ramai tapi lancar dan tidak tersendat.
Tiba di Pham Ngu Lao, situasi cukup ramai ( ramai yang lebih mirip jalan sabang pada jumat malam daripada prj pada sabtu malam :P ). Distrik 1 adalah surganya backpacker, banyak kutemui sesama backpacker dari Eropa, Amerika, Asia ( terutama orang Jepang, Cina -Vietnam bagian utara berbatasan langsung dengan Cina- dan Korea ).
Tinggal di penginapan dengan gaya Backpacker adalah pengalaman yang sangat unik dan menyenangkan ( walaupun bukan yang pertama, beberapa tahun yang lalu penginapan backpacker di singapura pernah dijajal. Waktu itu bersama dengan 7 teman, sehingga pengalaman yang didapat sedikit berbeda, kurang backpacker-ish ;) ). Analoginya seperti melanglang buana di dalam kamar. Berbagai macam bangsa dalam satu ruangan kecil, tak lebih dari 5x5 meter, membuat pengalaman interaksi menjadi luar biasa. Pertemuan dan perpisahan menjadi suatu hal biasa. Kehidupan menjadi dinamis dalam arti yang sebenarnya.
Bahasa inggris menjadi penghubung yang ampuh untuk sesama backpacker, walaupun untuk warga vietnam sendiri yang kutemui tidak banyak yang bisa berbahasa inggris dengan lancar ( menulis nama jalan adalah ide bagus, dan latihlah bahasa tarzan anda, ya tentu saja selain belajar bahasa vietnam itu sendiri :D ).
Situs warisan dunia UNESCO, “Teluk Naga Menukik”, terdiri dari ribuan bukit batu lime dan pulau kecil
1976 Saigon berganti nama jadi Ho Chi Minh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H