Mohon tunggu...
Hanz Armand
Hanz Armand Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blogger - Undergraduate Student - Universitas Airlangga

Lahir di Jakarta, Indonesia, Mohammad Hanzalla Armand berusia 20 tahun dan sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga, Surabaya. Menyukai hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan dunia, lifestyle, sosial budaya, ekonomi bisnis, musik, olahraga, teknologi, dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kuliah Umum Ilmu Sejarah UNAIR: Discussion William Bradley Books and Journals

21 November 2021   18:00 Diperbarui: 21 November 2021   18:03 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang dapat diketahui, Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga tidak jarang melakukan diskusi-diskusi menarik, salah satunya melalui pertemuan forum kuliah umum. Kuliah umum tersebut berkaitan dengan hal-hal seputar sejarah

Aktivitas tersebut juga tidak hanya untuk mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga saja, namun mahasiswa diluar program studi, bahkan umum, juga diperbolehkan mengikuti aktivitas tersebut. Pada tanggal 17 November 2021, Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga melakukan seminar kuliah umum yang memiliki tema “Dari Pangeran Petjah Koelit Menjadi Pengobatan Alternatif Malaria: Menulis Sejarah Indonesia dalam 30 Tahun”. 

Namun dengan tema yang menarik tersebut, perlu diketahui bahwa acara ini kembali diadakan secara daring atau online seperti menggunakan platform Zoom yang dimulai pada waktu siang, tepatnya pada pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB. Acara ini akan dipandu oleh tuan rumah Pak Sarkawi B. Husain selaku dosen proyek penelitian sejarah Universitas Airlangga serta mengundang para guru besar. 

Salah satu yang menjadi pemateri pada kuliah umum ini adalah Dr. William Bradley Horton yang berasal dari universitas di Jepang, Akita University, dan juga sebagai adjunct profesor di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.

Kegiatan dimulai tepat pada pukul 13.00 oleh ketua Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, Pak Sarkawi B. Husain yang selanjutnya disambut Prof. William Bradley Horton. Prof. William mengambil tema tersebut sebab mengilustrasikan perubahan-perubahan transformasi yang telah terjadi. 

Salah satu penulisan karya ilmiah yang ditulis oleh Prof. William yang belum dilakukan penerbitan pada tahun 1990-an membahas tentang sastra dan sejarah seorang tokoh abad ke-17 dan 18, yakni Pieter Erberveld, orang yang berasal dari keturunan Jerman dan Thailand yang lahir di Jakarta. Pada periode kolonial, dia dituduh melakukan pemberontakan kepada VOC sebab ingin menaklukan Pulau Jawa dan menjadikan dirinya sebagai seorang raja, dan berhasil dilakukan penangkapan pada tahun 1721. 

Merujuk pada sejarah tersebut, Prof. William tidak lebih hanya dibuntuti oleh rasa keingintahuan dan penasaran yang tinggi tentang bagaimana orang Indonesia menganggap tokoh ini? Apakah dilihat sebagai pahlawan, atau justru sebaliknya yakni sebagai pemberontak. Prof. William pada akhirnya melakukan pencarian sumber dari cerita-cerita masyarakat Indonesia pada periode kolonial dan tidak sedikit membaca karya orang Tionghoa, menemukan tulisan pada tahun 1924 yang menceritakan tokoh ini mulai dari situ akhirnya terjadi perkembangan. Tulisan pertama yang ditemukan pada tahun 1889 hingga 1890-an dalam bahasa Melayu, merupakan awal permulaan Prof. William untuk berkeinginan menjadi seorang ilmuwan.

Terdapat hal lain yang juga dialami oleh Prof. William yakni dimana beliau pernah diundang untuk mempelajari Jugun Ianfu (pelacur pada masa pendudukan Jepang). Beliau beserta istrinya tidak sedikit menemukan hal-hal yang dapat dikatakan kurang memuaskan dalam perumusan tulisan (apakah itu tentang Jugun Ianfu atau hal lainnya). 

Pembahasan mengenai PSK memang tidak lain selain merupakan hal yang sangat bagus dan menarik, orang-orang seperti ini setiap saatnya berada di bawah pengawasan dan kendali Jepang. Akan tetapi, masih banyak risiko yang berbahaya bagi "pengguna". Selanjutnya, terdapat juga kasus pemerkosaan paksa di rumah bordil atau di sekitarnya. Orang Jepang tidak benar-benar mempelajari ini, dan hal tersebut hampir dilupakan.

Berbagai pengalaman didapatkan oleh beliau dalam bidang arsip dan beliau telah mempelajari baik arsip Inggris maupun arsip Australia. Profesor William melakukan pembelajaran dan pembahasan mengenai Timor Timur. Seperti yang dapat diketahui, beliau mengatakan negara ini sedang bersatu dengan Australia dan sedang bekerja sama serta berpisah dengan Portugal (sejak masa kolonial sampai sekarang). Rasa ketertarikan juga dirasakan oleh beliau dimana beliau tertarik dengan Sastra Indonesia, khususnya sastra yang muncul pada periode penjajahan Jepang. Prof. William mengumpulkan berbagai jenis karya salah satunya yaitu Palawidja yang ditulis oleh Roman Pantjaroba. 

Penolakan secara mentah-mentah oleh orang lain didapatkan terhadap buku ini dikarenakan stereotip penjajahan Jepang yang tidak lain selain hanya berisi propaganda, padahal di sisi lain, terdapat banyak hal yang tidak disorot sama sekali. Buku ini adalah kisah cinta untuk melakukan penyatuan terhadap penduduk pribumi dan penduduk Tionghoa serta penyatuan penduduk swasta dan penduduk pemerintahan. Dari hal penyatuan tersebut, maka dapat menghasilkan suatu masyarakat yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun