Mohon tunggu...
hany panjaitan
hany panjaitan Mohon Tunggu... -

bu\'e ucok & wawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Untuk Bang Poltak

2 November 2011   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bang………….

Sudah dua bulan abang tak pulang. Kemana saja abang gerangan? Tidak rindukah abang pada diriku dan si Butet anak kita ? Sementara di sini, aku dan si Butet selalu merindukan abang.

Bang……

Kenapa abang meninggalkan ku begitu saja, tanpa pesan dan tanpa kabar ? Dulu abang begitu setia padaku. Abang juga begitu menyayangi si Butet anak kita. Tapi kini abang meninggalkan kami begitu saja, abang menghilang tak tentu rimbanya.

Bang……….

Bolehkah aku bertanya ? Apakah kepergian abang ini ada kaitannya dengan si Tiur ? Cewek bahenol yang abang kenal melalui pesbuk ? Yang dulunya tetangga abang di kampung ? Karena, sebelum abang pergi, sering kulihat abang asyik dengan telephone genggam-mu. Waktu itu setiap aku bertanya,

“ Kenapa abang asyik kali mainin HP terus?”

Abang menjawab, “Abang baru belajar main pesbuk dek, baru diajari teman abang.”

“Apa itu pesbuk bang ?” Tanya ku lugu

“pesbuk itu yang bisa membuat abang bertemu lagi dengan teman-teman lama abang dek, teman SD, teman SMP, teman-teman dikampung.”

“oooooo….” Jawabku apa adanya.

“Bahkan abang juga bisa berkenalan dengan orang-orang diluar kota atau diluar negeri dek.”

“ooooooo……..”jawabku lagi.

Waktu itu aku berpikir biarlah abang bermain pesbuk, karena aku pun sama sekali tidak tau apa itu pesbuk. Yang penting bagiku setiap hari abang mau pergi ke pajak pagi membantuku berjualan sayur, kita dapat uang, dan kita bisa hidup.

Tapi ternyata lama kelamaan si pesbuk itu sudah mengajari abang hal-hal yang aneh. Terutama sejak abang bertemu lagi dengan si Tiur, tetangga abang dikampung dulu. Abang tunjukkan photo si Tiur padaku.

“Ini si Tiur dek, dulu tetangga abang dikampung.” Begitu abang bilang waktu itu.

“Montok kali dia bang.” Jawabku polos.

Dan sejak itu abang jadi lebih sering membelai HP daripada membelai aku. Abang juga jadi lebih suka menghabiskan uang untuk membeli pulsa daripada membelikan susu si Butet. Dan……akhirnya abang pun pergi ntah kemana.

Bang…………..

Pulanglah……..sekarang si Butet sudah bisa berjalan, giginya sudah ada empat. Dan akupun sudah rindu kali sama abang.

Salam rindu

Mamak si Butet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun