Mohon tunggu...
hany nadilla
hany nadilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial

Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pandemi Berkembang, UMKM Dusun Awilega Melebarkan Sayap ke Ranah Digital

22 November 2021   21:30 Diperbarui: 22 November 2021   21:33 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sudah dua tahun sejak diumumkannya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia. Hingga saat ini, pandemi Covid-19 sudah banyak merenggut harapan dan kesempatan hidup dari setiap orang yang tinggal di Bumi, mulai dari bayi, balita, remaja, bahkan orang tua pun terkena dampaknya. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, namun juga berdampak pada pengaruh kondisi perekonomian, pendidikan, juga kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Situasi pandemi ini telah menyebabkan pemerintah daerah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang bertingkat untuk memberi pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk didalamnya aktivitas ekonomi, pendidikan, serta aktivitas sosial lainnya. 

Dusun Awilega merupakan sebuah dusun yang terletak di wilayah Desa Genteng,  Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Dusun Awilega yang berada di Desa Genteng ini terkait mata pencahariannya sebagian besar bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Dusun Awilega, sebagai satu dari banyaknya dusun yang memiliki potensi dalam pembuatan bako dan kerajinan dari bambu yang ikut terkena imbas dari dampak buruk pandemi yang telah terjadi. Seperti efek ekonomi Dusun Awilega dalam divisi penjualan boboko dan bako itu menurun. Namun, untuk penjualan hasil bako masih dalam pengelolaan yang baik penjualannya karena hampir maraknya penjualan ke berbagai daerah. Berbeda halnya dengan penjualan kerajinan boboko yang hampir sama sekali tidak ada penjualan. Warga dusun pun tidak kehabisan akal dan memulai penjualan boboko melalui platform media sosial, seperti shopee. Kendati demikian, berbagai kegiatan pengolahan dan penjualan yang biasa dilakukan oleh para pekerja dusun serta warga dusun perlu diberi masukan dan evaluasi untuk mengetahui efektivitas dalam penjualannya demi kesejahteraan berlangsungnya kehidupan di Dusun Awilega.

Di tengah kesulitan ekonomi karena menghadapi masa pandemi, muncul sebuah inovasi untuk mengembangkan sayap bisnisnya ke ranah digital dengan menggunakan platform online shop, tepatnya dengan menggunakan shopee. Tujuan dari inovasi ini bukan hanya semata-mata karena ingin meningkatkan penjualannya saja, tetapi tujuan lainnya agar pangsa pasarnya melebar bukan hanya masyarakat setempat dan sekitar saja, melainkan dapat dikenal juga oleh masyarakat luas. Itulah alasan bisnis ini mulai mengikuti trend digitalisasi. Pencetus ide untuk mengembangkan bisnis ke ranah digital ini berawal dari para pengurus karang taruna setempat di Desa Awilega. Hingga saat ini pun, mereka lah yang mengelola dan mem-branding-kan bisnis tersebut di platform penjualan online-nya (shopee).

Online Marketing merupakan suatu hal yang baru bagi para pelaku UMKM terutama di daerah yang belum banyak memanfaatkan platform digital, salah satunya seperti di Dusun Awilega. Jika sebelumnya pelaku UMKM belum pernah melakukan penjualan online, tentu akan menjadi suatu kesulitan dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan situasi dan cara yang tentu berbeda dengan sebelumnya. Dalam menjalani penjualan online dan offline tentu keduanya memiliki perbedaan dari berbagai aspek. Salah satu contohnya jika kita menjual secara offline, keuntungan yang didapatkan bagi pembeli adalah dapat melihat kondisi barang yang dijual dengan sendirinya sedangkan jika melalui online, pembeli hanya dapat mengandalkan foto atau video yang diambil oleh penjual. Keuntungan yang didapatkan oleh penjual jika penjualan dilakukan secara offline adalah tidak membutuhkan media penjualan karena hanya ditempat dan pembeli yang mendatangi tempat kita, sedangkan online, penjual setidaknya harus mengerti dan menguasai teknik branding online melalui foto atau video dan dapat mengambilnya dengan posisi dan warna yang menarik agar dapat menarik perhatian pembeli online tersebut. Karena jika foto atau video yang kita ambil kurang menarik, maka akan mempengaruhi minat dan ketertarikan pembeli dengan produk yang kita jual. Hal tersebut juga dirasakan oleh UMKM Dusun Awilega ketika melakukan penjualan secara online. Kesulitan dalam pengambilan foto yang sesuai menjadi salah satu hambatan penjualan yang dilakukan.

Pada masyarakat Dusun Awilega yang memiliki banyak sekali penduduk usia tua, jarang sekali mereka penduduk usia tua menggunakan teknologi seperti internet dan juga smartphone. Hal ini merupakan tantangan bagi program kerja Hima Goes To Country untuk turut serta memberikan arahan bagi para pemuda di Desa Awilega untuk memberikan pendampingan dan juga bimbingan bagi para lansia disana agar dapat mengoperasikan layanan e-commerce dengan baik dan benar. Selain itu, ada juga kendala sinyal dimana akses untuk sinyal yang baik cukup sulit didapatkan dan bahkan, pada daerah tertentu sinyal untuk mengakses internet sangatlah sedikit sehingga akan menyulitkan proses transaksi melalui platform digital yang dilakukan oleh masyarakat desa awilega. Meskipun begitu, di zaman yang serba canggih ini, Dusun Awilega tak ingin ketinggalan eksistensinya. Pemuda-pemudi atau karang taruna yang terdapat di desa tersebut, ikut serta membangun semangat dan memajukan pemasaran dari penjualan kerajinan bambu khas Dusun Awilega. Selain membantu dalam pengerjaan kerajinannya, karang taruna disana turut membantu dalam penjualan ke beberapa tempat yang telah ditentukan dan penjualan secara online. Mereka menyadari bahwa di zaman yang serba online nan praktis, mereka berinisiatif untuk memanfaatkan platform online untuk penjualan kerajinan bambu Dusun Awilega. Dengan memasarkannya secara online, penjualan kerajinan bambu diharapkan menjadi meningkat. 

Dalam menjaga eksistensi serta meningkatkan pendapatan para penduduk Dusun Awilega, strategi pemasaran daring menjadi solusi. Namun, hingga saat ini penjualan melalui e-commerce belum seefektif penjualan secara offline. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya penduduk Dusun Awilega yang tidak bisa mengoperasikan e-commerce shopee secara maksimal. Salah satu penduduk di Dusun Awilega Pak Dadang selaku pengrajin anyaman Boboko mengatakan bahwa mereka tidak menjual produknya melalui e-commerce, tetapi melalui personal chat. Menurut Pak Dadang pembelian melalui personal chat ini dianggap lebih efektif karena mereka sudah terbiasa dengan sistem penjualan tersebut. Terlebih lagi jika ada pembeli yang datang langsung ke Dusun, maka antara pengrajin dan pembeli dapat melakukan interaksi secara langsung karena pengrajin dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan para pembeli. Selain itu, biasanya pembeli juga kerap melakukan permintaan tambahan kepada pengrajin seperti desain atau mungkin motif yang ditawarkan. Berbeda jika menggunakan platform penjualan online, pengrajin merasa kesulitan jika terdapat pembeli yang memesan permintaan tambahan pada produknya. Selama masa pandemi, para pengrajin anyaman Boboko di Awilega tetap menganyam dan menjualkan hasil anyaman mereka meskipun hasil anyaman Boboko yang di produksi tidak sebanyak tahun sebelumnya mengingat ketika Pandemi Covid-19 berlangsung terjadi pengurangan dalam jumlah pembelian. Bagaimanapun sumber penghasilan utama masyarakat Dusun Awilega sebagian besar bergantung pada hasil penjualan anyaman Boboko sehingga masyarakat disana tetap mengoptimalkan kerajinan mereka untuk dijual belikan dalam keadaan apapun. 

 Meskipun mengalami banyak kesulitan dalam prosesnya, satu hal yang perlu kita semua sadari dan apresiasi adalah ketika kehadiran mereka tetap ada nan eksis ketika dunia semakin canggih dan berkiblat pada teknologi, para pengrajin di Dusun Awilega ini berusaha untuk tetap mempertahankan nilai tradisional dan kearifan lokal Indonesia khususnya Jawa Barat menjadi bagian dari identitas budaya yang kuat. Untuk mempertahankan nilai budaya ini tentu saja menjadi tanggung jawab bersama bukan hanya pengrajin saja. Kami yakin mereka tidak bisa berjalan sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam bidang ini, mereka memerlukan bantuan dan dukungan kita semua. Seperti kesulitan yang dialami oleh Pak Dadang untuk menjual hasil karyanya seharusnya mereka berhak mendapatkan pendampingan dan pelatihan khusus dari pemerintah atau komunitas yang bergerak dalam bidang pemberdayaan agar mereka mampu beradaptasi dengan teknologi (e-commerce) sehingga penjualan hasil pengrajin menjadi lebih efektif dan efisien. Koordinasi dan kolaborasi seluruh pihak terkait baik pemerintah, pengrajin dan kami selaku mahasiswa dan masyarakat menjadi poin utama untuk mewujudkan salah satu mimpi terbaik negara Indonesia yang mampu mendunia tetapi tetap tidak pernah melupakan budayanya. Maka dari itu kesadaran kita selaku masyarakat pun harus kita tingkatkan bahwa tidak ada salahnya untuk membeli produk-produk asli indonesia serta memanfaatkannya dengan baik demi mendukung dan berusaha mempertahankan budaya asli Indonesia ini. Selain itu berusaha sebaik mungkin untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada seluruh dunia dapat menjadi salah satu dukungan kita untuk mempertahankan budaya sekaligus menciptakan kegiatan ekonomi yang dapat mensejahterakan masyarakat indonesia khususnya para pengrajin anyaman di Dusun Awilega.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun