Mohon tunggu...
Hany Inta Dewi
Hany Inta Dewi Mohon Tunggu... -

international relations student|gajah mada university|imposible is nothing|sasak women| i am not perfect never have been and never will be|mountain, coffee, beach, and sunset lover

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan NTB Mendunia, Tak Sefenomenal Batu Akik

7 Maret 2015   18:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:01 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nusa tenggara barat (NTB), sebuah provinsi yang terletak di wilayah indonesia bagian timur, NTB kerap di juluki the hidden of paradise. Julukan ini diberikan tidak lepas karena panorama alamnya yang indah. Keindahan ini dapat dilihat dan alami seperti pantai, air terjun, gunung, gili (pulau-pulaukecil), dan masyarakat adatnya/ masyarakat tradisionalnya pun juga tidak lepas dari hal yang menarik untuk di nikmati oleh para pengunjung baik lokal maupun dari mancanegara.Hal tersebut membuat NTB semakin di kenal, dan menjadi tujuan kunjungan wisata yang kian hari makin di buru oleh para wisatawan, baik oleh para wisatawan alam maupun para wisatawan spiritual.

Konon, setiap tahun kunjungan para wisatawan lokal maupun mancanegara ke NTB makin meningkat bahkan melebihi dari target yaitu satu juta wisatawan melalui program Visit Lombok Sumbawa 2012, namun diluar dugaan meningkat dan melebihi target menjadi satu juta lebih. Kemudian pada tahun 2015 ini gubernur NTB ingin mengulangi kesuksesan tahun lalu dengan membuat VSL jilid dua dengan target pengunjung dua juta wisatawan. Selain itu, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan pemrov NTB juga memiliki jargon baru yaitu Tambora Menyapa Dunia 2015.

Tidak hanya di bidang pariwisata eksistensi masyarakatnya khususnya perempuan Nusa Tengara Barat (NTB) di lokal, regional, nasional, dan internasional di bidang lain seperti pendidikan, budaya, politik,dan sosial semakin bermunculan. Hal tersebut terbukti dengan terpilihnya salah satu perempuan asal Nusa Tenggara Barat dari suku sasak sebagai salah satu peserta dari dua perwakilan Indonesia untuk menghadiri perhelatan akbar dunia yang di selenggarakan oleh International Indigenous Women’s Forum/IIWF bekerja sama dengan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) /United Nations. Agenda internasional tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 12-25 april 2015 mendatang di New York, Amerika Serikat, dan para peserta agenda internasional tersebut berasal dari Asia, Africa, Latin America, North America, Pacific dan Arctic.

Namun, munculnya salah satu perwakilan Indonesia yang berasal dari perempuan Nusa Tenggara Barat bisa dikatakan bukan apa-apa bahkan kalah telak dengan isu mengenai batu akik. Fakta mengenai perempuan NTB mendunia tidak se-booming dan se-fenomenal batu akik yang sedang menjadi pembicaraan hangat di media massa, televisi, radio danmasyarakat Indonesia di berbagai penjuru, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa, dari tukang pijat sampai pejabat, kemudian meminjam bahasanya Karl Marx dari masyarakat proletar sampai masyarakat borjuis pun tidak mau ketinggalan menjadi aktor dalam pembicaraan terkait batu akik, tidak terlepas di masyarakat Nusa Tenggara Barat juga ikut-ikutan latah menjadi penyuka batu akik tersebut, baik memilikinya atau hanya sekedar ikut nimbrung membicarakannya, bahkan ikut menjadi penjual batu akik dadakan. Yah inilah Indonesia bung! Masyarakatnya begitu responsif dan agresif akan hal-hal seperti itu, meskipun demikian tidak ada yang bisa disalahkan dengan adanya fenomena ini, satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah terus maju dan melakukan sebaik-baiknya amanah yang sudah dipercayakan dengan atau tanpa dukungan, dilupakan atau diingat, menjadi booming atau tidak sudah bukan menjadi hal yang penting lagi, karena yang paling terpenting adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya secara intelektual dan mental ketika berada di kancah internasional membawa nama Indonesia dan NTB tercinta.

Selanjutnya, International Indigenous Women’s Forum/IIWF adalah sebuah jaringan global mengenai perempuan adat baik di lokal, national, maupun regional yang ada di Asia, Africa, Arctic, Pacific, North America and Latin America. Misi dari IIWF ini adalah untuk saling sharing satu sama lain dengan sesama aktifis perempuan sedunia yang ada di Asia, Africa, Arctic, Pacific, North America and Latin America yang membela dan melakukan pembelaan terhadap hak-hak para perempuan minoritas termasuk hak-hak masyarakat adat/ masyarakat tradisional. Kemudian semua para aktifis perempuan yang menjadi peserta dalam agenda ini diharapkan untuk terus saling berkoordinasi, meningkatkan kapasitas, dan meningkatkan peran-peran kepemimpinannya. IIWF juga mendorong konsistensi perspektif para perempuan adat/perempuan tradisional didalam diskusi-diskusi mengenai hak-hak asasi manusia.

Proses training yanga akan dilaksanakan di new York april mendatang ini terdiri dari tiga tahap yaitu; pertama, proses pembelajaran secara online melalui virtual platform yang sudah disediakan oleh pihak penyelenggara yang nantinya para peserta akan log-in menggunakan password yang sudah dikirimkan melalui email masing-masing dan akan melakukan diskusi intens tentang tema-tema yang sudah di sediakan oleh IIWF seperti HAM, CEDAW, UNDRIP, dll. Kedua, melakukan kelas intensif secara face to face di New York, Amerika Serikat. Adapun run down/provisional agenda yang akan dilaksanakan selama face to face berlangsung yaitu pada tanggal 12 april 2015 peserta akan tiba di new York, AS. Kemudian, pada tanggal 13-14 april 2015 para peserta akan mengikuti seminar di United Nations Headquarters. Setelah itu, pada tanggal 15-17 april 2015 akan menghadiri seminar di Columbia University.selanjutnya,pada tanggal 18-19 april 2015 agenda yang akan dilakukan adalah berpartisipasi didalam caucus mengenai masyarakat adat (Caucus Of Indigenous Peoples). Kemudian pada tanggal 20-24 april 2015 akan menjadi peserta dalam agenda forum permanen dari PBB mengenai isu-isu tentang masyarakat adat (United Nations Permanent Forum On Indigenous Issues). Setelah itu pada tanggal 25 april 2015 para peserta akan kembali ke tanah air masing-masing. Ketiga, implementasi advocacy plan oleh para peserta di negara masing-masing pada umumnya dan di area masing-masing pada khususnya sesuai kapasitas, isu, dan kondisi daerah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun