Mohon tunggu...
hanya opini
hanya opini Mohon Tunggu... Freelancer - sharing wacana yg bersifat opini

_| kita terdiri lebih dari 1000 etnis suku bangsa yg berbeda & punya lebih dari 700 bahasa yg juga berbeda, maka jagalah perbedaan itu |_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesugihan Gunung Kawi, Aliran Hitam Vs Aliran Putih

24 Juli 2019   03:45 Diperbarui: 30 Juni 2021   01:16 10234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu faktor kenapa byk orang mempersepsikan pesugihan gunung kawi beraliran hitam dikarenakan mitos ini.

Mitos berkembang dari waktu ke waktu berdasarkan informasi yg kadang hanya copy paste cerita "katanya orang".

Sebetulnya, jalur hitam tidak saja terjadi di gunung kawi. Itu juga terjadi di lokasi2 yg biasanya dikeramatkan. Jangankan di tempat keramat, jika anda melamar jadi PNS tapi dg cara nyogok itu juga sdh termasuk jalur hitam.

Pesugihan gunung Kawi yg beraliran hitam ini terjadi biasanya karena orang yg melakukan pesugihan "tidak tahu" tata cara ritual yg benar..  melanggar norma2 yg berlaku di Pesarean tsb.. dan / atau memiliki tujan (niat) yg salah.. apalagi ditambah tidak memiliki penasehat spiritual yg mengerti dan bisa mengarahkan dan membimbing dia.

Klop sudah... Yang datang bukan karomah Eyang Kawi, melainkan raja jin/siluman/dedemit yg numpang hidup disekitar Pesarean gunung kawi.

Jangan coba2 menganggap remeh mistis di gunung kawi, penulis memiliki pengalaman pribadi (yg cukup membuat trauma) berkaitan dg gunung kawi. Dan jika ada mitos pesugihan gunung kawi memakan tumbal, itu bisa jadi benar, jaminannya adalah nyawa manusia.

Tapi.... Sekarang kita tahu, bahwa yg "makan tumbal" adalah aliran hitam. Sedangkan Eyang Kawi sendiri beraliran putih.

Dg adanya tulisan ini, semoga bisa menambah wacana.. sekaligus mengklarifikasi benar / tidaknya pesugihan di gunung Kawi. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun