/kandungan/
Sebongkah daging,
dari secuil kemenangan.
Sebongkah daging,
goresan yang tersirat di langit dan bumi.
Sebongkah daging,
tetes nyawa sari pati alam,
ruh sang Nur.
setitik pengharapan dengan lantunan pujian-pujian Esa.
Sebongkah daging,
sebuah harapan.
/lahir/
Lihatlah…..
Nyawa itu lahir.
Dengar….. dengarkan tangisannya
Begitu pekak,
hingga angkasa tak kuasa melemparkan tetes demi tetes air kehidupan.
Begitu khidmat,
sampai bumi tak merasakan deru kesakitan tubuhnya yang bilur.
Dengan lantang berikrar
Dialah anakku….
‘’satrio ing jagad”
/anak/
Fajar telah menyingsing.
Bangunlah Satria..!
Surau telah meng-Esa-kan Nya dan memanggilmu.
Bergegaslah…..!
Karena ia tak akan menunggu.
Pagi akan segera tiba.
Bersiaplah !
/muda/
Fajar telah menyingsing.
Bangunlah Satria…!
Lonceng kenegaraan memanggilmu.
Genderang peperangan akal moralitas telah dikumandangkan.
Berjuanglah….. !
Karena ia membutuhkanmu.
Sedangkan malam semakin larut.
Terjagalah!
/tua/
Fajar telah menyingsing.
Bangunlah Satria..!
Rapuh raga tenggelam dalam fana.
Terseok-seok dalam simfoni kehidupan dunia.
Sadarlah…..!
Sembilu ruh itu melihatmu dari jeruji prodeo keabadian.
Sedangkan senja mulai temaram.
Kembalilah!
/mati/
Hei Satria….!
Sembilu masih berbekas.
Ibu bumi yang melahirkan mu.
Bopo angkoso yang melindung mu.
Tanah air mu.
Negeri yang membesarkan mu.
Jaga….!
Dan kembalilah dengan tenang…..!
DC_solo/21/05/2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H