Globalisasi tidak bisa dipisahkan dari aspek ekonomi dan kebudayaan. Globalisasi telah mengubah cara kita bertransaksi dan berbisnis. Semua itu juga tidak bisa dilepaskan dari budaya. Bahkan kita bisa mengatakan globalisasi, ekonomi, dan kebudayaan saling berkaitan satu sama lain.
Globalisasi sering didefinisikan sebagai integrasi ekonomi dunia. Globalisasi menyatukan perekonomian dunia di bawah satu payung. Hal ini terjadi di seluruh belahan dunia. Tidak ada yang bisa menghalangi proses integrasi ini. Bahkan ada yang mengatakan globalisasi adalah suatu hal yang mutlak bagi negara-negara maju maupun berkembang.
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) semakin mempererat hubungan ekonomi di antara negara-negara di dunia. Proses ekonomi berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Negara-negara di dunia harus menghapus hambatan tarif dan non-tarif bagi perdagangan internasional. Pemerintah negara-negara di dunia tidak boleh lagi menutup pintu perdagangannya bagi arus impor dan ekspor di dunia.
Sedangkan kebudayaan sering kali dipisahkan dari aspek ekonomi. Kebudayaan disamakan dengan kesenian. Padahal kesenian hanya salah-satu bagian saja dari kebudayaan. Kebudayaan terkait dengan behaviour, appearance, dress, language, habits, customs, beliefs, dan tradition.
Namun hal di atas hanya permukaan dari kebudayaan. Budaya yang tidak terlihat jauh lebih besar. Seperti bagian dari gunung es, yaitu: beliefs, norms, expectations, perceptions, time orientation, space orientation, learning styles, personality styles, rules, roles, value assumptions, dan thought processes.
Ekonomi tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Ekonomi tradisional berkaitan cara pandang suatu masyarakat. Sayangnya kita memasuki era globalisasi di mana perekonomian dijalankan menurut kapitalisme global. Kepercayaan, norma, peraturan, dan institusi ekonomi telah berubah. Aspek-aspek kebudayaan tersebut harus tunduk kepada kapitalisme global.
Hal ini mengakibatkan hilangnya keunikan dari perekonomian masing-masing negara. Ekonomi modern mengalahkan ekonomi tradisional. Negara-negara maju memaksa negara-negara berkembang dan terbelakang untuk menerima sistem kapitalisme global. Artinya modernisasi ekonomi merupakan jalan yang harus ditempuh oleh negara-negara berkembang dan miskin agar menjadi setara dengan negara-negara industri maju.
Namun ada beberapa negara yang mencoba beradaptasi dengan kapitalisme global seperti Jepang, Malaysia, Singapura, China, Korea Selatan, India, Nepal, dan Bhutan. Jepang sukses menjadi negara modern tanpa kehilangan identitas kebudayaannya.
Jepang sangat maju ekonominya, namun hal demikian tidak lepas dari kebudayaan Jepang seperti bushido. India adalah calon negara adidaya di masa depan. Namun perekonomian tradisional masih eksis di negara tersebut.
Berbagai indikator perekonomian selalu menunjuk pada tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Â Namun sedikit sekali yang mengukur tingkat kebudayaan suatu negara. Hal ini terjadi karena budaya adalah hal yang tak kasat mata.
Negara-negara yang perekonomiannya maju juga memperhatikan pembangunan kebudayaannya. Sesungguhnya menurut cendekiawan Soedjatmoko, pembangunan ekonomi adalah masalah kebudayaan. Pembangunan mengubah struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya itu sendiri. Â Namun pembangunan yang dimaksud di sini adalah pembangunan ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi.