Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Hardiknas: Pendidikan dan Demokratisasi

2 Mei 2019   09:30 Diperbarui: 2 Mei 2019   09:30 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan Indonesis menurut Paolo Freire adalah pendidikan gaya "Bank".  Anak-anak murid diibaratkan sebagai gelas kosong yang harus diisi. Tugas guru ini jualah yang menuangkan air (pengetahuan) kepada gelas kosong itu. Tak jarang budaya menghapal masih diandalkan. Mereka tidak diajarkan berpikir kritis dan kreatif sejak kecil.

Ini berbeda dengan pendidikan di negara-negara maju yang mengajarkan anak-anak murid untuk lebih terampil dalam pemecahan masalah dan kreativitas. Sedari kecil anak-anak itu diajari keterampilan memecahkan masalah. Mereka dibiasakan untuk berpendapat tanpa takut dikritik. Mereka dibiasakan untuk membaca buku dan menceritakannya kembali di depan teman-temannya. Mereka juga dilatih etika dan moral. Mereka didorong untuk percaya diri. Guru-guru di sana tidak pelit nilai. Bahkan mereka menganggap nilai bukan satu-satunya ukuran untuk menilai seorang murid.

Sayangnya, pendidikan di Indonesia cenderung menyeragamkan pemikiran siswa-siswi. Dari mulai kewajiban mengenakan seragam yang sama semua, kurikulum pendidikan dan lain sebagainya. Individu-individu yang dididik dalam iklim pembelajaran yang otoriter, tidak akan mampu masuk ke era demokratisasi.

Pendidikan Indonesia berada dalam kondisi kritis. Namun pemerintah dan DPR tidak menganggap hal ini sebagai masalah yang mendesak. Politik masih menjadi berita utama yang diberitakan di media. Sedangkan masalah pendidikan kurang mendapat tempat dalam diskusi-diskusi publik.

Segenap bangsa Indonesia harus menyadari hal ini. Tanpa keterlibatan seluruh komponen bangsa, mustahil pendidikan bisa dibenahi. Indonesia sudah tertinggal jauh dalam masalah pendidikan. Dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, direktur IMF Christine Lagarde  mengatakan pendidikan di Indonesia sangat terkebelakang,

Pendidikan di Indonesia tidak merata. Ini masalahnya. Sebagian kecil siswa-siswi di Indonesia menikmati fasilitas pendidikan yang sangat baik. Sedangkan sebagian besar justru memperoleh fasilitas pendidikan yang sangat memprihatinkan. Hal ini terjadi di pelosok-pelosok yang minim pembangunan.

Indonesia sedang mengalami masalah yang berat dalam pendidikan. Kalau tidak segera dibenahi, mustahil Indonesia bisa menjadi negara maju. Birokrasi yang terlibat pendidikan harus menyadari hal ini. Masalah pendidikan tidak bisa dihadapi dengan tambal sulam semata. Kita tidak hanya bisa bekerja begitu sebagai aktivitas rutin. Kita harus bekerja dengan visi ke depan.

Sementara itu elit-elit politik sibuk dengan politik transaksional. Para elit politik kita tidak memahami masalah pendidikan dengan baik. Mereka bahkan tidak punya visi mengenai pendidikan. Elit politik kita sangat sibuk dengan pemilu yang memakan biaya tidak sedikit.

Presiden Joko Widodo setelah melakukan Video Conference dengan mantan Presiden B.J Habibie menyatakan dalam jangka 5 tahun ke depan akan mengutamakan pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan sumber daya manusia di Inodnesia adalah esensi pendidikan itu sendiri. Pembangunan SDM merupakan kunci kemajuan Indonesia di masa depan.

Dalam negara demokratis, pendidikan berkaitan dengan tumbuhnya budaya demokrasi yang sehat. Pendidikan akan menciptakan pribadi-pribadi yang mampu berpikir cerdas. Dengan memberi pelajaran Civic Educatioan diharapkan anak didik mampu menjadi warga masyarakat yang baik,

Mewujudkan hal demikian bukanlah hal yang mudah. Namun kita harus berpandangan jauh ke depan. Indonesia suatu saat akan berubah dengan baik. Walllahu a'lam bisshowab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun