Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hilangnya Keadaban Publik

19 April 2018   13:43 Diperbarui: 19 April 2018   13:48 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.netralnews.com

Sebagai sebuah masyarakat, bangsa Indonesia telah mengalami transformasi dari negara agraris menuju masyarakat industri. Perubahan tersebut terasa sangat cepat hanya dalam beberapa dekade ini. Generasi demi generasi mewarnai perubahan bangsa ini. Namun terasa ada yang hilang dari bangsa ini, yaitu keadaban publik.

Coba kita perhatikan setiap kali kita berkendara di jalan raya. Terasa sekali tidak adanya keteraturan dan kesopanan. Setiap orang ingin mendahului. Jalan raya bagaikan menjadi tempat balapan liar.

Di tengahnya panasnya kota, generasi millenial tampak mengendarai motornya layaknya Valentino Rosi berpacu di arena balapan. Saling sikut, senggol, kadang disertai caci-maki mewarnai jalan raya kita. Jalan-jalan raya tidak hanya menjadi sarana transportasi melainkan menjadi area saling berpacu. Ketidaksabaran, ketidakteraturan, saling serobot, dan saling potong terjadi begitu sering di jalanan kita.

Ini menandakan sebuah gejala serius pada peradaban kita. Hilangnya keadaban publik. Adab yang biasanya dimaknai sebagai sopan-santun, sikap saling menghormati dan tepa salira seakan sudah tidak lagi. Belum lagi kalau kita melihat perilaku generasi millenial yang hanya terpaku di depan gawai seakan tidak peduli pada nasib orang lain.

Sebagai sebuah bangsa yang ber-Pancasila, keadaban publik merupakan salah-satu pesan yang terkandung di dalam Pancasila, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. 

Perilaku toleran merupakan salah-satu keadaban publik. Keadaban publik merupakan satu kondisi adanya nilai-nilai yang disepakati dan dipatuh bersama. Saling percaya secara sosial (social trust) merupakan hal penting dalam sebuah negara beradab.

Secara ekonomi, pertumbuhan ekonomi kita termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara. Namun kemajuan ekonomi itu tidak dibarengi dengan kedewasaan moral rakyat Indonesia sendiri. Dekadensi moral kini terjadi di seluruh bidang, dari politik hingga sosial. Para politisi pun telah hilang keadaban publiknya. Saling serang, saling tuding, hingga korupsi sudah menjadi hal biasa. Orang mengatakan itu hal yang biasa dalam politik.

Keadaban publik adalah salah-satu faktor kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan sebuah bangsa tidak diukur dari pembangunan ekonominya semata, melainkan dari akhlak dan adabnya. Jika akhlak dan adab sudah hilang, hilang pulalah karakter bangsa itu.

Jepang adalah salah-satu contoh sebuah negara yang tidak kehilangan karakter dan keadaban publiknya. Keadaban publik tersebut tampak dalam di jalan raya, di ruang-ruang publik, di sekolah, di kantor-kantor pemerintahan, dan dalam pergaulan remaja. Sekolah-sekolah di Jepang mempraktekkan pendidikan karakter dan bekerja sama, menghormati orang yang lebih tua, dan sopan-santun.

Pemerintah selalu menekankan pada pembangunan ekonomi. Tapi hal itu bukannya tidak membawa masalah. Penekanan pada ekonomi membuat masyarakat semakin materialistis dan melupakan nilai-nilai moral dan agama.

Masyaraka hanya berpikir untuk meningkatkan pendapatan dan kurang perhatiannya pada adab. Agama dipinggirkan dari ruang publik karena khawatir pada politisasi agama. Padahal bukannya agama yang salah, melainkan perilaku elit politik yang jauh dari nilai-nilai agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun