Kurma merupakan salah satu jenis buah yang dapat ditanam kapan saja sepanjang tahun. Buah ini sering dipanen pada musim gugur atau awal musim dingin di negara asalnya. Alasannya adalah buah-buahan ini paling segar di musim dingin. Dikenal juga sebagai buah nabi, buah ini kaya akan nutrisi bermanfaat baik dari buah maupun bijinya.
Beberapa mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah mengolah biji kurma menjadi bahan dasar pengenalan sidik jari forensik. Inilah kisah kelompok mahasiswi Fakultas Matematika dan Sains (FMIPA) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-RE). Mereka adalah Ni Kadek Nabila Sesilia (Fisika), Fadhilah Fitria Setyawati (Fisika), Saadah Vidaroini (Pendidikan Fisika), dan Chairul Amri (Fisika). Mereka dibawah dosen pembimbing Wipser Sunu Brams Dwandal, M.A., Ph.D. Dengan judul penelitian "Identifikasi forensik sidik jari berdasarkan variasi jenis sidik jari berdasarkan nanodot karbon fluoresen yang diolah dari biji kurma menggunakan software tracker."
Fadhilah Fitria menjelaskan, metode identifikasi forensik dengan menggunakan sidik jari banyak digunakan karena memiliki akurasi paling tinggi dibandingkan metode lainnya. Identifikasi sidik jari dilakukan dengan mengamati sidik jari dan garis-garis pada telapak tangan dan  kaki. Sidik jari laten biasanya ditemukan di semua permukaan TKP dalam kasus kriminal. Identifikasi sidik jari laten merupakan teknik penting dalam identifikasi forensik dan investigasi kriminal. Masalahnya, sidik jari laten ini umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang. Dibutuhkan bahan alternatif yang dapat mempertahankan pola bekas sidik jari. Antara lain nanomaterial carbon nanodots atau Carbon Dots atau C-dots. Titik-titik karbon ini memiliki struktur poin kuantum dan ukuran nanometer.
Kesimpulan hasil riset, "Sidik jari laten menggunakan C-dots sebagai identifikasi forensik berhasil apabila terbentuk struktur pola sidik jari dan memiliki ketahanan pola sidik jari laten walaupun didiamkan dalam jangka waktu selama satu bulan," tandas Fadhilah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H