Mohon tunggu...
Hanung Prayoga
Hanung Prayoga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ikoy-Ikoyan sebagai Tren di Media Sosial, Bagaimana Warganet Menanggapi Fenomena Budaya Populer ini?

4 Januari 2022   12:29 Diperbarui: 4 Januari 2022   12:54 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram.com/ariefmuhammad

Suatu tren berjalan beriringan dengan tempo atau waktu. Dalam jangka waktu tertentu tentunya tren yang melibatkan publik akan menuai respon dari publik pula, terutama tren yang berkembang melalui media massa. Massa sendiri memiliki makna suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal individualitas. Sedangkan, media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya dengan melalui produk media massa yang dihasilkan (Radiah, 2012:125-127). Dengan kata lain media massa menjadikan suatu kumpulan orang yang tidak saling mengenal dan tersebar secara luas terhubung dengan satu produk media yang mereka serap.

Fenomena ikoy-ikoyan sebagai budaya populer menuai beberapa persoalan dari massa sebagai bentuk respon terhadap eksisnya tren tersebut. Menurut beberapa orang tren ikoy-ikoyan memiliki dampak yang positif dalam nilai kebaikan. Tren ini dinilai dapat menggerakkan hati orang lain untuk berbagi dan mengisi media sosial dengan hal-hal yang bernilai kebaikan. Sebagai contoh, beberapa figur publik lain menjadi tergerak untuk ikut berbagi kepada yang membutuhkan. Hal ini membuat Arief selaku trendsetter merasa senang lantaran menjadi banyak orang baik yang tergerak hatinya untuk saling berbagi.

Namun sebaliknya, bagi beberapa orang tren ikoy-ikoyan dinilai tidak begitu positif atau bahkan cenderung negatif. Sejak populernya tren ini pada 1 Agustus 2021 lalu, rupanya tren ini juga menjadi ajang bagi beberapa orang untuk meminta-minta dan memanfaatkan peluang mendapatkan sesuatu dengan sifat "memaksa" kepada figur publik yang mereka ikuti di media sosial.

Dikutip dari Kumparan.com, satu contoh respon terhadap tren ikoy-ikoyan ini disampaikan oleh selebriti Nana Mirdad. Nana menyampaikan bahwa ia tidak nyaman dengan perilaku warganet yang sontak meminta sesuatu dari orang lain atau memaksa selebriti untuk mengikuti tren ini. Nana menjelaskan bahwa dirinya lebih suka untuk mendorong orang lain agar selalu berusaha, sesulit apapun tanpa harus mengharapkan bantuan secara cuma-cuma dari orang-orang yang tidak dikenal.

"Aku tidak nyaman menghamburkan uang atau HP atau kosmetik atau barang-barang apalah itu yang non essential secara gratis demi ikut tren saat ini. Apalagi kalau sesudah itu ditunjukkan di media sosial, waduh," ujar Nana.

Nana mengaku ia cukup khawatir dengan mental masyarakat saat ini ke depannya. Karena itu, ia berharap agar semua masyarakat tidak hanya bermental minta-minta ke orang, tetapi harus mau berusaha lebih keras.

Suara.com menyebutkan bahwa mengutip dari Antara, psikolog dari Universitas Indonesia A. Kasandra Putranto menilai tren ikoy-ikoyan bisa menimbulkan efek kebiasaan, di mana setiap kesulitan diatasi dengan meminta bantuan kepada orang lain tanpa adanya usaha terlebih dahulu.

Lebih lanjut Kasandra mengatakan bahwa pada sebagian orang, berbagi bisa saja menjadi bagian dari strategi marketing. Ia mencontohkan, ini bisa merupakan imbal jasa atas apa yang dilakukan orang lain terhadap si influencer/trendsetter, misal membuatnya menjadi tenar, menambah pengikut, membangun citra positif dan/atau membeli kesetiaan.

Pendapat yang tak jauh berbeda diungkap psikolog dan founder dari Klinik Psikologi Ruang Tumbuh, Irma Gustiana. Ia mengatakan bahwa ikoy-ikoyan sebaiknya tidak menjadi kebiasaan di masyarakat. Irma menjelaskan, tren ini mungkin tidak menimbulkan gejala-gejala yang berisiko mengalami gangguan mental. Namun, hal ini dapat menurunkan karakter seseorang.

Arief sendiri juga rupanya memberikan respon terhadap kekhawatiran beberapa figur publik  lain yang "ditodong" pengikutnya untuk mengikuti tren ikoy-ikoyan ini dengan permintaan maaf melalui instagram story pada akun pribadi @ariefmuhammad. Seperti yang ditulis oleh Kumparan.com bahwa Arief menyampaikan dirinya tidak pernah meminta orang lain untuk menagih permintaan pada figur publik favorit mereka sama sekali.

Ikoy-ikoyan adalah satu bentuk konstruksi budaya populer dalam bentuk tren di media sosial. Kemajuan perkembangan media dan teknologi dengan mudah membawa informasi dari seluruh penjuru dunia untuk dapat diakses oleh setiap orang yang menggunakannya. Dari penjelasan ini, dapat kita simpulkan bahwa tren ikoy-ikoyan adalah sebuah konstruksi yang tidak bersifat mutlak sebagai sesuatu untuk diikuti. Dengan kata lain, tren ini tidak memberi dampak yang berarti apabila tidak diikuti atau tidak disetujui oleh beberapa orang. Ikoy-ikoyan adalah sebuah tren yang dibuat oleh Arief sebagai trendsetter, dimana hal tersebut berarti bahwa orang lain juga dapat melakukan hal serupa dalam konteks yang beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun