Kampung Wisata Jodipan adalah kampung wisata pertama di Kota Malang yang sederetan rumah warga di tepi Sungai Brantas yang menampilkan dinding aneka warna yang tidak monoton dan menghasilkan pemandangan warna -- warni. Â Kampung ini terletak di Jodipan berada di tepi Sungai Brantas.Â
Kampung Wisata Jodipan ini terdiri dari dua bagian yaitu Kampung Tridi dan Kampung Warna Warni. Lokasinya sangat strategis yaitu berada di dekat staisun kota Malang Baru, Alun -- Alun Merdeka Malang dan Alun -- Alun Tugu Malang.
Kampung Jodipan ini sangat menarik, beberapa rumah tempat tinggal warga dilukis dan dicat sehingga menghasilkan spot -- spot yang instagrammabel, tentunya dapat menarik pengunjung dan memutar perekonomian warga sekitar.
Kami berkesempatan mulai memasuki melalui Kampung Tridi. Tiket masuk Kampung Tridi yaitu Rp 3000,00 untuk pengunjung dan Rp 5000,00 untuk parkir motor.
Bagi pengunjung akan mendapatkan souvenir unik khas kampung tridi yang merupakan karya warga di kampung tersebut. Souvenir tersebut terbuat dari kapas dan kain yang dijahit memjadi beragam bentuk gantungan kunci.Â
Pertama kali melihat dari gang, sudah terpancar keramaian dan keceriaan suasana di kampong tersebut.
Di kampung tersebut gangnya memang agak sempit hanya sekitar 2,5 m, sehingga jika membawa kendaraan pribadi maka motor diparkir dipinggir jalan kampung tersebut. Namun parkir tersebut telah tertata rapi sehingga tidak menjadi masalah bagi pengunjung. Tapi alangkah lebih baiknya jika disediakan lahan parkir di sekitar kawasan tersebut.Â
Semua dikonsep dengan 3D sehingga menyerupai gambar yang nyata. Semacam trik mata yang sangat kreatif dan berkualitas. Rute yang kita lalui memanjang dengan samping kana kiri rumah warga yang sudah di cat... Tapi yang saya bingung, kalau ada tamu keluarga yang datang ikut bayar ga ya? he.,.
Fungsi utama jembatan tersebut sebagai akses untuk mempermudah akesibilitas antar kedua kampung tersebut, namun banyak orang yang memanfaatkan jembatan tersebut sebagai objek foto, sehingga perlu adanya warga yang mengawasi mengingat banyaknya warga yang berhenti sehingga menimbulkan "kemacetan"para pejalan kaki dan juga beban berlebih bagi jembatan tersebut.
Hal tersebut karena pembayaran dilakukan di tangga jembatan sehingga berdesak -- desakan dan menjadi tidak efektif. Dengan integrasi social ekonomi maka warga dapat melalui dua kampung secara berkelanjutan tanpa harus repot membayar lagi. Karena banyak pengunjung yang belum paham  jika harus membayar 2 kali.
Tiba di kampung warna-warni, Â kita disambut oleh food court yang menyajikan jajajan sebagai pelepas lapar dan dahaga antara lain Bakso Malang, Jajanan Pasar, Gorengan, Minuman Ringan, dll
Jalan di tempat tersebut juga sekitar 2,5 m namun cukup untuk dilalui walaupun harus berdesakan. Di kampung tersebut banyak spot - spot menarik seperti aneka tanaman dan hiasan - hiasan menarik lainnya. Selain hal itu fasilitas lumayan lengkap dengan adanya peta kawasan, toilet dan mushola untuk para pengunjung.Â
Perlu apresiasi innovator -- innovator kreatif dari Malang ini yang dapat melaukan pemberdayaan warga sekitar melalui cara tersebut sehingga membuat pendapatan masyarakat yang meningkat dan menjadi tren di kampung -- kampung seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H