Mohon tunggu...
Hanung Prabowo
Hanung Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - Mencoba menjadi penulis

Planner. Father. Public Administration

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Seru di Balik Diklat

8 Juni 2017   08:21 Diperbarui: 8 Juni 2017   08:34 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulilah, pada awal April 2017, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Diklat Fungsional Perencana Pertama. Apa itu?

Diklat Jabatan Fungsional Perencana Pertama adalah Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bagi para pegawai yang mempunyai jabatan fungsional perencana. Perencana adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan perencanaan pada unit perencanaan tertentu.

Diklat Perencana ini diselenggarakan oleh Bappenas dan bekerjasama dengan beberapa kampus negeri di Indonesia. Kebetulan saya dan teman – teman tergabung dalam diklat di kampus ITB Bandung, tepatnya di Magister Perencanaan Wilayah dan Kota SAPPK ITB. Diklat tersebut dilaksanakan selama 7 minggu yaitu dari tanggal 10 April 2017 – 26 Mei 2017. Lama banget ya?? He.,. Kami pun sempat berpikiran akan bosan nantinya karena tiap hari dikasih materi, tugas, dll.....  

Pada hari pertama masuk, kami masih culun – culun… Eh saya sendiri denk, yang lain mah enggak…He.,. Peserta diklat di ITB berjumlah 20 orang dan kami berasal dari beberapa instansi pemerintahan antara lain Kementerian Perdagangan, BSN, LIPI, Pemkot Bandung, Pemprov Jabar, Pemkab Garut, dll. Setelah dibuka oleh perwakilan Pusbindiklatren Bappenas dan Ketua Program Magister PWK ITB,  kemudian diklat dimulai dengan materi – materi yang agak menarik sedikit… he.. 

Berhari – hari kami menerima materi yang berkaitan tentang tata ruang, ekonomi, sosial dan kebijakan – kebijakan yang terkait perencanaan. Namun, ada yang menarik dari kami tentang penyelenggaraan diklat kali ini. Salah satunya yaitu banyak terdapat hari libur pada saat pelaksanaan diklat ini. Sehingga membuat kami juga ingin berwisata mengelilingi Kota Bandung dan sekitarnya antara lain ke daerah Lembang… (pada ngebet pengen kelembang)…. He.,.

Mengingat hari Kamis tanggal 11 Mei 2017 merupakan hari libur, jadilah kami piknik dan merasakan bermacet –macet ria untuk menuju ke Lembang. Lokasi pertama yang dituju yaitu Taman Hutan Rakyat (Tahura). Di sana terdapat goa Jepang dan goa Belanda sebagai tujuan kami untuk pertama kali. Kami berjalan menyusuri rimbunnya hutan rakyat sejauh 2 km... jauh juga ya... 

Menyusuri Taman Hutan Rakyat (sumber : pribadi)
Menyusuri Taman Hutan Rakyat (sumber : pribadi)
Tapi karena rindang dan angin yang sejuk maka tidak terasa melelahkan. Setelah sampai, kami pun masuk ke dalam kedua goa tersebut secara bergantian. Lumayan menyeramkan, tetapi yang menarik kedua goa tersebut ternyata berbeda. Goa Belanda lebih panjang dan lebih rapi penataanya, selain itu juga Belanda terdapat rel kereta yang mungkin dahulu difungsikan untuk keperluan logistik. Rancangan tersebut mengingatkan kepada kota – kota di Indonesia. Kota yang dibangun oleh Belanda terlihat futuristic, tertata dan dilengkapi dengan rel kereta api sebagai penghubung transportasi di kota. Sedangkan goa Jepang berbentuk seperti huruf M denganpermukaan goa yang berbatu. Fungsi kedua goa tersebut sama yaitu sebagai tempat persembuyian tentara Belanda maupun Jepang untuk menguasai Indonesia.

Piknik di Taman Hutan Rakyat (sumber : pribadi)
Piknik di Taman Hutan Rakyat (sumber : pribadi)
Setelah dari tempat tersebut, kita pun beranjak ke tempat lain yaitu mencoba permainan hammock di kawasan Tahura. Hammock adalah sejenis jenis tempat tidur dari kain yang digantung di kedua sisinya. Posisinya yang tinggi dan menggantung di pohon membuat kami sedikit ketakutan untuk duduk di hammock. Namun dengan keberanian dan kekuatan doa, alhamdulilah kami dapat berbaris rapi secara vertikal susun 8 di hammock tersebut. Dengan harga 20ribu per orang cukup terjangkau untuk menguji adrenalin kita selama 15 menit di atas. Walaupun sedikit ketakutan tetapi yang penting dapat foto instagramable.. he.. Setelah mencoba “wisata adrenalin” kemudian kami menyegarkan diri untuk menuju air terjun di sekitar wilayah tersebut. Setelah berpetualang di Taman Hutan Rakyat Bandung, keesokan harinya kami lanjut untuk belajar yang merupakan agenda wajib kami selama di Bandung. 

Posisi 8 vertikal di hammock (sumber : pribadi)
Posisi 8 vertikal di hammock (sumber : pribadi)
Menikmati Air Tejun di Kawasan Tahura (sumber :pribadi)
Menikmati Air Tejun di Kawasan Tahura (sumber :pribadi)
Materi yang kami terima tidak hanya sekadar di kelas saja namun juga terdapat kegiatan yang berkesan untuk kami yaitu kegiatan studio. Kegiatan studio itu bukan studio foto, studio musik ataupun studio XXI lho ya…. Namun kegiatan studio yang dimaksud disini yaitu survey lapangan untuk mencari data baik data langsung maupun dari dokumen yang akan digunakan unutk menyusun rencana dalam bentuk laporan. Kegiatan studio kami tepatnya berada di Kabupaten Purwakarta. Kami ditugaskan mencari data berdasarkan tema per kelompok selama 2 hari. 

Kabupaten yang dipimpin oleh Kang Dedy Mulyadi tersebut saat ini tengah gencar mempromosikan wisata, maka tak heran jika sebagian besar mengambil tema wisata dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Purwakarta. Banyak obyek wisata yang sedang dipercantik dan dihias sehingga menjadi hits di sosial media dan media lainnya. Obyke wisata itu itu antara lain Taman Air Mancur Sri Baduga yang merupakan air mancur terbesar di Asia Tenggara, Museum Digital untuk wisata modern, Wisata Keramik di Kawasan Plered, Wisata Alam di sekitar Jatiluhur dan sekitar Wanayasa. 

Taman Air Mancur Sri Baduga (sumber : phinemo.com)
Taman Air Mancur Sri Baduga (sumber : phinemo.com)
Dengan berbekal ilmu yang sudah didapat dari materi – materi di kelas (ceileeeh) kami pun segera berangkat menuju Purwakarta. Di Purwakarta, kami terbagi menjadi 4 kelompok dengan tema antara lain wisata, budaya dan agropolitan. Pertama kali, kami menuju ke Bappeda sebagai perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Setelah berdiskusi cukup lama dengan Bappeda dan dinas teknis terkait lainnya kami langsung menuju ketempat yang telah ditentukan oleh masing – masing kelompok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun