Mohon tunggu...
Hanum Savira
Hanum Savira Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PIAUD UIN Malang

Mahasiswa di salah satu universitas Malang. Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim. Jurusan PIAUD '17

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenali Pengasuhan Narsistik

27 Oktober 2019   20:53 Diperbarui: 27 Oktober 2019   21:10 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pastinya setiap orang tua mempunyai banyak cara untuk mendidik anaknya, mempunyai ciri khas dalam mendidik anaknya. Maka perlu di ketahui bahwa pendidikan yang terbaik adalah yang berasal dari orang tua. -hanumsav-

Yang di maksud pola asuh narsistik/narsis pada orang tua adalah salah satu gangguan pola asuh orang tua yang selalu menekankan pada keinginan orang tua yang belum terpenuhi dan ingin keinginannya dicapai oleh anaknya. Secara posesif pola asuh narsistik ini sangat dekat dengan anak-anak mereka akan tetapi kedekatan ini juga sangat menekankan pada kemandirian anak, sehingga anak tidak bebas dalam meng-eksplor pengetahuan, kemandirian, dan keinginan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh narsistik ini kebanyakan berfikiran bahwasannya anak semata-mata hanya untuk memenuhi apa keinginan dan kebutuhan orang tua, serta anak yang sukses adalah anak yang menuruti semua kemauan orang tua. Pola asuh yang seperti inilah yang membuat anak akan semakin merasa tertekan dan merasa tidak memiliki kebebasan.

Penerapan pola asuh narsistik ini biasanya juga akan membuat orang tua mempunyai rasa takut yang tinggi, takut terhadap kegagalan anak, takut akan hal-hal yang membuat anak merasa tersaingi, dan takut ketika anak disalahkan atau di tolak. Dengan demikian orang tua sangat dekat dengan anak dan selalu mengendalikan anak. Pengasuhan narsistik ini berdampak buruk bagi perkembangan psikolog anak.

Menurut Sigmund Freud dalam studi klinisnya narsistik adalah salah satu bentuk peningkatan diri sendiri, takut kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.

Tidak semua pengasuhan ini gagal sebenarnya, ada juga yang berhasil dalam mendidik dengan pengasuhan narsistik, misal keinganan orang tua dan keinginan anak yang sama sehingga akan mendukung. Seperti juga misalnya orang tua menginginkan anaknya menjadi anak perempuan yang menyukai hal-hal yang sewajarnya diinginkan oleh anak perempuan, sedangkan dalam kenyataannya anak mereka tomboi dan menyukai hal-hal yang disukai oleh anak laki-laki, sehingga disini orang tua mencoba mengenalkan bahwa ia adalah perempuan bukan laki-laki.

Ayah dan ibu narsistik terancam oleh potensi, janji, dan keberhasilan seorang anak, karena ketika orang tua narsistik sudah mempersiapkan semua keinginannya dan tidak berhasil maka mereka akan merasa benar-benar gagal dalam mendidik anak.

Jadilah orang tua yang mempunyai pola asuh yang baik dan sebaik mungkin. Semoga artikel ini bermanfaat bagi semua orang tua maupun calon orang tua.

Malang, 27 oktober 2019
Hanumsav_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun