Mohon tunggu...
HANNUM NISYAUL AGHNIYAH
HANNUM NISYAUL AGHNIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang pribadi yang rajin, dan juga memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tantangan Stunting: Menyelamatkan Generasi Masa Depan dari Krisis Gizi

27 September 2024   16:40 Diperbarui: 27 September 2024   16:42 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam diskusi tentang gizi dan kesehatan anak-anak di seluruh dunia, istilah "stunting" semakin sering digunakan untuk merujuk pada kondisi yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang berkelanjutan yang menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Dalam hal Indonesia, masalah ini lebih dari sekadar angka statistik; itu adalah krisis kesehatan yang berpotensi merusak generasi masa depan negara ini. Bayangkan seorang anak yang seharusnya tumbuh menjadi orang yang kuat dan cerdas, tetapi hanya kekurangan gizi yang dapat dicegah menghambat pertumbuhan mereka. Stunting mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan kesehatan. Mari kita pelajari lebih lanjut tentang bagaimana fenomena ini menjadi tantangan yang signifikan yang membutuhkan perhatian khusus dan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

Masalah gizi saat ini merupakan hal yang sangat kompleks dan penting untuk segera diatasi di Indonesia. Terutama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai permasalahan gizi paling lengkap. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia cenderung terus meningkat, tidak sebanding dengan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Salah satu masalah gizi di Indonesia yang masih bermasalah sampai dengan saat ini adalah stunting.

Perlu kita ketahui, Stunting merupakan malnutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang rendah dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya karena konsumsi makanan yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Stunting tidak terlihat sampai anak berusia dua tahun. Di Indonesia, tingkat stunting atau gagal tumbuh pada anak balita masih tinggi dan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah kasus tertinggi di Asia.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi, pasal 7 menetapkan bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota harus melakukan hal-hal berikut: a. menyelenggarakan penanggulangan gizi buruk di tingkat kabupaten/kota; b. meningkatkan gizi keluarga dan masyarakat; c. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi; d. menyelenggarakan pelayanan upaya perbaikan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kabupaten/kota setempat (Kemenkes RI, 2014).

Terkait dengan hal tersebut, maka menjadi penting untuk meninjau kembali kebijakan pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia

Mengapa pencegahan dan penanggulangan masalah stunting di Indonesia perlu dilakukan?

Ada tiga alasan mengapa pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia menjadi persoalan serius yang harus segera diselesaikan. Pertama, dari aspek kebijakan, angka stunting yang masih melebihi ambang batas (<20%) menunjukkan bahwa kebijakan pencegahan stunting belum berjalan sebagaimana mestinya. Kedua dari aspek peran serta masyarakat. Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam mendukung kebijakan pemerintah. Peran serta masyarakat sangat penting karena masyarakat itulah yang benar-benar memahami kondisi dan situasi yang sedang dialaminya dan masyarakat pula yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menangani masalah stunting.

Lalu bagaimana cara mencegah terjadinya Stunting?

Cara mencegah stunting dapat dimulai ketika bayi  masih didalam kandungan sang ibu, yakni dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan zat besi dan asam folat untuk ibu. Kemudian setelah lahir, Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan, Memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala, Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan, Memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala. Dan tak lupa juga cara mengatasi stunting pada anak yang tidak boleh dilewatkan adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum dan makan serta habis melakukan aktivitas di kamar mandi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun