Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif untuk menguatkan pemahaman tentang identitas manusia Indonesia dengan mengacu pada panduan berikut:
- Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan;
- Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.
1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan.
Hasil observasi yang saya lakukan di SDN 31 Cakranegara yaitu terdapat beberapa peserta didik yang memiliki latarbelakang suku dan budaya yang berbeda dari peserta didik yang mayoritas dari suku sasak yaitu ada yang dari suku jawa dan suku mbojo. Hal tersebut sangat menarik perhatian saya yang merupakan bentuk dari keberagaman manusia indonesia yang tercermin pada Bhineka Tunggal Ika. Berdasarkan pemahaman saya setelah mengikuti perkuliahan Filosofi Pendidikan Indonesia bahwa manusia Indonesia adalah unik dan memiliki ciri khas. Manusia Indonesia berasal dari latar belakang yang beragam baik itu agama, suku, ras, dan budaya namun tetap satu tujuan dalam naungan Bhineka Tunggal Ika dengan ideologi Pancasila. Berdasarkan hasil observasi yang saya amati di SDN 31 Cakranegara, guru tidak membedakan peserta didik satu sama lain yang memiliki latar belakang yang berbeda.Â
Peserta didik diperlakukan sama oleh guru tanpa ada yang diistimewakan ataupun dikucilkan, semuanya sama rata. Terlihat dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mendidik peserta didik, peserta didik memperoleh pengajaran dan perhatian yang sama dari guru. Hal tersebut sesuai dengan penghayatan pada Bhineka Tunggal Ika yaitu walaupun berbeda latar belakang kita tetap satu tujuan dalam hal mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya itu, penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan pun terlihat pada peserta didik. Peserta didik saling menghargai dan menghormati antar sesama tanpa membedakan latar belakang suku dan budaya yang berbeda. Mereka bermain dengan senang satu sama lainnya tanpa ada yang saling menjelekkan satu sama lain dikarenakan perbedaan suku tersebut. Tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah pun terlihat dari pemajangan gambar garuda pancasila di setiap ruangan kelas yang mengingatkan kepada peserta didik akan semboyan bangsanya yaitu walaupun berbeda-beda tetapi satu tujuan.Â
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.Â
Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang terdapat di SDN 31 Cakranegara yaitu pelaksanaan upacara bendera hari Senin yang rutin dilakukan setiap hari Senin untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang memerdekakan bangsa Indonesia. Pelaksanaan upacara benderah hari Senin merupakan bagian dari penghayatan nilai Pancasila sila ketiga yaitu untuk meningkatkan rasa nasionalisme peserta didik dan warga sekolah lainnya. Selain itu, terdapat amanat yang akan disampaikan oleh pembina upacara seperti mengarahkan untuk saling menghormati sesama. Warga sekolah di SDN 31 Cakranegara secara keseluruhan bergama islam sehingga kegiatan pendidikan agama pun hanya satu untuk semua tanpa menyediakan kegiatan lain untuk agama lain. Penghayatan nilai Pancasila sila pertama yaitu pelaksanaan kegiatan IMTAQ setiap hari Jum'at yang bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwa peserta didik sebagai bentuk dari nilai ketuhanan pada sila pertama. Penghayatan nilai-nilai Pancasila lainnya yaitu saling menghargai dan menghormati antar sesama walaupun memiliki latar belakang suku yang berbeda. Di SDN 31 Cakranegara terdapat beberapa peserta didik yang berasal dari suku selain suku sasak yaitu ada yang dari suku jawa dan suku mbojo. Peserta didik bermain bersama satu sama lain tanpa mempedulikan latar belakang dari teman-temannya. Mereka saling menghargai satu sama lainnya. Tidak hanya itu, guru juga memperlakukan peserta didiknya dengan sama tanpa melihat perbedaan latar belakang suku yang terdapat pada peserta didik baik itu dalam proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran, dalam pemilihan ketua kelas semua peserta didik memiliki hak dan kewajiban yang sama walaupun dengan latar belakang suku yang berbeda. Peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk memilih dan mngajukan diri sebagai kandidat ketua kelas yang merupakan penghayatan dari nilai pancasila sila keempat. Tidak hanya itu, guru juga tidak membedakan peserta didik saat pembagian kelompok diskusi. Guru membagi kelompok dengan adil tanpa membedakan peserta didik yang berasal dari latar belakang suku yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H