Mohon tunggu...
Muna Handifo
Muna Handifo Mohon Tunggu... Lainnya - single fighter street fighter

petani tradisional, pernah terdampar di pasar tradisional, terkungkung di warung tradisional dan melakoni street marketing

Selanjutnya

Tutup

Drama

Pidato Presiden di Negeri Antah Berantah Menjelang Pergantian Tahun

31 Desember 2011   10:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:32 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah negeri antah berantah yang morat-marit pengelolaannya, yang di pimpin oleh seorang presiden yang bernama sebut saja Sibeyo. Konon ada upacara peringatan menyambut tahun baru di negeri tersebut. Sang presiden menginginkan momentum tahun baru menjadi titik balik kebangkitan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Presiden pun mengharapkan acara penyambutan tahun baru di laksanakan secara sederhana dan menjadi titik balik kebangkitan bangsa dalam menyikapi dinamika kehidupan bernegara dalam konteks nasional, regionaldan global, presiden akan menyampaikan pidato terbuka yang langsung di saksikan oleh seluruh elemen negara, jaksa, hakin, guburnur bupati, termasuk rakyat-rakyatnya.

Para protokoler istana pun menseting acara secara apik, maka di formulasilah acara perayaan. Setelah pidato presiden akan di langsungan dengan telekonferenci dengan para gubernur, bupati, camat, RT, hingga rakyat kecil.

Protokoler istana telah menyiapkan teks pidato yang akan di sampaikan bapak presiden, isi pidato yang di siapkan para penyusun teks berupa keberhasilan pembangunan yang telah di capai secara nasional, dan prestasi secara global.

Singkat cerita waktu yang di nanti-nanti sudah semakin mendekat, bapak presiden duduk di kursi kehormatan. Tibalah saatnya bapak presiden menyampaikan pidato, dia berjalan dengan irama yang teratur menuju podium. Ajudan memberikan teks pidato yang akan dibacakan, namun bapak presiden menolak teks tersebut, dengan sedikit perasaan kaget ajudan hanya memberi hormat tidak menduga kalau presiden akan berpidato tanpa teks padahal jauh-jauh hari bapak presiden sudah menyampaikan dan memberi poin-poin penting yang akan di sampaikan.

Bapak presiden tiba di podium kehormatan, ya membuka pidato dengan salam “ Assalamu ‘Alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh dan Salam Sejahtera buat kita semua.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.

Sebelumnya perkenankan saya menyampaikan pidato tanpa teks, sebenarnya saya telah meminta staf untuk membuat teks pidato, dengan poin-poin yang ingin saya sampaikan sebagaimana lazimnya pidato-pidato sebelumnya. Namun kali ini, saya merenungkan kembali bukankah pidato-pidato sebelumnya telah saya sampaikan namun hasilnya tidak signifikan dan kepercayaan rakyat semakin menurun.

Dengan menghela nafas kemudian menghembuskannya bapak presiden melanjutnya, Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Setelah saya pikir-pikir dan mempertimbangkan segala sesuatunya maka tibalah saatnya bagi bangsa ini untuk bangkit dari segala keterpurukan, model pengelolaan negara yang bersih, korupsi yang harus dihentikan, eksploitasi sumber daya alam oleh preman bangsa sendiri dan pihak asing harus dihentikan. Keadilah harus ditegakkan. Kejujuran pada diri sendiri harus menjadi komitmen kuat dalam kehidupan berbangsa.

Bangsa kita bangsa yang besar, bangsa yang kaya dengan sumberdaya alam, sumber daya manusia yang cukup, sayangnya kekayaan alam ini masih di nikmati oleh preman-preman, penguasa dan pihak asing dan sangat sedikit yang di nikmati oleh rakyat kecil.

Semua itu dapat kita capai dengan semangat bersama untuk mencapai kemandirian, kesejahteraan dan keadilan.

Semua itu tidak dapat di wujudkan kecuali dengan keteladanan pemimpin. Maka sebagai presiden saya akan memberi contoh dan memberi keteladanan, adapun langkah-langkah yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut :

-Kejujuran, mulai detik ini saya akan mencanangkan program jujur nasional dengan slogan “ sudahkah anda jujur hari ini”. Untuk itu saya harus jujur mengakui bahwa saya terlibat dalam kasus kenduri untuk memperlancar naiknya kembali saya sebagai presiden. Kedua, saya harus jujur bahwa pengelolaan negara selama ini tidak lepas dari kepentingan asing dan kepentingan oknum-oknum tertentu di negeri ini, saya mengikat komitmen-komitmen dengan mereka. Maka untuk itu jujur saya akui.

- Penghematan, mulai detik ini saya mencanangkan program hemat nasional, hemat bahan bakar, hemat pengeluaran dan hemat dalam menggunakan anggaran negara. Untuk itu sebagai kepala negara mulai detik ini saya akan menolak fasilitas berlebihan dari negara. Mobil mewah yang anggarannya milyaran saya instruksikan untuk di jual, istana negara akan kita kontrakan anggarannya akan di gunakan untuk program-program yang pro rakyat. Segala bentuk acara kenegaraan, saya instruksikan anggarannya di tekan sekecil mungkin kita hindari penggunaan anggaran yang berlebihan. Pelaksanaan acara-acara yang penting ke depan kita laksanakan secara sederhana di tempat yang sederhana.

-Keadilan, saya tekankan kepada seluruh jaksa dan hakim untuk memberi hukuman yang adil. Dan mulai hari ini, pelaku tindak pindana korupsi dan kejahatan berat lainnya di hukum dengan setinggi-tingginya...dst

Masih banyak pidato yang di sampaikan namun yang inti hanya poin-poin itu,

Selanjutnya bapak presiden berinteraksi dengan para menteri-para jaksa- dan seluruh elemen negara, para gubernur, hingga rakyat kecil, selanjutnya masing-masing pimpinan di persilahkan untuk menyampaikan uneg-uneg, yang di mulai dari para menteri kabinet, gubernur hingga rakyat kecil. Intinya bapak presiden meminta masukan dari para bawahannya hingga rakyatnya..

Tibalah giliran para menteri, satu-satu menyampaikan pidatonya. ...

Bapak presiden yang saya muliakan dan seluruah rakyat indonesia yang saya banggakan, sejujurnya saya ingin memberikan masukan pada bapak presiden namun saya merasa substansi persoalan bukan di situ, bukan sekedar masukan yang berubah menjadi kebijakan... problemnya adalah kejujuran, keadilan, konflik kepentingan yang ada yang membuat bangsa ini porak-poranda. Maka untuk itu saya juga harus mengakui kesalahan-kesalahan saya... dengan menyebut kesalahan satu per satu... di akhir pidatonya ya memohon maaf kepada bapak presiden dan Rakyatnya...

Presiden dan rakyatpun menggeleng-gelengkan kepala...

Selanjutnya para gubernur yang menyampaikan pidato, presiden berharap di sinilah ya akan dapat masukan. Namun lagi-lagi harapan presiden melenceng, pidato gubernur A- sampai Z berubah jadi pengakuan dosa/kesalahan-kesalahan.

Presiden, menteri, bupati, rakyat dan tamu lainnya menggeleng-gelengkan kepala.

Selanjutnya para bupati yang menyampaikan pidato, presiden berharap di sinilah ya akan akan mendapatkan masukan. Namun lagi-lagi harapan presiden melenceng, Pidato bupati A sampai Z berubah menjadi pengakuan dosa/kesalahan-kesalahan.

Presiden, menteri, gubernur dan pembantu-pembantunya, tamu dan rakyat kecil menggeleng-gelengkan kepala...

Kemudian bapak presiden mempersilahkan para mahasiswa dan aktivis LSM, sambil senyum-senyum presiden berharap disinilah ya dapat masukan-masukan toh yang paling vokal suaranya mereka-mereka ini. Tampilah perwakilan mahasiswa dan LSM. Pidato di mulai harapan presiden kembali melenceng yang ada adalah pengakuan dosa... kali ini presiden menyimak dengan seksama, kalau para menteri, gubernur dan bupati dia tidak begitu menyimak karena tidak jauh-jauh dari kesalahannya seputar kekuasaan.Namun sebelum para aktivisi menyampaikan pidatonya presiden bertanya dulu “dosa apa engkau para mahasiswa dan LSM” kembali perwakilan mahasiswa dan LSM melanjutkan “ pak presiden dan rakyat, kami vokal itu bukan gratisss tauuuu, kami vokal itu sudah di bayar sama kepentingan asing, kepentingan preman, dan kepentingan para penjilat. Di bagian akhir pidatonya perwakilan itu menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh hadirin.

Presiden, menteri, gubernur dan seluruh hadirin menggeleng-gelengkan kepala...

Di bagian akhir pak presiden memita rakyat langsung menyampaikan uneg-unegnya, kali ini tidak melalui perwakilan, karena presiden sudah tau perilaku para wakil rakyatnya ada yang menjilat, muka tembok meski ada yang ikhlas. Presiden sangat antusias mendengarkan karena pasti yang inilah rakyatnya yang suci yang di bangga-banggakannya dia mendapat masukan

Rakyat tersebut tampil dengan muka malu-malu tampak suci, maklum tidak biasa tampil di muka publik. Ya memulai

“Bapak presiden yang mulia dan seluruh hadirin yang saya hormati, rasanya di pundak sayalah harapan akan masukan itu ada, saya melirik presiden sangat antusias untuk mendengarkan pidato saya, namun saya pastikan bapak presiden kembali akan menelan pil kekecewaan karena saya pun akan menyampaikan pengakuan dosa-dosa saya”.

Bapak presiden terheran-heran salah apa engkau wahai rakyatku? Rakyat kecil itupun melanjutkan, bapak presiden dan seluruh hadirin, saya sekian banyak menerima bantuan dari negara tapi tahu, bantuan pupuk untuk tanaman saya itu, saya jual untuk membeli rokok dan mabuk-mabukan, begitu juga bantuan-bantuan lainnya semuanya saya gunakan untuk foya-foya.

Bapak presiden tertegun, semua sudah berbicara, bapak presiden kembali mengambil toa dan menutup pidatonya...

Saudara sebangsa dan setanah air, rasanya semua sudah menyampaikan uneg-unegnya dan ternyata tidak ada yang suci. Untuk itu di akhir tahun ini kita tutup lembaran buruk kehidupan negeri ini, kita mulai dengan harapan baru, semangat baru menyongsong negeri ini. Segala bentuk kesalahan kita tutup dan kita maafkan biarlah menjadi pertanggungjawaban kita dihadapan-Nya, karena toh bila semua di proses hukum mungkin separuh isi negeri ini akan masuk penjara, termasuk saya. Bersediakah kita saling memaafkan serentak seluruhnya bersorak bersedia...

Akhirnya mengalun lagu “ku yakin sampai ke sana”, sebuah lagu yang di ciptakan oleh presiden di negeri sebelah.

Note: Imajinasi liar yang langsung di tuliskan.


Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun