Lama bergerak mengintari waktu...
Terpedaya gelak tawa...
Kepedihan mendekap dada...
Ayunan demi ayunan melangkah... menapak...meninggalkan bekas...
Keabadian dan raibnya makna yang tertoreh pada dinding-dinding sejarah...
Ada selaksa cerita, haru, sedih, bahagia, hingga pilu ...
mengiringi setiap detak nadi perjalanan.....
.
Kesombongan, keangkuhan, kejumawaan menghentak dinding-dinding nurani...
sementara rasa rendah diri, ogah, pesimis... mendekam kalbu...
Pada angin malam yang berhembus, sinar rembulan yang memancar hingga pekikan burung hantu...
kuceritakan semua kisah...
Jangan lagi menatap masa depan sebagai hamparan fatamorgana yang tak bisa kita bentuk menurut mau kita...
Tapi sebagai kanvas yang bisa kita model menurut ingin kita...
semua bisa terwujud bila berikrar bersama, berjanji hingga bertasbih
di detik itu kuakan menantang matahari... menghempaskan badai...meremukan batu karang...
Itu semua bisa kita wujudkan karena kekuatan cinta, yang mampu menghempaskan dan membuat kita berdiri tegar.
Cinta yang bersandar pada kekuatan sang pemilik cinta.
Karena cinta pujaan abadi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H