Mohon tunggu...
Muna Handifo
Muna Handifo Mohon Tunggu... Lainnya - single fighter street fighter

petani tradisional, pernah terdampar di pasar tradisional, terkungkung di warung tradisional dan melakoni street marketing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Harga Sayuran Turun Drastis, Petani Menjerit

21 Oktober 2011   16:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:40 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_143043" align="alignleft" width="334" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Ibu Wati (bukan nama sebenarnya), seorang pedagang pengecer di Pasar Pabaeng-Baeng Makassar, menyampaikan bahwa harga tomat di tingkat petani Rp 300/kg (Kamis, 20 Oktober 2011), Sementara Pak Andi, Jum'at 21 Oktober menyampaikan bahwa harga pembelian tomat di tingkat pedagang pengumpul (dari daerah pertanian) kepedagang pengecer hanya di hargai antara Rp 500-Rp750/ kg, sementara kol Rp. 900/kg. Harga tomat di tingkat konsumen antara Rp 1.000-Rp 1.500/kg untuk kualitas super, Sedangkan kol di tingkat konsumen Rp 1.500 sampai Rp 2.000/kg Di sentra penanaman sayur-sayuran di Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa, salah satu daerah pemasok sayuran untuk kota Makassar  yang berjarak kurang lebih 90 km dari Kota Makassar, Sunardi, salah seorang petani menyampaikan bahwa harga sayur-sayuran turun sejak 2 bulan belakangan, namun harga turun drastis beberapa hari belakangan. Ya mencontohkan harga tomat yang pada kondisi normal di hargai Rp 4.000/kg saat ini hanya Rp 250/kg, sementara kol antara Rp 2.000-Rp 3.000/kg  saat ini anjlok Rp 500/kg, bahkan dua hari yang lalu harga sampai Rp 300/kg, sementara bawang prei Rp 1.000/kg, sawi putih Rp 1.000/kg, hanya kentang dan wortel yang masih lumayan bagus masing-masing Rp 6.000 dan Rp 2.000  per kg-nya. Sunardi harus menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah, tamanan tomatnya yang luasnya ½ ha di biarkan saja, "bagaimana mau panen, biaya untuk panen saja tidak sampai" ujarnya. Hal yang sama di alami iparnya, utang saprodinya belum di bayar. "mau di bayar dengan apa kalau panen saja tidak" tambah Sunardi Ketua Kelompok Tani Kampung Baru, Sumarna membenarkan apa yang di ungkapkan Sunardi, beliau menambahkan "bagaimana petani mau berhasil sementara harga bibit, pupuk, herbisida dan obat-obatan lainnya semakin hari semakin tinggi. Beliau mencontohkan harga pupuk di tinggkat petani, pupuk Urea mencapai Rp 2.000/kg, NPK =Rp 125.000/50 kg, ZA mencapai Rp 85.000/karung (50 kg), pupuk kandang pun Rp 500/kg. Di konfirmasi terpisah, pedagang besar sayur-sayuran di Desa Kandreapia  Kecamatan Tinggi Moncong, Hajjah Sunggu menyampaikan bahwa rendahnya harga karena produksi yang tinggi, sementara pasaran kurang. Hajjah sungguh yang menjual barang dagangannya ke Kalimantan mengatakan bahwa proses penyortiran menjadi salah satu sebab harga di petani murah. Beliau mencontohkan untuk mengirimkan sayuran sejenis tomat ke kalimantan harus di pilih yang belum matang benar. Bahkan dia mau menjual buah sortirannya yang tidak masuk size dengan harga Rp 3.000  per petinya ( 40 kg). Sementara H. Cacci petani yang ikut menyortir tomat di gudang Hajjah Sunggu menyampaikan bahwa biarpun murah tetap di panen tapi persoalannya tidak ada yang mau beli. Petani banyak yang bertanam tomat karena tahun lalu harganya relatif stabil tidak seperti sekarang ini, tambahnya. Rendahnya harga sayur-sayuran, juga di sebabkan oleh musim kemarau yang panjang, di mana banyak petani yang memiliki sawah mengalihkan lahannya dengan di tanam sayur-sayuran sehingga produksi sayur melimpah. Di perkirakan harga akan mengalami kenaikan apabila musim hujan sudah turun. Melihat kondisi harga seperti itu petani mulai mengganti tanamannya dengan tanaman kentang dan wortel yang harganya masih relatif tinggi, namun ada ketakutan beberapa petani bila impor wortel dan kentang di lakukan secara besar-besaran bisa-bisa menjatuhkan harga kentang dan wortel lokal turun drastis. Ada harapan yang besar dari para petani tersebut agar keberpihakan pemerintah lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun