Mohon tunggu...
Muna Handifo
Muna Handifo Mohon Tunggu... Lainnya - single fighter street fighter

petani tradisional, pernah terdampar di pasar tradisional, terkungkung di warung tradisional dan melakoni street marketing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kutitip Rinduku, Pada Pejuang Itu

3 Mei 2013   09:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:12 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kulihat ada resah di sana...
di ujung terowongan matamu menyimpan lelah...
ada sejuta harapan membuncah...
yang ingin menjadi lilin di tengah bayangan samar.

Kau telah mendayung dari timur hingga barat...
Hingga kau terjebak pada patahan-patahan pulau...
Kau Jumpai fajar hingga fajarpun menjumpai-mu...
Tak pernah kudengar sebait kata lelah-letih.

Perjuangan tak pernah berakhir...
Keyakinanmu begitu kuat melelehkan seluruh rintangan yang kau jumpai.
Padang tandus pun kau coba selami...
hingga lautan gambutpun kau langkahi...

Kutak tahu sudah berapa rupiah yang kau ukir dari perjalanan...
yang ku tangkap sebait kata tulusmu, keyakinanmu dan keikhlasanmu...
kita pernah meretas asa, walau akhirnya kita berpencar...
Pada angin kutitip rinduku, akan perjumpaan di masa depan...
Bahwa kita masih sama... masih menyimpan asa itu.

Kudedikasikan buat sahabatku/kakanda... yang tak pernah letih "mendayung" di "samudra" indonesia. Selamat berjuang Kawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun