Mohon tunggu...
Muna Handifo
Muna Handifo Mohon Tunggu... Lainnya - single fighter street fighter

petani tradisional, pernah terdampar di pasar tradisional, terkungkung di warung tradisional dan melakoni street marketing

Selanjutnya

Tutup

Money

Jangan Abaikan Keberadaan Retail!

29 Mei 2013   09:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:52 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang customer telekomunikasi datang ke outlet kecil saya, ia hendak membeli satu produk kartu telepon seluler. Sebelum ia membeli, terlebih dahulu ia berkonsultasi kepada saya. Pertanyaannya kira-kira kartu perdana apa yang bagus di gunakan untuk melakukan kegiatan tertentu misalnya telpon, sms, internet dan lain-lain. bagus di sini dapat di artikan lebih murah biayanya dan nyaman saat di gunakan (Jaringan internet tidak lalot, sms tidak terpending dan seterusnya).

Sebagai outlet saya mencoba menggerakan psikologi pembeli dengan mempromosikan produk layanan jaringan operator seluler tertentu. Yang mana saya promosikan, pasti yang menguntukan buat retail  dengan berbagai pertimbangan misalnya nominal keuntungan yang di peroleh lebih besar dari operator lain, peluang pelanggan untuk melakukan isi ulang, dan yang tidak bisa diabaikan kenyamanan pelanggan dalam menggunakan produk tertentu.

Retail adalah basis promosi awal sebuah produk. Hal itu tidak bisa dinafikan, keberadaannya yang menggerakan psikologi pembeli adalah langkah awal costumer berkenalan dengan produk lebih detail. Berbeda dengan promosi melalui baliho, tayangan media yang pasif dan satu arah. Keberadaan retailer berlangsung komunikasi 2 arah. Costumer bisa bertanya kepada retail tentang kelebihan dan kekurangan suatu produk, satu hal yang di dapatkan pada promosi baliho, iklan televisi, koran dan lain-lain.

Bagaimana Produsen Memandang Keberadaan Retail?

Pada produk jaringan telekomunikasi misalnya, sebagai retail saya merasa minimnya keberpihakan produsen kepada retail, minimnya pembinaan yang di lakukan, serta minimnya keuntungan yang di berikan pada retail. Sebagai contoh pada produk isi ulang jaringan telekomunikasi A untuk transaksi pengisian pulsa 10 ribu misalnya keuntungan yang di berikan kepada retail hanya berkisar antara Rp 700,- hingga Rp Rp 800 perak.

Lebih anehnya lagi harga yang diberikan dealer resmi lebih mahal di bandingkan harga yang di berikan para broker  kepada retail. Maka sudah seharusnya produsen bisa memperhatikan retail. Maka saya bisa memahami perkembangan yang cukup pesat dari salah satu produsen jaringan operator seluler tertentu, itu salah satunya karena perhatian yang lebih kepada retail melalui nominal keuntungan yang sepadan, bonus-bonus yang di berikan kepada  maupun retail gathering.

Salam kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun