Mohon tunggu...
Hantus Tommy
Hantus Tommy Mohon Tunggu... Bankir - Saya bekerja di salah satu BPR (Bank Perkreditan Rakyat) di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Alumni Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Bekerja di bidang perbankan segmen mikro, berasal dari kota Balikpapan (Kalimantan Timur) dan sekarang berdomisili di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kolaborasi RTC] Sang Dewi

14 April 2016   13:52 Diperbarui: 15 April 2016   08:09 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - sumber gambar: antaranews.com"][/caption]

‪#‎BulanKolaborasiRTC

Sang Dewi
Karya: Hantus Tommy & Fitri Manalu

Bergelas-gelas anggur. Hentakan musik. Tungkai-tungkai telanjang. Peluh mulai mengucur. Tua-muda, lelaki-perempuan, remaja hingga paruh baya yang berbusana layaknya remaja, tumpah ruah memadati lantai. Berpasang-pasangan, bergoyang sesuka hatinya. Tubuh-tubuh mereka merapat, atau sengaja dirapatkan. Sebagian saling dekap, ditingkahi kerlap-kerlip yang berkelebat di antara temaram. Pesta baru akan dimulai.

Aku tersesat di antara keriuhan. Brengsek! Harusnya tak kudengarkan hasutan Anton. Ini bukan duniaku. Seumur hidup, baru kali ini aku menginjakkan kaki ke tempat semacam ini. Aku segera menyesali kebodohanku. Terutama setelah Anton meninggalkanku bersama sekelompok gadis muda dengan busana yang akan membuat ibuku kena serangan jantung. Tentu saja aku menolak ajakannya bergabung. Aku tak ingin tergoda. Sungguh tak ingin.

Tiba orang-orang berhenti. Padahal, musik masih berdentum. Pandangan mereka mengarah ke atas panggung. Terpana. Pun aku.

Seorang dewi sedang meliuk-liuk gemulai. Setiap geraknya memukau. Lekuk tubuhnya pahatan maha karya. Indah. Sepasang mataku enggan berkedip. Terpana.

Perlahan tapi pasti, dewi itu menuruni panggung. Bergaya anggun menyibak kerumunan. Belahan gaunnya tersingkap saat ia melangkah, menampilkan tungkai mulus tanpa cela. Ia menuju ke arahku. Aku menahan nafas.

“Mari, menarilah bersamaku.” Sang Dewi mengulurkan tangan. Bibir merahnya merekah basah. Melambungkan hasrat terdalamku. Peluh mengilat di leher jenjangnya. Di sekeliling kami, lusinan pasang mata siap menerkam.

Kusambut uluran tangannya. Sang Dewi menarikku mendekat. Tubuh kami bersentuhan. Kudekap ia erat. Inilah surga sesungguhnya.

wangi tubuhmu membuat lelaki berhasrat padamu,
untuk mencumbumu dalam gemulai tubuhmu
tak seorang lelaki pun akan melepaskanmu,
terbuai dalam pesona kemolekan tubuhmu...*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun