Kata rahasia ini bukan seperti yang anda pikirkan, saya hanya tidak mau menyebutkannya saja. Tapi swear, bukan bidangspionase atau kegiatan mata mata apalagi teroris.
Saat itu, hari rabu pukul 09.00, kami memulai perjalanan menuju Cilacap, Jawa Tengah. Dengan mengendarai sebuah mobil kecil nan imut ditambah menggemaskan (karena berwarna merah jambu), si pinky nama panggilan mobil itu. Peralatan yang harus dipasang di kapal Tanker sudah di bungkus dan disiapkan, dari jauh hari pun sudah loaded didalam si Pinky ini. Lama perjalanan diprediksi sekitar 9 jam, dari sebuah daerah bilangan jawa barat namun tepat dipinggiran ibukota. Saya tidak mau menyebutkan nama daerah tersebut karena anda pasti berasumsi disana banyak tukang bubur. Hayoooo……Pasti dehh langsung tau????
Dari point start hingga keluar jalan berbayar tidak ada kejadian yang bisa banyak diceritakan, selain memang biasa biasa saja juga karena saya tidur. Hehe…
Namun setelah mulai memasuki daerah Garut dengan spesifik nama Nagreg, mulai ada kejadian yang unik namun tidak juga tidak biasa. Yaitu, RAZIA POLISI…
Sebenarnya sekitar +/-20Km sebelumnya juga ada kegiatan semacam itu, namun kali ini Pinky disuruh ke pinggir oleh beliau yang terhormat (ehemm). Tanya jawab klise terjadi, seperti selamat siang pak, boleh liat aidi (baca : ID), lihat SIM. Lihat ke bangku belakang dan menanyakan barang apa yang dibawa dan dijawab oleh kawan saya hanya barang belanjaan berupa elektronik. Kemudian, disuruh menghadap ke kantor pinggir jalan beliau tersebut yang pas saya lihat ada tulisan berwarna kuning yang berbunyi “Warung Nasi Katineung”. Kawan saya dan beliau yang terhormat itu terlihat bertukar pikiran sambil sesekali tersenyum. Kawan saya tersenyum serba salah dan seakan tahu bakal kearah mana pembicaraan tersebut dan beliau yang terhormat tersenyum seakan yakin akan mendapatkan tujuannya dan bersifat ingin dimaklumi.
Singkat tulisan, selesailah arena senyum senyum dan tukar pikiran mereka itu. Beliau tetap dengan senyumnya, namun kawan saya dengan senyum seperti menyesali mengapa harus terlibat tukar pikiran dengan beliau yang terhormat tadi. 50.000 rupiah adalah hasil mufakatnya. Dengan alasan plat nomor polisi yang tengah bertengger di hidung dan di buntut si Pinky adalah tidak asli. Entah apakah hasil diskusi dari pengendara lainnya, dari motor hingga kendaraan umum, yang berjejer terkena tukar pikiran paksa itu berakhir dengan kemufakatan yang sama atau bahkan lebih.
Komentar dari kawan saya adalah itu karena kurangnya sedekah saat ingin berangkat hingga dipaksa atau terpaksa mengeluarkan sedekah kepada fakir miskin berseragam yang digaji tiap bulan dan telah mengalami perbaikan gaji dibanding puluhan tahun sebelumnya tersebut.
Selamat dari mulut harimau, kami mencari tempat ibadah yang didekatnya ada rumah makan dan tentunya ada kamar kecil. Biar bisa menjalani beberapa kegiatan yang berhubungan dengan tempat tempat disebut dalam satu tempat kawasan. Sebenarnya, sebelum mencari tempat dengan spesifikasi seperti tadi, kami bercanda agar ada satu tambahan lagi, yaitu ada tukang duren. Jadi lengkapnya, kami mencari tempat untuk ibadah, namun dekat dengan rumah makan, kamar kecil dan ada tukang duren disekitarnya. Susah mungkin mencari tempat dengan detil seperti itu, namun selepasnya kami dari makan, ibadah dan buang air baik besar maupun kecil, kami melihat Masjid yang dikelilingi bermacam macam tempat makan dan makanan, ada WC umum air bersih dan yang hebatnya ada tukang duren di pinggir areal masjid itu. Lumayan cukup bisa membuat kami tertawa, ternyata ada tempat dengan spesifikasi yang sesuai canda kami, mengingat kami ada dijalan yang menuju Jawa Tengah. Apalagi, kami melihat jarangnya kendaraan yang berhenti untuk beristirahat, pasti jarang pula yang berdagang.
Hingga tak terasa kami mulai melihat gapura besar yang menandakan perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun terasa perbedaan dari keadaan jalannya. Dari sebelum gapura masuk, jalan masih terasa dan terlihat mulus namun setelah masuk gapura, mobil yang kawan saya kendarai mulai bergoyang kiri kanan naik turun. Otomatis saya dipaksa mengikuti pola goyangannya, kanan kiri turun naik. Dan saya baca disekitar papan yang ada dipinggir jalan, dari papan iklan hingga papan yang menerangkan bahwa bangunan dibelakang papan reklame itu adalah kantor pemerintahan setempat, seperti kelurahan dan kecamatan, ternyata kami telah memasuki daerah yang bernama Cilacap yang masih berbahasa sunda, atau tepatnya, menurut penduduk setempat, daerah itu belumlah Cilacap namun Majenang. Whatever, kami sudah ada di Jawa Tengah.
Sekarang tinggal mencari pelabuhan kapal tanker yang ada di Cilacap. Yang ternyata masih sangat jauh. Belokan dan lubang juga kubangan telah menemani kami sepanjang perjalanan ini demi untuk melaksanakan misi rahasia. Misi yang saya tidak mau sebutkan, namun bukan kegiatan spionase atau mata mata bahkan teroris apalagi melawan hukum.
Karang Pucung….