Sebuah buku bersampul aneh
Beberapa tahun yang lalu, aku datang ke sebuah toko buku Gramedia dan terlihat sebuah buku terpajang di sebuah rak. Sebuah buku dengan desain sampul yang menyolok mata, yang menurutku kurang menarik, dan aneh, berbeda dengan sampul buku lainnya yang ada disampingnya. Akan tetapi karena keanehan sampul depan buku tersebut, aku pun menuju ke rak buku yang memajangnya. Aku pegang buku itu dan hanya membaca judul buku yang bersampul aneh tersebut tanpa melihat siapa pengarangnya. Buku yang berjudul, Sex After Dugem, Catatan Seorang Copywriter yang diterbitkan oleh Galang Press.
Gambar sampul buku depan yang kukira di isi dengan foto seorang gadis tulen ternyata itu adalah foto seorang laki-laki yang memakai rambut panjang dengan warna hijau yang menyolok.Â
Akhirnya aku hanya berpikir apakah seorang pengarang buku ini adalah seorang waria? Tanpa berpikir panjang, aku pun menaruh kembali buku tersebut ditempatnya. Tidak sempat terbersit di dalam pikiranku ini untuk membelinya, karena aku pikir buku itu berisi cerita kehidupan seorang waria -ha..ha! saya mohon maaf kepada om Budi kalau dulu saya nggak beli bukunya, suwer saya nggak tahu kalau itu om Budi-.
Seiring berlalunya waktu, akhirnya aku tahu siapa pengarang buku itu, ternyata Budiman Hakim namanya. Seorang copywriter mumpuni yang sudah lama berkecimpung dalam dunia tulis menulis dan periklanan. Itupun aku baru tahu siapa dia, ketika aku bergabung dengan sebuah grup Whatssup Workshop Penulisan bernama The Writers Batch 2 yang dipunggawai oleh Kang Asep Herna, dan mbak Devina, termasuk juga om Budi -panggilan Budiman Hakim-. (catatan : bagi yang tertarik untuk ikut bergabung dengan grup Workshop Penulisan The Writers Batch 3 silakan lihat informasinya di page Facebook akun Sebelum mati buatlah minimal 1 buku)
The Writers
Sebenarnya saya nggak tahu apa itu grup The Writers, itupun saya bergabung karena iseng-iseng juga. Eh....! ternyata setelah bergabung, para anggota grup tersebut tidak hanya berisi orang-orang yang baru belajar menulis malah ada beberapa penulis beneran yang sudah pernah bikin buku seperti Dinna Andianny -pengarang buku Diary Kuliah Dobel-, Fairuz Nurul Izzah -pengarang buku Keluargaku Jiwaku-, dan beberapa penulis lainnya yang sudah mumpuni dalam dunia tulis menulis.Â
Hebatnya para penulis ini memiliki kerendahan hatian, tidak mau menonjolkan 'keakuan' nya sebagai penulis yang sudah menulis buku, malahan mereka mau membagikan pengalaman dan ilmu mereka dalam bidang tulis menulis. Anggota grup ini terdiri dari berbagai kalangan profesi, dari seorang kameraman bawah air sampai penjual pakan burung. Tapi hebatnya para anggota grup ini, juga jarang sekali menonjolkan 'keakuan' profesinya, semuanya membaur untuk mau belajar dari menimba ilmu yang diberikan oleh para punggawa grup The Writers
Aku tidak akan membahas panjang lebar materi apa saja yang akan diajarkan oleh para punggawa Workshop Penulisan The Writers, akan tetapi apa yang mereka berikan jarang sekali kita temukan. Ilmu yang mereka berikan berdasarkan pengalaman pribadi yang didapat dari hasil berkecimpung dalam dunia tulis menulis dan periklanan. Misalnya om Budi yang memberikan tips bahwa hal-hal kecil pun bisa menjadi cerita dan bahan menulis yang dalam hal ini disebut dengan istilah Cerpenting (cerita tidak penting), Kang Asep yang memberikan materi ilmu dalam hal yang menyentuh masalah linguistik dan hypno writing dan mbak Devina sebagai admin grup yang mengatur jadwal pembelajaran.
Jadi secara umum saya terkesan dan berterima kasih dengan adanya Workshop Penulisan The Writers ini, banyak ilmu yang saya dapat dari grup ini, apalagi para mentornya tidak pelit dalam membagi ilmunya. (hpx)Â
Cerita ini pernah dimuat di : steemit.com