Mohon tunggu...
Hantodiningratâ„¢
Hantodiningratâ„¢ Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Minimalist Blogger

hantodiningrat.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menentang Arus Pandangan Umum

2 Oktober 2015   05:47 Diperbarui: 2 Oktober 2015   07:15 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="minimalist | sumber gambar: http://www.geniusawakening.com/genius-life/life-advice-from-30-year-old/"][/caption]Jika Anda berkomitmen untuk menerapkan gaya hidup minimalis, berarti Anda harus siap disebut sebagai orang yang berani menentang arus pandangan umum. Mengapa saya katakan Anda seorang pemberani? Karena kenyataannya memang demikian, tidak banyak orang yang cukup berani menerapkan gaya hidup minimalis ini dalam kesehariannya. Atau mengadopsinya sebagai sebuah jalan hidup. Karena hakikatnya, hidup minimalis adalah soal panggilan jiwa.

Keengganan mereka, bisa jadi dipicu oleh berbagai alasan, bahkan skeptisme. Mungkin bagi mereka gaya hidup minimalis ini, hampir mustahil di terapkan dalam masyarakat dengan kondisi dan tingkat ekonomi seperti yang sedang terjadi hari ini. Disamping itu, memang ada sebagian orang yang ternyata salah kaprah dalam menilai dan memaknai gaya hidup minimalis ini. Miskonsepsi ini muncul bisa jadi, lantaran kurangnya referensi tentang gaya hidup minimalis.

Sebenarnya, keengganan terbesar yang dialami oleh beberapa orang dalam menerapkan gaya hidup minimalis ini adalah akibat dari keengganan mereka menerapkan gaya hidup yang bisa dibilang nyeleneh dan sarat akan antitesis ini. Mencoba saja enggan, apalagi menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari? Ya, karena gaya hidup minimalis ini hakikatnya memang unik, dan kentara sekali perbedaannya jika diterapkan di masyarakat.

Disaat pandangan mayoritas masyarakat mulai dibutakan oleh gaya hidup yang bombastis dan wah, konsumtif, hedonis dan foya-foya, gaya hidup minimalis justru tampil terdepan untuk mengkampanyekan gaya hidup sederhana yang sudah sekian lama terkubur dalam, akibat tertimbun faham-faham kapitalisme, konsumerisme, hedonisme dan materialisme. Semua orang menjadi sama dalam menyajikan pola fikirnya. Bahwa hidup yang baik adalah more is more. Padahal bisa jadi yang Less justru yang More.

Disaat pandangan mayoritas masyarakat, menilai standar dan predikat sukses dilihat dari segi kekayaan, uang, dan kebendaan. Maka gaya hidup minimalis tetap kukuh dalam pendiriannya sebagai sebuah gaya hidup yang menawarkan alternatif definisi sukses secara lebih sederhana dan realistis. Gaya hidup minimalis tidak seperti kebanyakan gaya hidup arus utama, hidup minimalis justru mengajarkan kita kepada sebuah nilai-nilai yang harus dijunjung, bukan lagi soal harga yang dipatok.

Disaat mayoritas masyarakat melabeli bahwa orang yang sukses adalah orang yang sudah mampu beli mobil, rumah besar, perhiasan dan gadget mewah. Maka gaya hidup minimalis justru mendefinisikan sukses menurut apa yang ia yakini sendiri. Para minimalis tidak memberikan hak kepada orang lain untuk mendefinisikan arti sukses bagi mereka. Mereka meyakini bahwa, mereka ini sejatinya lebih dari sekedar sanggup untuk memberikan definisi sukses dengan cara mereka sendiri. 

Disaat mayoritas masyarakat mendamba-dambakan hidup ditengan hunian yang luas, megah dan mewah. Maka gaya hidup minimalis senantiasa mendambakan sebuah kehidupan yang sederhana, hidup di rumah sederhana dengan halaman, teras dan pekarangan yang luas, hidup berdampingan dan lebih dekat dengan alam. Dengan rumah yang sederhana dan tidak terlalu besar, berarti akan lebih murah harga belinya, lebih mudah perawatannya, dan tentu saja akan lebih cepat bersih-bersihnya.

Disaat mayoritas masyarakat menganggap bahwa predikat kaya hanya layak disandang oleh orang-orang yang ber-uang dan berkantong tebal. Maka gaya hidup minimalis justru menganggap bahwa kita tidak bisa disebut kaya jika kita tidak mempunyai sebuah nilai jual atau tawar yang tidak bisa dibeli dengan uang. Para minimalis menganggap bahwa, kita tidak bisa dikatakan kaya sebelum kita mempunyai sebuah hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Dan kekayaan, adalah indikator termiskin dari sebuah kesuksesan.

Gaya hidup minimalis itu penuh anomali, disaat mayoritas masyarakat berpendapat bahwa hidup yang baik adalah hidup yang selalu lebih, lebih dan lebih. Maka gaya hidup minimalis justru mengajarkan kepada kita tentang hakikat kehidupan. Karena dalam hidup, ternyata kita hanya membutuhkan sedikit hal dari apa yang pernah kita inginkan dan bayangkan sebelumnya. Kita dituntut harus bisa membedakan antara kebutuhan dan atau hanya keinginan semu. Karena sejatinya, rasa syukur tidak akan pernah ada, tanpa ada rasa cukup.

Hantodiningratâ„¢ | Minimalist Blogger | Kompasianer | www.hantodiningrat.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun