Mohon tunggu...
Hantiantoro Mik
Hantiantoro Mik Mohon Tunggu... -

Saya kuliah di PSIK Undip 2011.\r\nSaya adalah mahasiswa yang ingin menjadi Juara lomba nasional tahun 2012. Dan bisa ke luar negeri dalam waktu 4 tahun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perawat Tanggap Bencana

22 September 2012   16:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 2183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PERAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana.Data statistik tahun 2011 tercatat ada 1.598 kali bencana. Sedangkan tahun 2012, kuantitas bencana pun semakin meningkat. Dengan meningkatnya bencana, seharusnya penanganan atau pelaksanaan tanggap bencana juga ditingkatkan kualitasnya.

Fenomena yang terjadi di tempat pengungsian adalah hampir semua tim relawan di lokasi pengungsian hanya melakukan tindakan evakuasi, search and rescue (SAR), pemenuhan konsumsi dan logistik, serta tindakan medis yang dilakukan kepada korban yang cidera.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang terjun ke daerah bencana, seorang mahasiswa keperawatan tentu akan memandang luas makna bencana. Dalam ilmu keperawatan jiwa, bencana itu tidak hanya menyebabkan sakit secara fisik saja. Secara holistic (holism, listening, intuitive,and care), bencana dapat merusak kondisi biologis, sosial, dan utamanya mental atau kejiwaan seseorang. Trauma yang dialami akan menjadi masalah tersendiri yang membutuhkan pemikiran khusus agar permasalahan kejiwaan korban bencana dapat diatasi dengan baik. Mahasiswa keperawatan yang notabenenya mengerti permasalahan ini seharusnya dapat dapat menunjukkan peran aktifnya dalam pelaksanaan tanggap bencana. Meskipun dalam taraf dasar, namun mahasiswa keperawatan sudah dibekali prosedur merawat seseorang secara menyeluruh.

Jika kompetensi yang dimiliki mahasiswa keperawatan diterapkan pada pelaksanaan tanggap bencana, maka proses traume healing pun dapat lebih optimal. Oleh karena itu, diharapakan mahasiswa keperawatan .



BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana.Data statistik Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) tahun 2011, tercatat ada 1.598 bencana di Indonesia.Jumlah orang meninggal dan hilang mencapai 834 orang. Menderita dan mengungsi 325.361 orang. Rumah rusak berat 15.166 unit, rusak sedang 3.302 unit dan rusak ringan 41.795 unit. Hingga akhir Agustus tercatat bencana seperti banjir, rob, angin puting beliung, dan bencana yang lainnya sangat banyak adanya. Dampak yang terjadi juga mencakup semua hal termasuk dampak terhadap sisi kejiwaan korban bencana. Tercatat banyak sekali bencana yang terjadi dari angin topan di Sulawesi Utara, banjir di Jawa Barat, Aceh, gunung meletus, dan sebagainya. Data ini masih sementara karena belum seluruhnya data di kementerian atau lembaga dan pemerintah daerah terkumpul.Meskipun bencana berlangsung dalam beberapa hari atau bahkan beberapa detik, pengaruhnya terhadap korban bencana dapat berlangsung beberapa bulan hingga bertahun-tahun.

Kegiatan yang banyak dan biasa dilakukan pada penanganan bencana oleh tim SAR, BPBN, BPBD, dan lembaga atau komunitas lainnya adalah evakuasi korban, pemenuhan pangan, logistik dan perawatan dan tindakan medis korban luka-luka. Padahal peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan bencana yang dapat menyebabkan stres traumatik dapat menyebabkn ancaman kematian, luka serius atau gangguan pada integeritas fisik dari individu.

Yang menjadi pertanyaan adalah, di mana peran aktif mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan dalam pelaksanaan tanggap bencana? Seperti kebanyakan instansi pendidikan pada umumnya, mereka berusaha berpartisipasi dengan mengumpulkan donasi dan perlengkapan sandang dan pangan. Namun jika dicermati lebih lanjut, maka terdapat kompetensi yang dimiliki mahasiswa keperawtan yang jika diimplementasikan dapat sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tanggap bencana terutama pelaksanaan trauma healing.

PTSD (Post Trauma Stress Disorder) adalahkondisi kekacauan jiwa yang terjadi pada orang-orang setelah mengalami bencana. Menurut buku keperawatan bencana yang diterbitkan oleh PMI dan PMJ (Palang Merah Jepang) PTSD adalah suatu respon stres post traumatic yang berkepanjangan. Pada kondisi ini mereka merasa gundah, cemas, depresi dan gelisah. Hal ini bisa disebabkan karena perbedan keadaan sebelum bencana dan sesudah bencana. Pada masa ini para korban akan merasa kehilangan hal-hal yang ada pada saat sebelum bencana seperti keluarga, komunitas, harta benda dan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan saat berada di Pengungsian korban tanah longsor dan banjir bandang Wonosobo, teori kehilangan itulah yang terjadi korban bencana di mana aktivitas mereka sangat terbatas. Mereka juga akan lebih sering mengingat momen masa lalu yang dimana mereka akan sangat sedih jika mengingatnya. Karena pada dasarnya perasaan korban bencana akan menjadi lebih sensitiv.

Korban yang selamat juga memerlukan penanganan dan perhatian. Meidiana S.Kp M.Sc (pembina Social Volunteer PSIK FK UNDIP) berpendapat mengenai pelaksanaan tanggap bencana tsunami di Aceh 2004 dan gempa di Padang 2006, letusan gunung Merapi 2009 dan bencana lainnya, Meidiana mengungkapkan baru sedikit relawan yang memampukan korban bencana untuk menerima keadaannya dan menjadikan mereka pribadi-pribadi yang bahagia dan siap memulai hidup baru dengan melakukan trauma healing. Sedangakan penanganan bencana yang ada belum efektif untuk menjangkau semua karakteristik korban.

Pada kondisi ini mereka cenderung tertutup sehingga mempersulit relawan untuk membantu menyelesaikan masalah mereka. Bahkan untuk berkomunikasipun akan sulit dilakukan. Seperti data bencana dari Dr. Nandang Rusmana, M.Pd pada saat bencana merapi terjadi pada 15-26 Maret 2011 pada siswa kelas VIII SMP Kalijaga menunjukkan bahwa 25 anak mengalami mudah cemas dan panik ketika terjadi peristiwa di luar dugaan. 20 anak merasa tidak ada harapan menjadi lebih baik. 26 anak merasa putus asa. 27 anak merasa orang lain tidak peduli. 21 anak mencurigai secara berlebihan. 29 anak merasa terisolasi dari orang lain. 24 anak merasa sangat kecewa dan 30 anak merasa sangat kecewa dengan keadaan yang terjadi.

Dampak ini seharusnya melejitkan para mahasiswa keperawatan untuk andil bagian dalam pelaksanaan tanggap bencana agar korban bencana dapat terlepas dari penderitaan. Dengan meningkatnya bencana, seharusnya penanganan atau pelaksanaan tanggap bencana juga ditingkatkan kualitasnya. Fenomena yang terjadi di tempat pengungsian adalah hampir semua tim relawan di lokasi pengungsian hanya melakukan tindakan evakuasi, search and rescue (SAR), pemenuhan konsumsi dan logistik, serta tindakan medis yang dilakukan kepada korban yang cidera.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang terjun ke daerah bencana, seorang mahasiswa keperawatan tentu akan memandang luas makna bencana. Dalam ilmu keperawatan jiwa, bencana itu tidak hanya menyebabkan sakit secara fisik saja. Secara holistic (holism, listening, intuitive,and care), bencana dapat merusak kondisi biologis, sosial, dan utamanya mental atau kejiwaan seseorang. Trauma yang dialami akan menjadi masalah tersendiri yang membutuhkan pemikiran khusus agar permasalahan kejiwaan korban bencana dapat diatasi dengan baik. Mahasiswa keperawatan yang notabenenya mengerti permasalahan ini seharusnya dapat dapat menunjukkan peran aktifnya dalam pelaksanaan tanggap bencana. Terlebih mengingat jumlah institusi dan mahasiswa keperawatan yang banyak

Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan oleh mahasiswa keperawatan dalam menunjukkan perannya sebagai kaum yang berjiwa care terhadap sesama dalam pelaksanaan tanggap bencana. antara lain:

1.Optimalisasi jaringan

Sesaat diterimanya informasi terjadinya bencana dari media maupun sebuah daerah, jaringan mahasiswa antar institusi dapat digunakan untuk menimbulkan rasa solidaritas. Jaringan yang ada antar institusi keperawatan maupun intern sangat bermanfaat. Terlebih jika informasi dapat dikirim kepada institusi terdekat yang memiliki komunitas relawan siaga bencana.

2.Trauma Healing

Tindakan keperawatan dapat diterapkan di lokasi pengungsian. Sebagai contohnya praktik komunikasi terapeutik yang diajarkan kepasda setiap mahasiswa keperawatan kepada klien. Komunikasi terapeutik juga bisa diterapkan di lokasi bencana. Mengingat banyaknya beban yang dipendam oleh para korban, maka sentuhan kejiwaan melalui komunikasi terapeutik dapat dilakukan sekaligus menerapkan ilmu yang telah ditimba di kampus. Explore feeling dapat dilakukan supaya Tindakan kreatif lain seperti personal coaching, grup therapy, SEFT (spiritual and emotional freedom technique), dan jenis terapi lainnya.

3.Mitigasi dan sharing kebencanaan.

Mahasiswa perawat dapat membuat komunitas untuk sharing dan berbagi informasi baik formal maupun informal. Tujuannya adalah supaya informasi kebencanaan yang dimiliki dapat merata ke seluruh mahasiswa keperawatan. Berbagi pengalaman antar mahasiswa keperawatan tentang teknik dan segala hal mengenai pelaksanaan tanggap bencana dapat dibagikan kepada rekan-rekannya.



BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana. Dengan banyaknya bencana, kesiapsiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan dengan baik. Mengingat dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka penanganan korban bencana harus dilakukan dengan apik supaya korban yang mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional dapat tertangani dengan baik.

Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan dapat melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan tindakan tanggap bencana.

B.SARAN

Kepada seluruh mahasiswa keperawatan diharapkan dapat melakukan optimalisasi jaringan yang ada di seluruh daerah. Jika mahasiswa keperawatan berkesempatan terjun di lokasi pengungsian, maka diharapkan dapat mengaplikasikan kompetensi yang dimilikinya untuk diterapkan kepada korban bencana sehingga diharapkan penderitaan yang dialami korban bencana dapat disembuhkan secara holistic.

Posting dalam rangka melengkapi persyaratan mengikuti Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Nasional oleh Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (LKMM Nasional ILMIKI).
Maaf kalau ada tulisan atau gagasan yang kurang berkenan. Juga karena bingung kategorinya apa. Trims.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun