Mohon tunggu...
Hanter Oriko Siregar
Hanter Oriko Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Advokat/Legal Consultant

Tiada yang benar-benar saya ketahui, tapi segala sesuatu dapat saya pahami dengan belajar dan sepanjang hidup adalah pelajaran

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menemukan Jati Diri dari Suatu Pertanyaan, "Who Am I?"

4 Februari 2019   20:49 Diperbarui: 6 Februari 2019   14:20 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gurukreatif.wordpress.com

Salah satu penyebab masalah timbul karna ketidaktauan. Saat kita tidak menyadari apa yang kita perbuat disitulah terkadang masalah itu datang. Banyak hal yang telah kita lewati dalam hidup ini, pengalaman yang berbeda-berbeda bagi setiap orang tentu memberikan kita hikmat dan kebijaksanaan. Kelebihan dan kekurangan yang berbeda terhadap semua orang menuntun kita hidup sebagai makhluk sosial. Kita hidup saling berketergantungan dan  melengkapi antara yang satu dengan yang lain.

Kita sebagai manusia---sering kali berjalan tanpa tau arah tujuan. Akal dan pikiran yang diberikan sang Maha Kuasa terkadang kita tidak mempergunakannya dengan baik. Kita sering juga gagal memahami hakikat kita sebagai ciftaan yang paling sempurna. Perjalanan hidup sering kali terjadi dalam bentuk kesia-siaan. 

Diam adalah suatu kebiasaan yang terkadang paling menyenangkan hidup dalam mimpi. Berkhayal juga tak luput dari suatu kebiasaan  yang kita lakukan setiap harinya.

Dalam hidup! Kita sering hanya sebatas berimajinasi untuk mencari teori---seperti apa masa depan kita kelak nantinya. Kita disibukkan dalam angan-angan dan mimpi yang tak kunjung jadi nyata. 

Mencari tujuan dan makna hidup dalam pikiran adalah suatu hal yang tidak terlepas dari hidup. Namun sering kali kita tidak mau menjadikannya menjadi sebuah  realita. Pada hal keinginan yang diberengi dengan tekat yang kuat mampu mengantarkan kita pada tujuan tersebut.

Sejak kecil tentu kita mengalami pengalaman yang berbeda-beda. Kisah saya mungkin bisa menjadi gambaran tentang apa yang ingin aku maksud dalam tulisan ini. 

Saya dulu pernah pertama kali bercita-cita sejak kecil  di usia 12 tahun. Saat itu masih duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD).  Saya bercita-cita jadi kepala pimpinan di salah satu perusahaan besar.

Cita-cita tersebut timbul  dalam benak saya. Namun keinginan itu dipengaruhi berdasarkan apa yang ditanyangkan dalam sebuah fillm sinetron di  stasium TV RCTI. Dalam sinetron tersebut seorang kepala perusahaan sangat di segani oleh karyawan-karyawannya.

Berbeda pula saat saya memasuki kejenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)  cita-cita saya berubah. Saya bercita-cita jadi seorang dokter, dimana seorang dokter identik sebagai penyelamat kedua nyawa manusia selain Tuhan. Dalam pandangan saya saat itu  Dokter adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk praktik dalam seni penyembuhan penyakit.

Perubahan pun tetap terjadi, saat saya memasuki dan duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah  Atas, cita-cita saya berubah lagi. Saya bercita-cita jadi seorang Profesor di bidang keilmuan Kimia. Cita-cita tersebut di dasari rasa cinta terhadap pelajaran kimia. 

Rasa cinta tersebut juga didukung oleh guru yang saya senangi  pak Frengki Julham sihombing. Saya terkengkang oleh doktrin  bapak itu, sehingga timbul  keinginan besar untuk mengapai cita-cita  jadi profesor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun