PESAWATÂ terbang di masa kini sudah merupakan alat transportasi milik semua orang. Siapa pun bisa naik pesawat mengingat tarifnya sudah sangat murah. Apalagi bila sedang mujur dan mendapat tarif murah, bisa pergi-pulang Jakarta - Medan dengan biaya yang tidak sampai Rp 1 juta, lohhh.
Dulu pesawat udara identik dengan masyarakat elit. Penumpangnya tentu dari kalangan berpunya. Sekarang kondisi sudah jauh beda. Siapa pun bisa menggunakan pesawat terbang untuk pulang kampung, di musim Lebaran atau Natal dan Tahun Baru.
Bila kita berada di Bandara Soekarno-Hatta misalnya, di pelatarannya sudah dipenuhi orang dari berbagai kalangan dan kelas sosial. Ada yang kaya raya dengan penampilan necis dan mahal. Dan sebaliknya orang-orang dengan penampilan sederhana--bahkan mendekati kumuh pun sudah biasa tampak di ruang tunggu.
Maka sekali lagi, pesawat udara sudah merupakan alat transportasi umum.
Lalu apa yang hendak dikemukakan dalam artikel ini?
Sesaat sebelum pesawat lepas landas, pramugari tampil di depan penumpang untuk memeragakan bagaimana menggunakan sabuk pengaman dan rompi keselamatan penumpang. Ini memakan waktu sekitar 10 menit. Bagi kita yang sudah sering atau biasa naik pesawat, acara peragaan ini membosankan. Maka saat peragaan, kita memilih tiduran atau membaca. Padahal, jujur saja, belum tentu kita sudah hapal dan nanti lancar menggunakan alat itu bila terjadi situasi darurat. Jadi rasanya mubazir sekali peragaan itu.
Nah, ada baiknya peragaan itu tidak lagi disampaikan di pesawat, namun jadikanlah ini sebagai pelajaran di sekolah-sekolah. Misalnya ada saat-saat tertentu guru memberi pelajaran tentang bagaimana menggunakannya di saat-saat yang dibutuhkan. Bila perlu masukkan ke kurikulum, sejak SD sampai SMP dan sederajat. Artinya, setiap lulusan sekolah sudah mahir menggunakan alat keselamatan udara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H