Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilpres 2024 Penuh Kontroversi, Quo Vadis RI?

7 Februari 2024   12:30 Diperbarui: 7 Februari 2024   13:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aparat menurunkan bendera parpol (Tempo-Metro)

Parahnya, ada dugaan bahwa pihak penyelenggara dan pengawas pemilu yang diharapkan bisa menjadi wasit yang adil dan bijak, malah seperti berada dalam pengaruh penguasa. Gambaran-gambaran tersebut jelaslah sudah merupakan suatu kontroversi.

Semakin ke sini, kontroversi semakin menjadi-jadi, seperti terbitnya keputusan DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) bahwa ketua dan jajaran KPU telah melakukan pelanggaran etik terkait pendaftaran capres/cawapres. Sebab ada paslon yang disebut-sebut belum melengkapi persyaratan sebagai cawapres, namun diloloskan ikut pilpres.

Hal ini pun tidak membuat situasi berubah. Bahkan pilpres sepertinya akan terus berlangsung dengan segala bau busuk yang mengitarinya. 

DKPP pun layak disebut menimbulkan kontroversi, sebab mengapa justru beberapa hari menjelang pemilu/pilpres baru bersuara? Mengapa tidak jauh-jauh hari, supaya segala sesuatu bisa dibikin klir dulu, atau bila perlu calon yang tidak memenuhi syarat itu didiskualifikasi? Apakah semua ini ada yang mengatur atau mengendalikan? Hanya mereka yang tahu.

Dan situasi semakin memanas sebab sejumlah kampus dan intelektual perguruan tinggi, yang seolah tiba-tiba tersadar dari tidur panjang, satu per satu tampil dengan seruan moral agar penguasa netral dalam pilpres, tidak nepotis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Seruan ini hadir tentu karena melihat sendiri tentang banyaknya hal-hal yang tidak beres dalam pilpres ini. Ada banyak hal yang dinilai sebagai pelanggaran berat oleh penguasa.

Seminggu lagi pilpres, tapi maraknya suara kampus dan kaum cerdik pandai itu seolah menjadi pembenar bahwa pemilu, khususnya pilpres ini memang penuh dengan kontroversi gara-gara keberadaan paslon tertentu. Dan kontroversi serta suara-suara kritis yang mempertanyakannya, tidak lantas menghilang setelah pilpres selesai. Protes dan suara-suara kritis akan berlanjut hingga yang bengkok diluruskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun