Tapi setelah Ahok bebas, teka-teki soal pernikahan dan masalah keyakinan kedua insan semakin terkuak lebar. Gambar-gambar yang beredar di medsos saat keluarga Ahok mengadakan ibadah syukur di rumah, memberikan sekilas info bahwa si gadislah yang mengikuti Ahok.Â
Dalam ibadah itu, si gadis yang duduk bersanding dengan Ahok di bagian depan, tampak mengikuti ibadah tersebut. Informasi dari pihak kelurahan di mana si gadis berdomisili membenarkan bahwa kedua "calon pengantin" itu punya agama yang sama. Dari statemen-statemen yang beredar pun semakin menguatkan bahwa si gadis telah mengikuti kepercayaan Ahok.
Tapi hingga kini kapan pernikahan antara keduanya belum ada info yang valid. Justru kabar bergabungnya Ahok ke PDIP yang menjadi viral. Bergabungnya Ahok ke PDIP sepertinya tidak lagi disambut antusias oleh banyak orang. Mungkin banyak yang berpendapat bahwa keputusan Ahok terjun ke politik dalam waktu yang cepat ini kurang tepat. Sebelumnya, faktor rumah tangga yang kandas sudah membuat banyak orang tidak lagi antusias.Â
Lalu "rencana" menikah dengan cepat pasca-bercerai, juga sudah menggerus simpati banyak orang. Kok begitu mudahnya melupakan kehidupan rumah tangga yang sudah dijalani selama dua dekade? Menikah dengan gadis yang usianya sangat njomplang pula. Sangat tidak sepadan. Lebih memantik rasa kecewa banyak orang lagi karena bukan Ahok yang pindah agama, tetapi sebaliknya. Bahkan ada tokoh agama "garis keras" yang dengan terang-terangan mengecam Ahok karena telah dengan sengaja "memurtadkan" seorang wanita.
Dan rentetan peristiwa itu sedikit-banyak membuat simpati orang memudar terhadap Ahok. Kalaupun kehidupan rumah tangganya tidak bisa dipertahankan, mestinya jangan cepat menikah dengan wanita lain, yang perbedaan usia jauh pula. Dan jangan langsung terjun ke politik praktis di tengah suasana panas menjelang pilpres. Antipati banyak orang terhadap Ahok gara-gara "menista" agama belum hilang. Dikhawatirkan ini berakibat kurang bagus bagi parpol pendukung dan capres/cawapres yang diusung parpol yang bersangkutan. Â Apapun itu, kita harus menerima kenyataan bahwa Ahok, bukan yang dulu lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H