Julen Lopetegui, pelatih Real Madrid, akhirnya dipecat manajemen klub setelah kekalahan yang memalukan dari seteru abadi mereka, Barcelona, pada pekan ke-10 La Liga 2018/2019.Â
Pada pertandingan di Camp Nou, Minggu dinihari 28 Oktober 2018 itu, Real Madrid divermak dengan skor 5-1 oleh Luis Suarez dkk. Suarez sendiri mencetak hatrick dalam partai yang tidak diikuti Lionel Messi tersebut. Megabintang Barcelona ini hanya menonton dari tribun karena masih cedera lengan.
Partai el-classico memang selalu menghadirkan drama. Namun drama yang paling menyedihkan itu kini dialami oleh Julen Lopetegui yang padahal belum seumur jagung membesut klub bertabur bintang itu (los galacticos). Kini, di bawah asuhan Lopetegui, Real Madrid melorot di posisi 9 klasemen, suatu kondisi yang sangat aneh bagi klub sekelas Real Madrid. Namun yang namanya sepakbola memang sering tidak bisa diduga. Dalam sepakbola hanya ada 3 kemungkinan: menang, kalah, atau draw.Â
Posisi pelatih memang rawan, terutama di liga-liga elite Eropa. Kalau timnya sukses, yang disorot terutama oleh para jurnalis dan analis sepakbola adalah pemain bintang.Â
Tapi kalau kalah, maka pelatih harus siap-siap didepak jika prestasinya terus-menerus menurun. Terlebih jika klub itu terbiasa menclok di papan atas, maka mendapati dirinya berada di peringkat tengah, itu dianggap aib yang sangat memalukan. Dan pelatih adalah oknum utama yang harus dimintai pertanggungjawaban. Dipecat!
Naas bagi Julen Lopetegui. Dia diberhentikan dalam waktu yang sangat singkat. Tidak ada toleransi bagi klub sebesar Real Madrid. Klub kaya raya yang hanya tahu menang dan berada pada posisi terhormat. Kalau tidak bisa memenuhi tradisi ini, maka pelatih adalah kambing hitam yang harus dienyahkan.Â
Banyak orang yang merasa prihatin dan membela Lopetegui atas tindakan tegas manajemen Real Madrid ini. Namun menurut penulis, itu adalah harga yang sangat pantas diterima oleh Julen Lopetegui. Dari awal tingkah lakunya memang sudah mengundang rasa tidak simpati dari banyak pihak. Kehadirannya di Santiago Bernabeu demi menggantikan Zinedine Zidane memang terkesan mengejutkan. Selama ini sosoknya belum dikenal sebagai pelatih kelas atas. Mungkin hanya karena statusnya sebagai pelatih timnas Spanyol yang membawa Matador ke World Cup 2018 -lah maka dia dianggap pelatih yang hebat sehingga digadang-gadang oleh Real Madrid untuk menggantikan posisi Zidane yang mengundurkan diri.
Lopetegui sudah menampakkan karakternya yang tidak "baik" ketika dengan mudah saja mengiyakan lamaran Real Madrid, sementara dia masih berstatus pelatih timnas Spanyol. Lebih membuat dongkol lagi, sebab beberapa hari menjelang kick off Piala Dunia, dia bukannya konsentrasi penuh menyiapkan timnas asuhannya supaya tampil bagus di Rusia. Timnas Spanyol di Rusia berada dalam grup B yang dihuni: Portugal, Iran, Maroko. Lopetegui pada masa itu justru menandatangani kontrak melatih Real Madrid. Tim Matador yang merupakan salah satu unggulan dalam turnamen empat tahunan tersebut tidak berhasil mencatat hasil gemilang, dan pulang kampung lebih awal.Â
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa pelatih adalah sosok yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegagalan tim. Di La Liga, terutama dalam el classico paruh musim 2018/2019, Sergio Ramos dkk telah gagal, maka yang sangat patut dipersalahkan adalah pelatih Julen Lopetegui.Â
Sangat tidak bisa dimengerti sikap seorang pelatih timnas yang sedang berada di tempat terhormat namun menyepelekannya. Menjadi peserta Piala Dunia adalah suatu kehormatan besar, di mana hanya segelintir pemain sepakbola dan pelatih dunia  yang bisa sampai ke sana. Lopetegui salah satu insan sepakbola yang beruntung itu. Itu kesempatan emas baginya untuk mengukir nama supaya mendunia. Apalagi dia datang bersama timnas yang juga salah satu kandidat juara. Andaikata tim asuhannya mencatat prestasi bagus, nama dia sebagai pelatih pun pasti ikut abadi tertcatat dalam sejarah. Namun sungguh tidak dimengerti kenapa Lopetegui justru mampir ke Madrid untuk menandatangani kontrak. Lebih absurd lagi ketika disebut bahwa Lopetegui pun sudah menandatangani perpanjangan kontrak menangani Matador hingga 2020.