Bagaimanapun hebatnya skill atau talenta seorang pemain, kalau kondisinya sudah capek karena stamina telah terkuras oleh beberapa pertandingan dalam sepekan,  kemampuan dan kelincahannya akan berkurang. Apalagi bila usianya sudah melampaui masa-masa emas. Namun seringkali ini tidak masuk dalam pemikiran pemilik klub yang berorientasi ke uang.Â
Selama si pemain masih bisa dijual, dan sang pemain sendiri ingin tampil walaupun secara hitungan staminanya sedang merosot, mengapa tidak? Toh ini soal bisnis. Maka para pemain pun dieksploitasi demi pemasukan.
Gurihnya uang dari sepak bola pun agaknya telah membuat organisasi negara yang menaungi olahraga sepak bola di Eropa ikut-ikutan tergiur. Tahun ini UEFA menghadirkan lagi sebuah kompetisi sepak bola antarnegara yang diberi judul: Liga Bangsa-bangsa atau UEFA Nations League. Pesertanya adalah timnas. Entah apalah juntrungannya liga yang baru ini, sebab toh sudah ada Piala Eropa atau Europe Cup yang diselenggarakan empat tahun sekali, dan akan bergulir pada tahun 2020 nanti.Â
Mungkin pengurus sepak bola berdalih semua ini dalam rangka pembinaan olahraga sepak bola, namun pada dasarnya mereka sedang membinasakan pemain sepak bola. Sebab lama-lama orang bisa menjadi bosan atau jenuh menonton pertandingan sepak bola karena hampir tiap hari digelar.