Musim 2018/2019 ini diawali Barcelona dengan hasil kurang menggembirakan. Main 8 kali, menang hanya 4 kali, draw 3 kali, dan kalah sekali. Alhasil di pekan ke-8 ini, Lionel Messi cs melorot ke peringkat kedua klasemen sementara dengan nilai 15.
Posisi sebagai pemuncak klasemen yang mereka duduki selama 7 pekan terakhir diambil alih oleh Sevilla yang mengemas 16 poin. Di peringkat ketiga bertengger Atletico Madrid (15 poin), dan Real Madrid di peringkat 4 dengan 14 poin. Pada pertandingan pekan ke-8 (Senin dinihari 8/10 WIB), saat menghadapi Valencia di Stadion Mestalla, markas Valencia, Â anak-anak asuhan Ernesto Valverde ditahan draw 1-1.
Apakah Barcelona sudah habis? Begitu bunyi pertanyaan dari banyak pihak. Suatu pertanyaan yang sangat prematur sebenarnya mengingat kompetisi La Liga musim ini masih sangat panjang.
Masih ada 30 pertandingan lagi yang pasti dapat mengubah banyak hal dan membuat banyak kejutan. Namun ada baiknya juga jika musim ini klub-klub yang selama ini berada di level atas, sesekali turun ke bawah, sehingga ada sedikit penyegaran.
Sebab jika persaingan perebutan juara hanya berputar-putar pada dua atau tiga klub, rasanya membosankan juga. Tapi kita juga tidak bisa melarang apabila Barcelona atau Real Madrid saling berganti sebagai juara La Liga, toh?
Barcelona FC selama ini dikenal sebagai tim yang memeragakan sepakbola indah dengan gaya tiki-taka, atau penguasaan bola dari kaki ke kaki. Bahwa strategi ini cukup ampuh sudah terbukti dengan seringnya tim Catalunya ini memenangkan Liga Spanyol, dan kompetisi lain di Eropa. Dalam sepuluh tahun terakhir ini misalnya, Barca menjadi juara La Liga sebanyak 7 kali, Real Madrid dua kali, dan Atletico Madrid satu kali.
Statistik ini menjadi bukti yang tak terbantahkan betapa sepakbola ala Barcelona ini memang punya keunggulan tersendiri. Namun untuk bisa memainkan gaya semacam ini diperlukan individu-individu yang kemampuan (skill) menguasai bola-nya di atas rata-rata. Dan memang hanya pemain yang benar-benar berkualitas wahid yang diperkenankan mendarat di Camp Nou, markas Barcelona, sebagai penggawa.
Namun, setelah sekian lama disuguhi permainan ala tiki-taka ini ada rasa jenuh dan bosan juga. Kita sebagai penonton kerap merasa "kecewa" atau sedikit frustrasi ketika bola yang dikuasai pemain-pemain Barca sudah mendekati daerah pertahanan lawan, namun diover lagi ke belakang, atau ke kiper. Hal seperti ini sangat sering terjadi pada penampilan Barcelona melawan Valencia pekan ini yang berkesudahan draw: 1-1.
Memang seperti biasa, pemain Barca selalu menguasai jalannya pertandingan karena bola sering bergulir di kaki-kaki mereka. Tapi Valencia bermain lebih efektif, karena jika sudah menguasai bola langsung merangsek ke daerah Barcelona dan mengancam gawang yang dijaga Ter Stegen.
Satu hal lagi yang membuat permainan Barcelona terasa menjemukan adalah karena Lionel Messi sepertinya menjadi titik sentral. Ada kesan di mana setiap pemain Barca yang sudah menguasai bola di daerah kotak penalti lawan berusaha mencari posisi Messi untuk kemudian mengoverkan bola kepadanya.Â