Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

"Klakson" untuk Tagar 2019 Tetap Presiden

9 Juni 2018   20:22 Diperbarui: 9 Juni 2018   20:27 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Macam-macam saja cara orang-orang itu untuk mengganggu Presiden Jokowi yang sedang bekerja untuk membenahi negeri yang carut-marut ini.  Memanfaatkan momen mudik lebaran, pencetus ide kaos dan mug #ganti   presiden, kembali menggulirkan ide baru: Klakson tiga kali untuk ganti   presiden. Ini ditujukan kepada para pemudik yang akan melewati   jalan-jalan tol. Bahkan sebagian besar jalan tol itu adalah hasil karya Presiden Jokowi. Silakan gunakan jalan itu, karena Jokowi bekerja untuk semua rakyat. Tapi kita pun penasaran: setelah klakson, nanti apa  lagi ya? Menarik untuk ditunggu.

Korupsi adalah salah satu musuh utama negeri ini. Dan perang ke para koruptor dan penjarah keuangan negara terus-menerus dan konsisten dilakukan. Dari hari ke hari, KPK menangkap pelaku korupsi dan mengamankan uang rakyat yang besarnya miliaran rupiah.  Miliaran rupiah uang diselewengkan seorang oknum pejabat daerah. Dan selama ini sudah puluhan atau ratusan oknum yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara karena menilep uang negara. Coba kita berpikir sejenak, andaikata uang tersebut dialokasikan bagi rakyat/pensiunan sebagai THR, ada berapa ribu atau juta orang rakyat yang tersenyum bahagia menyambut dan merayakan hari raya besar yang datangnya setahun sekali itu? Dan ingat, tentu masih banyak yang belum terungkap dan belum tertangkap oleh KPK.

Pemerintah Jokowi telah memperlihatkan keseriusannya untuk memberantas tikus-tikus berdasi.  Maka tiada alasan lain bagi warga negara siapa pun dia, selain mendukung terus keberlangsungan pemerintah ini, supaya perang terhadap korupsi terus terjamin berlangsung. Presiden harus sosok yang bersih dari pengaruh masa lalu. Lihat track record dan masa lalu. Orang yang pernah jadi bagian masa lalu yang korup, pasti tidak akan tegas terhadap penyelewengan negara. Ibarat pepatah, hanya sapu yang bersih yang bisa membersihkan lantai yang kotor. Hanya pemimpin yang tidak pernah terkontaminasi "dosa-dosa" rezim di masa silam-lah yang dapat dipercaya 100% tegas membasmi korupsi dari negeri ini.

Dan sekarang mereka-mereka ingin Presiden yang berani menggebuk para maling uang negara itu diganti. Silakan saja, tapi siapa gantinya? Cangkir, kaos, klakson? Kok belum ada orang yang jelas. Sebaiknya cari satu sosok yang jelas, bukan benda-benda mati seperti gelas dan kaos. Nah, manusia atau orang kan memiliki ide dan bisa disuruh berpikir untuk mengajukan program yang baik untuk memberikan alternatif kepada rakyat. Kalau seorang capres memberikan program yang bermutu kepada rakyat, pasti rakyat berpikir dan menimbang-nimbang. Ini kok gelas dan kaos yang disodorkan?

Bila diperhatikan, kelompok #ganti presiden memang militan dan gigih. Tapi kurang cerdas. Sangat tidak cerdas. Mereka teriak-teriak ganti presiden, tetapi siapa gantinya, mereka bingung. Dan kebingungan itu ditimpakan ke gelas, kaos, dan kini klakson. Di jalan-jalan tertentu, sudah mulai terpasang spanduk: Klakson Tiga Kali untuk #2019 ganti presiden. Ini ditujukan kepada para pemudik yang sedang melewati jalan-jalan. Kalau nanti jalan macet total, dan setiap orang membunyikan klakson, betapa riuhnya, betapa ribut dan berisiknya. Apa yang dicari dari cara ini? Seperti biasa, memang selalu membingungkan.

Maka alangkah cerdasnya bila yang dipersembahkan ke masyarakat luas adalah program-program bagus dan ide-ide yang brilian dan bermutu tinggi, yang bisa dijadikan pedoman oleh calon presiden mendatang, yang digadang-gadang untuk mengantikan presiden. Tapi siapa orang yang digadang-gadang itu belum pasti sosoknya. Kalau hanya klakson yang dibunyikan untuk mengganti presiden di mana letak terobosan cerdasnya? Masyarakat kok diajak gaduh terus-menerus? Pilkada DKI itu beda. Bisa dibikin gaduh karena ada "penista agama". Nah, sekarang, seorang pimpinan nasional yang baik, yang bagus, yang taat beragama, yang berhasil memimpin negara, bekerja keras membangun banyak infrastruktur di seluruh pelosok negeri, kok mau dibikin gaduh? 

Sekali lagi, cara-cara mereka itu sama sekali tidak cerdas, sebab siapa pun bisa melakukan hal yang sama: semua orang bisa menyablon kaos bertuliskan #2019 tetap presiden JOKOWI. Anak kecil zaman now sudah bisa diandalkan pergi ke tukang sablon untuk mencetak mug atau cangkir berisi tulisan: #2019 JOKOWI. Jadi cara seperti ini bisa ditandingi dengan cepat oleh siapa pun, bahkan anak kecil sekalipun, kalau mau.

Nah, sekarang untuk meramaikan mudik Lebaran 2018, spanduk-spanduk di mana-nama menghimbau orang-orang membunyikan klakson 3 kali untuk #ganti presiden. Sekali lagi, ini cara yang tidak cerdas! Mudah sekali meng-counter ini, simpatisan JOKOWI di mana-mana dengan mudah bisa memasang spanduk tandingan: BUNYIKAN KLAKSON UNTUK JOKOWI PRESIDEN. Spanduknya dipasang di dekat spanduk rival. "Kalau loe bisa pasang spanduk gua juga bisa," kata warga Jakarta yang mudik ke Jawa. Dan tidak terelakkan, perang spanduk, perang klakson pun tak terhindarkan. 

Tapi mungkin masih segitulah taraf kemampuan masyarakat kita dalam berkompetisi, belum cerdas, masih suka menggunakan cara-cara primitif, liar. Dan emosi massa bila perlu dibakar sentimen agama. Merayakan hari kemenangan, saat yang tepat belajar meninggalkan cara-cara kampungan dan bodoh. Berkompetisilah dengan cara sehat dan cerdas, adu program yang baik dan bermutu, bukan dengan membunyikan klakson. Telolet!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun