Rekan kompasianer, ketika main-main ke mal pasti pernah melihat seseorang dikalungi kardus besar atau apalah-- yang bertuliskan judul dan gambar sebuah produk. Itu iklan atau reklame berjalan. Dan orang tersebut kemungkinan besar adalah pramuniaga atau sales produk yang diiklankan tersebut. Bisa juga dia itu hanya orang bayaran.
Orang yang sedang menjadi pengusung iklan tersebut bisa berdiri pasif saja di depan pintu atau di muka tangga. Intinya orang-orang yang berlalu-lalang bisa melihat dan membaca iklan tersebut.
Ada kalanya orang yang mengusung iklan tersebut senyum-senyum atau rajin menyapa orang, sesuai dengan tuntutan atau arahan manajer atau sutradara iklan tersebut. Sepanjang pengamatan saya atas beberapa iklan "hidup", di berbagai tempat dan waktu, ada yang mengumbar senyum dengan terpaksa, karena tuntutan kerja. Terkadang miris juga menyaksikan hal semacam itu. Untuk kepentingan pemasaran sebuah produk, apakah manusia harus diperlakukan seperti itu?
Saya juga pernah melihat iklan hidup berupa seorang laki-laki yang dari ujung rambut hingga ujung kaki dicat warna silver. Model itu, hanya memakai celana pendek ketat. Lalu sekujur tubuh termasuk celana pendek yang menutupi auratnya dicat.
Sekilas dia itu mirip robot aluminium. Kemudian dia melangkah pelan di sepanjang mal yang sangat luas itu. Entah produk apa yang sedang dia iklankan dengan penampilan seperti. Namun menurut hemat saya, cara itu sangat merendahkan martabat kemanusiaan.
Kita yang setiap hari beraktivitas di pusat-pusat kota, bisnis, atau keramaian, pasti sering menjumpai beberapa cewek muda usia 20-an, dan rata-rata berwajah cantik, berpakaian seksi. Mereka itu menghampiri orang-orang, terutama kaum lelaki yang sedang duduk-duduk atau santai, sambil menawarkan rokok yang masih dalam kemasan.
Melihat merek rokok yang mereka jajakan itu, mereka bukan bermaksud mempromosikan merek baru, atau produk baru, tetapi memang menjual merek yang sudah terkenal dan mapan, secara langsung ke konsumen. Â Padahal, rokok seperti itu dijual di warung-warung. Kenapa harus menyebar cewek-cewek untuk menjual ke masyarakat? Gadis-gadis sales ini kadang beroperasi hingga malam.
Kebanyakan dari mereka pasti melakukannya karena terpaksa sambil menahan malu. Nelangsa juga perasaan saat menyaksikan gadis-gadis muda dan tampak "hijau" itu, harus menemui sekumpulan pria yang sedang nongkrong dan menawarkan rokok. Sudah barang tentu gadis-gadis muda cantik dan berpenampilan seksi itu kerap menjadi bahan candaan dan godaan pria-pria iseng. Maka para sales girl itu harus tabah dan kuat.
Mungkin hati kecil mereka menjerit, namun karena tuntutan pekerjaan, hal seperti itu harus dilakoni untuk mencari uang dan mempertahankan hidup di kota besar yang kejam dan keras seperti Jakarta. Kita yakin, mereka rela melakukan itu namun sambil terus mencari dan menanti datangnya pekerjaan yang lebih layak.
Ada pula strategi pemasaran dengan menyebar anak-anak muda berpakaian rapi, bersepatu mengkilap dan dasi. Mereka diturunkan dan disebar ke lokasi-lokasi seperti komplek perumahan. Â Tapi yang mereka jual door to door adalah produk-produk murahan dan umum seperti sabun mandi, odol, sabun deterjen, dan sejenisnya.
Miris juga melihat mereka itu dengan penampilan keren mentereng pakai dasi, menenteng barang-barang jualan sambil berpanas-panas. Aktivitas mereka sugguh tidak sepadan dengan penampilan keren bak manajer atau direktur yang bekerja di belakang meja, di ruangan sejuk bersih ber-AC. Entah bagaimana pula cara berpikir manajer pemasaran kok harus menjual barang dengan cara seperti itu? Kalau jualan mobil atau real estate, masih paslah begitu.