VAR atau video assistant referee sudah  mulai diterapkan di pertandingan-pertandingan penting sepakbola Liga Eropa.  Teknologi ini dipandang perlu  karena selama ini banyak sekali keputusan wasit yang tidak akurat, dan tentu saja bisa merugikan salah satu tim. Kejadian-kejadian yang sudah sering terjadi misalnya adalah posisi bola yang sudah melewati garis gawang, namun oleh wasit yang tidak bisa melihat dengan jelas, menganulirnya.  Pertandingan terus dilanjutkan sekalipun beberapa pemain depan tim yang memasukkan gol itu sudah bersorak-sorai kegirangan.Â
Contoh paling baru adalah ketika Barcelona bertandang ke Stadion Mestalla, markas Valencia dalam rangkaian La Liga Spanyol 2017/2018, pekan ke-13. Dalam siaran langsung di televisi pada Senin dini hari 27/11/2017 WIB itu terlihat jelas bahwa bola sepakan Messi pada menit ke-30 itu  sudah melewati garis gawang. Apalagi kejadian itu beberapa kali ditayangkan ulang secara slow motion, maka tidak ada keraguan lagi bahwa gol itu memang bersih.Â
Tapi wasit  yang memang punya kuasa di lapangan hijau, tidak bisa digugat keputusannya. Sekalipun para pemain Barcelona sempat merubung wasit Ignacio Iglesias  menuntut gol  itu disahkan, wasit tetap bergeming. Walhasil tim Katalan pulang dengan membawa hanya satu poin dari hasil draw: 1-1. Gol pertama untuk tuan rumah dicetak oleh Rodrigo Moreno pada menit 60. Lalu pada menit ke-86 disamakan oleh Jordi Alba. Andaikata waktu itu ada VAR, maka wasit pasti mengesahkan gol itu, dan Barcelona pulang membawa 3 poin.
Di liga-liga utama dunia, terutama di Eropa, harga sebuah gol tentu saja sangat mahal, terlebih gol itu menentukan kalah-menangnya sebuah tim. Ya, seperti laga Valencia kontra Barcelona di atas itulah. Andaikata gol Messi itu tidak dianulir wasit, maka pundi-pundi Barcelona lebih penuh. Keunggulan atas poin ini akan terasa sangat penting apabila di laga-laga terakhir persaingan antarkandidat juara sangat tipis. Â Bahkan bila dua tim atas memiliki jumlah poin yang sama di akhir kompetisi, maka jumlah selisih gol-lah yang akan menentukan siapa yang menjadi juara. Itulah sebabnya banyak suara yang menuntut diterapkannya sistem VAR ini dalam setiap pertandingan penting.
Tapi apakah yang akan terjadi jika semua pertandingan menggunakan sistem VAR? Sudah pasti tidak akan efektif, sebab akan banyak waktu yang terbuang. Bila misalnya dalam kasus di Mestalla itu wasit dan pemain harus melihat tayangan VAR untuk memutuskan gol atau tidak, berapa menit waktu yang terbuang? Dan apabila dalam sebuah pertandingan yang berlangsung keras dan tempo tinggi, sering terjadi "sengketa", maka berapa kali pula wasit, pemain dan  official tim kedua belah pihak "minta pendapat" dari VAR? Waktu normal dalam pertandingan sepakbola yang hanya 90 menit, bisa menjadi dua jam atau lebih. Alangkah membosankannya sepakbola sebab sudah bergantung penuh pada mesin. Lalu apa lagi bedanya dengan permainan games sepakbola online?
Sepakbola itu adalah pertandingan antara manusia yang beradu kuat fisik dan strategi dalam memainkan si kulit bundar. Sepakbola adalah soal manusia, bukan mesin. Kalaupun ada kesalahan atau kekeliruan, itulah faktor manusiawi. Dan seringkali faktor-faktor human error--baik disengaja maupun tidak--inilah  yang justru membuat sebuah pertandingan sepakbola menjadi sangat menarik, karena memang alamiah!Â
Sejarah sepakbola sampai saat ini mengenang istilah "gol tangan Tuhan".  Ini terjadi di Piala Dunia 1986 Mexico, tepatnya tanggal 22 Juni 1986. Kesebelasan Argentina saat itu diperkuat oleh megabintang Diego Maradona. Dalam kemelut di depan gawang Inggris, pada menit 51, Maradona yang bertubuh gempal dan pendek meloncat, dan dengan tangannya memukul bola yang melayang di atas kepalanya. Bola itu masuk  ke gawang Inggris yang dikawal kiper Peter Shilton. Wasit mengesahkan gol itu di tengah hujan protes para pemain Inggris yang memang melihat dengan jelas bahwa bola diraih Maradona dengan tangannya. Tapi wasit tidak menggubris protes pasukan Three Lions itu. Singkat cerita, Argentina menang atas Inggris, dan melaju ke babak semifinal melawan Belgia. Di semifinal, Maradona cs kembali menang dan maju ke final menghadapi timnas Jerman. Akhirnya, Argentina memenangi Piala Dunia 1986 setelah menaklukkan Jerman Barat dengan skor 3-2.
Itulah antara lain sisi-sisi "cacat" humanis sepakbola yang saat ini tetap dikenang dengan berbagai sikap oleh banyak orang di  muka bumi. Ada yang kesal, dongkol, benci, haru, lucu, dan sebagainya. Dan itu memperkaya sejarah dan kisah sepakbola. Akan beda apabila saat itu sudah digunakan VAR, maka sejarah itu tidak pernah ada. Sebaliknya dengan teknologi VAR, sepakbola hanya akan bergantung pada mesin. Sehingga mungkin suatu saat nanti, entah beberapa tahun lagi, wasit dan hakim garis tidak diperlukan lagi.  Selanjutnya, sepakbola tidak lagi dimainkan di lapangan hijau oleh manusia, namun sudah dalam bentuk play station,  games android, dsb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H