Sudah seharusnya pemerintah Indonesia berhenti untuk memberi statement yang memalukan diri sendiri dan concern akan langkah konkrit daripada mencari alasan-alasan untuk pembenaran diri. Dan yang menjadi lebih mengherankan adalah upaya keras mempertontonkan ketidak dinamisan antara komponen cabinet pemerintahan presiden Jokowi di panggung dunia, dimana seorang wakilnya bisa berteriak-teriak diforum internasional seolah-olah negara tetangga tidak mau membantu dalam hal bencana asap ini. Namun dipihak lain, menteri-nya Jokowi justru mati-matian menolak segala bentuk bantuan dari pihak luar. Jadi dimana sebenarnya peran presiden Jokowi dalam hal mengkoordinasikan upaya mengendalikan bencana ini ? Apakah demi gengsi, rakyat di Riau, Palembang, Pekan Baru, Batam, Pontianak dll harus menderita ?
Penulis berharap mudah-mudahan musim penghujan cepat tiba sehingga semuanya terpadamkan. Namun itu bukan berarti permasalahan ini akan berakhir. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dengan padamnya api karena musim hujan, maka padam jugalah upaya pemberantasan pembakar hutan. Rakyat dibuat lupa dengan kasus-kasus bombastis lainnya. Dan pemerintah sendiri biasanya akan meletakkan kasus ini ke tumpukan PR paling bawah sampai tahun mendatang dimana asap mengepung kembali. Akankah ada episode asap jilid ke-9 ? Apakah pemerintahan Jokowi bisa mengatasinya sampai keakar-akarnya  atau kembali menjadi Tuhan? Marilah kita tunggu dan pelajari bersama.