Mohon tunggu...
Hans Panjaitan
Hans Panjaitan Mohon Tunggu... -

Biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jomblo Mencari Cinta (8)

15 Oktober 2014   22:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:53 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bagian 8
Mahasiswa Baru

POLTAK berhasil melewati tes masuk. Dia secara resmi diterima menjadi mahasiswa baru INJAK. Tapi bukan Poltak Suhardo namanya kalau tidak nyeleneh dan aneh.

Di rumah, ketika Gomos menanyakan apa target dan rencananya sebagai mahasiswa baru, dengan entengnya Poltak menjawab:
“Target saya, harus punya pacar pada semester pertama ini!”
Poltak beralasan, dia ingin menebus segala kegagalan dan kesialannya saat masih SMA di kampung dulu, yang tidak pernah berhasil menggaet cewek idamannya. Poltak percaya bahwa Kota Jakarta tidak sama dengan kota kecil asalnya. Di daerah asalnya, yang masih kental aroma tradisional bahkan sedikit primitif, para cewek kebanyakan memandang pria dari segi ketampanan dan kegantengan fisik. Tapi di Jakarta, para kaum Hawa umumnya lebih memandang pria dari segi kemapanan, kepintaran, dan prospeknya di masa depan.
Dan di hari pertama mendaftar dulu, Poltak sempat menjalin kontak yang mengesankan dengan seorang cewek yang dikenalnya sewaktu mendaftar sebagai mahasiswa baru. Saat itu Poltak yang sudah merampungkan pendaftaran dengan baik dan benar, sudah bersiap untuk meninggalkan ruangan pendaftaran. Tiba-tiba seorang cewek manis dengan wajah kusut, menghampiri tempat duduknya dan bertanya.
“Mas, kamu sudah selesai mendaftarkan dirimu ya...”
“Kira-kira begitulah,” jawab Poltak. “How about you?”
“Pendaftaranku ditolak, karena belum memenuhi persyaratan,” kata cewek itu dengan muka sedih, bagaikan baru kena tilang polantas jujur yang tidak mau disogok.
“Belum memenuhi persyaratan? Memangnya usiamu belum genap 17 tahun ya,” Poltak mencoba bercanda. Sekali lirik, Poltak sudah terkesan dengan cewek ini. Dan cocoklah dengan seleranya. “Tak percuma daku datang ke Jakarta ini bah, gudangnya cewek-cewek cakep!” gumam Poltak dalam hati. Dia mengakui bahwa cewek ini layak jadi teman istimewa. Enak dijadikan pacar, dan perlu.
“Hehe.... Lucu, Nak,” jawab si gadis. “Aku tidak membawa foto. Lupa bawa dari rumah. Padahal waktu pendaftaran terakhir kan hari ini. Aku dikasih waktu sama panitia untuk melengkapi persyaratan sampai pukul 17.00 WIB,” kata si cewek seperti putus asa. “Dan kalau tidak bisa memenuhi persyaratan sampai pukul 17.00 WIB, maka aku harus menunggu sampai tahun depan!”
“Masuk daftar tunggu dong. Kayak mau daftar jadi calon haji saja...” balas Poltak Suhardo.
“Ya, bingung nih. Bagaimana ya... Rumah pamanku jauh dari sini. Kampungku di Jawa. Gak sempat lagi pulang untuk ambil foto,” keluh gadis cantik itu.
“Oh, kalau begitu pakai foto saya saja. Masih ada banyak kok,” jawab Poltak. Lucunya mulai kumat.
“Idihhh.... Gak lucu, tahu?” si cewek malah makin nelangsa.
“Wah. Kalau aku jadi kau, aku tidak akan panik. Aku akan mencari tempat foto kilat atau foto langsung jadi,” jawab Poltak sok menggurui.
“Boleh juga tuh saranmu. Tapi di mana ya tempat tukang foto terdekat? Tolonglah, aku orang baru di sini,” kata cewek mengharap.
“Kalau aku tahu, tentu aku sudah kasih tahu dari tadi,” jawab Poltak, dalam hati mengharap diajak si cewek untuk turut berpartisipasi mencari tempat pas foto kilat.
Akhirnya berkat bantuan seorang satpam kampus yang tengah berpatroli, si cewek tahu kalau di ujung jalan, atau sekitar dua kilometer dari lokasi kampus, ada tukang foto cepat. Lima belas menit jadi. Ke sanalah dia pergi, tanpa menoleh apalagi mengajak Poltak.
Si Poltak merasa kecewa sebab tidak sempat melakukan acara perkenalan lebih lanjut. Cewek itu manis. Dengan status sebagai lulusan baru SMA atau sederajat, usianya tidak jauh dari Poltak. Lekak-lekuk tubuhnya padat dan seksi. Kalau dikasih nilai, si cewek pantas mendapat point 7 plus. Dan bagi Poltak cewek itu sudah ideal. {} BERSAMBUNG...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun