19
MERAYU PEMBANTU
“MAAF ya, Om ini siapa?” tanya gadis itu yang berdiri dua langkah dari gerbang. Dia mengamati Poltak dengan cermat.
“Bah?!”
Poltak merasa dongkol dan tersinggung berat. “Aku ini keponakan pemilik rumah, bahkan pernah tinggal di rumah ini beberapa bulan. Bahkan kalau mau tinggal selamanya di sini juga boleh. Tapi sekarang kok seperti diinterogasi lebih dahulu untuk masuk rumah pamanku oleh makhluk cantik namun tidak jelas status dan asal-usulnya ini?” gumam Poltak dalam hati.
Dia mau menghardik, tetapi ragu-ragu. Jangan-jangan pamannya sudah menjual rumah ini sebulan lalu, dan sekarang yang tinggal di rumah ini orang lain? Akhirnya dia mencoba bijaksana, menjawab dengan sopan.
“Nama saya Poltak Suhardo!”
“Boleh saya lihat KTP-nya?”
“Bah?!” Rasa dongkol Poltak sudah mulai berubah menjadi emosi. Matanya mendelik. Siap mendamprat.
“Maaf,” lanjut si gadis, “soalnya tadi pagi bapak dan ibu pesan, kalau ada orang yang datang, periksa dulu KTP-nya. Jangan ngaku-ngaku anggota keluarga, padahal orang lain yang mau berbuat jahat,” jelas si manis.
Beberapa hari lalu di koran Pos Kota memang ada berita tentang komplotan penjahat yang pura-pura menjadi tamu saat tuan rumah tidak ada di rumah. Pembantu rumah diikat, harta dikuras. Bukan kejadian pertama memang, namun sudah sering terjadi. Sampai di sini Poltak paham.
“Ohhh”. Poltak Suhardo mulai mengerti duduk perkaranya dan mengacungkan kartu mahasiswanya dengan gagah.