Mohon tunggu...
Hans Panjaitan
Hans Panjaitan Mohon Tunggu... -

Biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jomblo Mencari Cinta (18)

17 Oktober 2014   20:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:39 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

18
TERGODA

GAGAL mendekati Putrie Haryono Martono, tidak lantas membuat Poltak Suhardo lama-lama larut dalam rasa malu dan penuh kesengsaraan. Hasratnya untuk mendapatkan pacar tetap berkobar. Target untuk memiliki pasangan sebelum semester pertama berakhir, masih tetap berlaku.

Satu hal yang sangat dia syukuri adalah Putrie tidak mengadu kepada bapak dan ibunya. Maka masa depan Poltak di rumah sahabat pamannya itu pun secara teoritis tidak terancam. Dia aman saja di sana. Tetapi Poltak sudah bertekad akan pindah saja dari rumah itu dan tinggal di tempat kos. Dia yakin, dengan tinggal di tempat kos sepak terjang dan kreativitasnya untuk memburu cewek yang pas dijadikan pacar akan lebih leluasa dan terencana. Nama Putrie sudah dia hapus dari “daftar buruan”.

Targetnya tidak berubah: harus sudah punya gandengan tetap sebelum semester awal berakhir. Untuk mewujudkan rencana itu, langkah pertama adalah keluar dari rumah Pak Haryono Martono. Minggu depan, dia akan menghadap Paman Johnson untuk mengutarakan niatnya itu. Tetapi sebelumnya dia harus mencari alasan atau argumentasi yang kuat dan masuk akal dulu supaya pamannya memberikan restu. Tanpa itu, jangan harap Paman Johnson akan mengijinkan dia pindah dari rumah Pak Haryono.

Sabtu siang, Poltak Suhardo sudah berada di komplek perumahan Paman Johnson. Namun hingga dia berdiri di depan pagar rumah pamannya itu, dirinya belum punya argumentasi yang kuat supaya permohonannya dikabulkan. Sekalipun demikian dia tetap datang untuk menemui pamannya. Siapa tahu saat mengobrol nanti tiba-tiba muncul ide yang brilian.

Pintu pagar rumah paman digembok rapat dari dalam. Poltak pun membanting-bantingkan gembok ke pintu besi itu untuk menarik perhatian orang yang ada di dalam. Karena suara gembok versus besi yang bertalu-talu itu tidak mempan, dia pun berteriak-teriak memanggil nama sepupunya sampai dia capek dan bosan.

“Gomossssssssss...”

Tidak ada juga yang nongol. Dia lalu memanggil-manggil nama pembantu rumah tangga freelance itu berkali-kali:

“Bu Dariyaaaah!”

Nihil!

Poltak pun mulai kesal. Nama Gomos tidak manjur, nama Dariyah tidak mumpuni. Akhirnya dia nekat memanggil nama pamannya sendiri dengan sangat kencang:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun