DIANGKATNYA Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan oleh Presiden Joko Widodo, jelas bukan untuk mempromosikan rokok. Jadi, ketika rokok menjadi pembicaraan bersamaan dengan diumumkannya nama-nama menteri, tentu tidak ada kaitannya dengan sepak-terjang Kabinet Kerja di masa mendatang. Rokok tiba-tiba kembali menjadi polemik lantaran Susi diketahui sebagai seorang perokok. Usai pengumuman nama-nama anggota kabinet di Istana pada Minggu sore, 26 Oktober 2014 lalu, pemilik Susi Air ini bahkan merokok di hadapan sejumlah wartawan yang mewawancarainya.
Berita tentang menteri yang doyan rokok ini pun menyebar cepat di media online. Sosoknya menjadi pembicaraan. Banyak yang mencemooh, menyesalkan bahkan membully habis-habisan. Fadly Zon, wakil ketua DPR yang tidak pernah bosan mengkritik Jokowi itu bahkan mengatakan kalau Susi perlu menjalani revolusi mental.
Namun jangan pernah abaikan tanggapan Salahuddin Wahid atau biasa disapa Gus Sholah, yang juga adik mantan presiden, Gus Dur. "Jangan merokok di tempat umum," jawab Gus Sholah menjawab pertanyaan follower akun Twitternya soal menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang perokok dan memiliki tato. Jawaban yang diberikan Gus Sholah itu sangat tepat dan menyejukkan. Jawaban itu jauh lebih bermakna dan bermutu ketimbang cercaan orang-orang.
Merokok adalah suatu hal yang salah karena tidak saja merusak dan meracuni diri sendiri, namun juga orang lain. Asap rokok dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru. Bahkan merokok pun sudah dinyatakan haram oleh lembaga yang berwenang di negeri ini. Untuk menjauhkan orang dari rokok, pemerintah telah membuat ilustrasi yang menakutkan di setiap kemasan rokok. Namun tampaknya kurang berhasil. Orang yang sudah kecanduan rokok tidak pernah mau berhenti, kecuali sudah menderita penyakit dan disuruh dokter untuk berhenti merokok. Kaum wanita pun saat ini semakin terbiasa dengan rokok. Di warung, di kantin, di halte, di tempat-tempat umum lainnya, sudah banyak kaum wanita yang tidak risih lagi merokok. Susi Pudjiastuti bahkan merokok di kawasan Istana, sesaat setelah pengumuman nama-nama menteri selesai dibacakan, dan Presiden Jokowi berlalu dari halaman Istana.
Rokok mustahil dilarang. Tetapi membatasi ruang gerak perokok harus dilakukan. Menteri Susi silakan merokok, tetapi jangan di tempat umum. Jangan dilihat oleh khalayak. Ini pasti menyumbangkan kesan buruk bagi banyak orang, terutama anak-anak.
Mumpung rokok sedang jadi polemik, saatnya pihak berwenang menggalakkan penertiban terhadap para perokok di sembarang tempat. Segeralah ditindak bila ada yang merokok di mal, bis kota, halte, terminal, tempat ibadah, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H