“Johnson! Where are you now?!!”
Suasana tetap hening mencekam. Apa gerangan yang terjadi?
Hingga sekian lama tidak ada yang datang untuk membuka pintu gerbang, dia pun dia menelepon pamannya. Tapi HP tidak diangkat oleh paman. HP Gomos juga non-aktif. Dia pun mengirimkan SMS ke pamannya, dan mem-forward pesan yang sama ke Gomos. Lama menunggu tiada ada jawaban.
“Apa gerangan yang terjadi kok tidak ada seorang pun yang mau membukakan pintu untuk saya?” keluh Poltak dalam hati yang sekonyong-konyong merasa bingung dan gelisah. Dia yakin pasti ada orang di dalam rumah saat itu. Lampu di dalam rumah menyala kok. Bahkan pintu gerbang pun digembok dari dalam. Artinya ada orang di dalam. Tetapi kenapa tidak ada yang datang untuk membukakan pintu gerbang? Kenapa SMS tidak dibalas?
Kenapa telepon tidak diangkat? “Apakah kini saya sudah di-black list masuk ke sini? Kalau ya, apa alasannya? Apa gerangan salah dan dosaku?” Poltak cemas dan semakin tidak mengerti.
Tiba-tiba Poltak teringat si Putrie. Kini dia mulai bisa menebak-nebak. “Wah, jangan-jangan si Putrie malah mengadu ke pamanku, sehingga paman merasa malu dan marah, dan tidak menginginkan diriku kembali ke rumahnya?”
Poltak sudah mulai yakin dengan dugaannya itu, dan bersiap-siap untuk putar balik, pulang ke rumah Pak Haryono. Dia berencana mengemas barang-barangnya dari rumah Pak Haryono hari itu juga, lalu pindah sementara ke kamar salah satu teman sekelasnya. Setelah nanti ayahnya mentransfer sejumlah uang, dia akan mulai mencari tempat kos.
Poltak berkesimpulan, bahwa paman dan tantenya sudah tahu skandal yang memalukan itu. Berarti Pak Haryono dan istri pun sudah tahu, namun berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa. Dan Putrie telah berbohong sekalipun sudah mengangkat sumpah. Artinya Putrie punya bakat menjadi pejabat di negeri ini.
“Ternyata tidak ada wanita yang bisa dipercaya...” gerutunya dalam hati. “No woman no cry,” gumamnya. Entah apa pula hubungannya.
Ketika Poltak sudah mau melangkah balik, tiba-tiba terdengar pintu depan rumah dibuka. Seorang gadis muda, ABG, tampak keluar dari rumah. Dia cantik dan manis. Mirip iklan di tivi. Antara malu-malu dan takut-takut si gadis ABG mendekati pintu gerbang di mana Poltak bercokol.
Poltak menelan ludah. Berani sumpah, gadis itu sesuai betul dengan kriteria dan seleranya. Kecantikannya sekelas di bawah Putrie. Tetapi siapa dia? Seingat Poltak, pamannya tidak punya anak gadis.