JELAS sudah siapa sebenarnya yang berkuasa di negeri ini. Hal itu sudah terlihat dari susunan menteri Kabinet Kerja yang diumumkan oleh Joko pada Minggu 16 Oktober 2014 silam. Dari ke-34 nama yang ditampilkan, ada beberapa yang mestinya tidak nongol. Mereka itu adalah sosok-sosok yang sudah masuk daftar merah atau kuning KPK – PPATK.
Ironis. Joko, dengan gagah menyerahkan nama-nama yang akan menjadi menteri ke KPK – PPATK. Maksudnya supaya lembaga-lembaga anti-korupsi itu menelisik nama-nama yang bermasalah. Dan tanpa KPK – PPATK pun sebenarnya masyarakat luas sudah paham siapa yang tidak “bersih”, toh beritanya sudah ramai di media massa.
Kita awalnya menduga, bahwa ini adalah salah satu kecerdasan dan kecerdikan Pak Joko untuk menyingkirkan nama-nama yang menurut dia tidak bersih. Paling tidak siasat ini berhasil, di mana ketua PKB Muhaimin Iskandar yang santer tersangkut kasus dan pernah berhubungan dengan KPK, menyatakan mundur dari pencalonan menteri dan berdalih ingin menjadi ketua parpol saja. Pasalnya Joko menegaskan tidak ada menteri yang rangkap jabatan.
Namun saat diumumkan nama-nama menteri, beberapa pemilik nama yang “bermasalah” dan seharusnya tidak ada di sana, malah dengan gagah dan sumringah berlari-lari ketika dipanggil Joko. Tanpa menyebut nama, semua orang sudah mafhum kalau mereka itu adalah titipan M. Orang-orang kepercaan M., kesayangan M.
Bila mengikuti tekad dan alur Joko, nama-nama yang pernah disebut-sebut tersandung kasus itu jelas tidak layak berada dalam tim Joko. Namun berhubung Joko merasa berhutang budi, maka rencana dan janjinya pun dilanggar. Padahal bila Joko mempertimbangkan kepentingan yang lebih besar: masa depan bangsa dan negara, wibawa dan kehormatan bangsa dan negara, intervensi dari manapun seharusnya ditolak!
Tentang hebatnya intervensi itu, sekaligus menunjukkan kalau dialah sebenarnya yang berdaulat atas penyusunan kabinet. Dialah yang berkuasa penuh. Itu semakin nyata ketika ada seorang wanita muda, yang diragukan kapasitas dan pengalamannya, namun menjadi menteri koordinator! Ada lagi yang mengenaskan, yakni tokoh muda yang sangat potensial. Konon dia sudah menjadi calon jadi untuk membantu Joko. Namun justru di detik-detik terakhir nama anak muda ini dicoret oleh Joko, karena tidak direkomendasi ibu kita itu.
Dan Joko memang tidak berdaya. Artinya, Joko bisa berkoar-koar, tetapi semua sudah mafhum kalau yang memiliki kuasa itu bukan dia, tetapi si M.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H