Mohon tunggu...
han sebastian
han sebastian Mohon Tunggu... Wiraswasta - Han Sebastian

I'm not ferfect but limited edition

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gara-Gara Jokowi

20 Oktober 2015   21:26 Diperbarui: 20 Oktober 2015   21:26 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Hari ini genap setahun Jokowi-Jk memimpin Indonesia, selama itu pula banyak hal-hal yang  yang terjadi, entah itu baik atau buruk. Bukan hal yang aneh dan sudah menjadi budaya di Indonesia klo segala kejadian itu selalu dikaitkan dengan kepemimpinan seorang Presidennya di masa itu. Termasuk saat ini, di era Presiden Jokowi, hal tersebut pun terjadi. Hampir setiap hari media-media cetak dan televisi membahas tentang kinerja Presiden, bahkan setiap hari hampir setiap hari saya mendengar orang menyalahkan Jokowi, dengan tajuk entah itu mengenai masalah ekonomi, sepakbola, hukum dan sebagainya. Banyak orang yang tiba-tiba jadi pengamat dan komentator politik, dan yang pasti seorang Komentator akan merasa lebih pinter dari pemain itu sendiri dengan ulasan-ulasannya. Bila di kalkulasikan dengan angka 8 dari sepuluh orang menyalahkan jokowi dengan dengan segala kekacauan negri ini, dan hanya 2 yang memuji kinerjanya.

“Gara-gara Jokowi” seolah menjadi tajuk nasional di kalangan masyarakat, bensin naik gara-gara Jokowi,  harga daging naik gara-gara Jokowi, gag bekerja gara-gara Jokowi, di phk gara-gara Jokowi, kebakaran hutan gara-gara Jokowi, dolar naik gara-gara Jokowi, gagal nikah gara-gara jokowi, hahahahaha, ya seperti itulah kira-kira gambaran isu nasional setiap harinya di tengah-tengah masyarakat. Setahun yang lalu ketika pasangan Jokowi-Jk memenangi pilpres, masyarakat langsung menaruh ekspektasi yang begitu tinggi tentang adanya perubahan yang akan diberikan oleh pemimpin baru tersebut. Namun harapan besar masyarakat luluh lantak dengan dinaikannya harga bbm selang beberapa hari setelah pelantikan, yang secara otomatis berdampak pada naiknya harga-harga kebutuhan pokok.

Masyarakat menginginkan pemerintah bergerak cepat, hingga menghasilkan perubahan dalam waktu singkat. Padahal persoalan-persoalan yang ada begitu komplek. masyarakat menilai bahwa kebijakan pemerintah tidak berdampak signifikan terhadap mereka, lantas mereka ramai-ramai memberi raport merah terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Belum lagi nada-nada sumbang dari pendukung pasangan yang kalah dalam pilpres, yang memang sudah antipati dari awal kemenangan Jokowi, bahkan tidak sedikit yang menghina Jokowi dengan anggapan bahwa orang seperti beliau dari fisiknya saja tidak cocok untuk jadi Presiden. Entah dari kaca mata mana mereka menilai, bahwa semua carut-marut ni negri ini terjadi akibat Presidennya Jokowi “pokoknya gara-gara Jokowi”.

Namun saya yakin seyakin yakinnya, bahwa Jokowi bukanlah pesulap, yang bisa menyulap keadaan di negri ini sesuai dengan yang diharapkan dalam waktu singkat. Sangat tak adil kiranya jika menilai hasil dari suatu pekerjaan hanya dalam waktu singkat saja. Saya ambil contoh piala presiden, untuk melihat Persib Bandung menjuarai turnamen ini dibutuhkan waktu lebih dari sebulan, begitu pun pialanya yang dibuat di Bali membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untuk bisa meraih gelar Sarjana toh dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun bahkan bisa lebih, waktu yang tidak sebentar bukan. Contoh lagi, ketika mondok di Pesantren Misalnya, hasil dari belajar di Pesantren akan dinilai hasilnya ketika sudah lulus dan hidup di tengah-tengah Masyarakat, bukan ketika masih diem di Pesantren.

Dengan masa kepemimpinan setahun yang sudah dijalani Jokowi, tidaklah lantas dikatan gagal seperti anggapan banyak orang, namun tidak juga dikatakan berhasil. Apa yang kita lihat saat ini, khususnya tahun 2015, bisa jadi ini adalah hasil dari kerja Presiden sebelum-sebelumnya. Kesuksesan Massimiliano Allegri membawa Juventus menjuarai Liga Italia musim 2014/2015, dan berhasil menembus babak final Liga Champions di musim yang sama, itu adalah hasil kerja pelatih sebelumnya, yaitu Antonio Conte. Conte lah yang telah membangun skuad yang tangguh selama beberapa tahun belakangan dan mewariskannya kepada pelatih setelahnya, yang hanya tinggal meneruskan dan menjaganya serta menambahi yang dirasa perlu.

Sungguh naif jika kekacauan negara belakangan ini disudutkan pada Jokowi seorang, kenapa Presiden sebelumnya tidak disebut. Apakah ini bukan hasil dari pekerjaan Presiden sebelumnya? Seharusnya kita semua sadar, bahwa ini semua adalah hasil dari apa yang dikerjakan Presiden sebelumnya, bukan hanya lima tahun bahkan sepuluh tahun lho. Menurut saya Jokowi tidaklah gagal menjalankan roda pemerintahan setahun ini, hanya saja kinerjanya seperti timnas Jerman, lambat panas.

Marilah kita Melihat dengan logika serta nalar yang benar dalam menyikapi pemerintahan saat ini, secara obyektif saya melihat Jokowi sudah bekerja keras, kabinet-nyapun sudah berlarian untuk menyamakan irama dengan presidennya. Dan anggapan saya Jokowi belum menyimpang dari jalur yang benar. Setahun pemerintahan berjalan memang belum banyak membuahkan hasil, tapi arah menuju kesana pelan-pelan mulai terlihat. Yang patut diapresiasi tentu saja di bidang Infrastruktur, yang memang menjadi konsern Jokowi di awal-awal kepemimpinannnya. Pembangunan Infrastruktur sedang digalakan di mana-mana, khususnya di daerah pinggiran dan Desa, seperti Perbaikan jalan, betonisasi dan proyek-proyek padat karya.

Dalam pandangan saya, lambatnya kinerja pemerintahan saat ini, dikarenakan kompleknya masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan Jokowi, yang merupakan warisan Presiden sebelumnya. Faktor penghambat itu salah satunya di bidang politik, yaitu banyaknya kepentingan para elit partai yang seolah ingin menyetir Jokowi, terlebih dari partai pengusungnya sendiri. Bukan rahasia umum jika banyak yang ingin merecoki pemerintahan Jokowi dengan berbagai kepentingannya seperti Mega, belum lagi para petinggi partai lainnya yang menjadi koalisi. Kegaduhan ini ditambah lagi dengan status quo yang dimotori oleh SBY sebagai kompor dengan berbagai pernyataan pidato menggurui Jokowi dan Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan kekuatan politik di DPR yang berusaha menjegal laju pemerintahan saat ini, yang notabene dikuasai partai yang bersebrangan dengan pengusung partai pemerintah. Bukankah politisi senang dengan intrik, konspirasi, kolusi dan tentu saja korupsi yang susah untuk dihilangkan dari pikiran dan mentalitasnya. Adanya pertikaian antara KPK dan Polri, menjadi bumbu lain di awal-awal pemerintahan kabinet kerja.

Perlahan Jokowi mulai membenahi satu persatu masalah-masalah kompleks yang dihadapinya, mulai dari penertibah kegaduhan para elit politik, pembenahan persepakbolaan, penanggulangan ilegal fishing dan sebagainya. bahkan para pembantunya di dalam kabinet, yang tidak bisa mengikuti irama kerja kerasnya, cepat-cepat ia evaluasi dan lakukan perubahan. tapi masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang tidak sabaran, yang sering mengesampingkan proses. Namun selama pemerintahan sekarang masih berada di jalur yang benar, mari kita kawal dan dukung bersama, dan mudah-mudan bisa kita rasakan hasil dari kerja Jokowi dan rekan-rekannya tidak lama lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun