Mohon tunggu...
Handry Febrian Z Dalimo
Handry Febrian Z Dalimo Mohon Tunggu... -

orang-orang memanggil saya hans dan saya suka jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Selamatkan Dunia dari Sampah Plastik

10 Maret 2013   03:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:02 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tergerak menulis hal ini setelah menonton sebuah video dokumenter mengenai terancamnya populasi burung albatross karena limbah plastik yang kadang kita anggap sepele. Video dokumenternya bisa ditonton disini (you and entire world should see this, please share). Ini adalah sebuah video dokumenter yang menyedihkan sekaligus mengerikan, dimana kita dapat melihat bahwa limbah plastik yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya berdampak besar pada degradasi kondisi lingkungan. Video ini berlokasi di sebuah pulau di Atoll Midway, pasifik utara, 1600 Km dari pemukiman manusia terdekat yang merupakan habitat terbesar Laysan Albatross.  Kenyataan menyedihkan ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang fotografer, Chris Jordan, yang sedang melakukan perjalanan ke pulau tersebut, September 2009 lalu. Ia mendapati, banyak sekali Albatross mati tercekik dan setelah diselidiki penyebabnya adalah sampah plastik. Albatross adalah burung laut pemakan ikan, telur ikan, cumi-cumi dan hewan laut kecil lainnya yang belum cukup cerdas untuk memilih makanannya. Albatros dewasa akan meninggalkan sarang dan mencari makanan ke laut lepas hingga ratusan mil. Mereka akan memakan apa saja yang mengapung dan dianggap bisa dimakan, kemudian akan kembali ke sarangnya memberi makan anaknya. Sampah-sampah plastik yang termakan oleh induk Albatross tadi-pun termakan oleh bayi-bayi Albatros. Hal ini menyebabkan bayi-bayi albatross kelaparan dan tercekik mati dengan perut penuh dengan tutup botol, pemantik api, dan sampah-sampah plastik lainnya. Penelitian terbaru bahkan membuktikan 97,5% bayi Albatros telah memakan sampah plastik. Diperkirakan setiap tahunnya ada puluhan ribu Albatross mati dan ini menjadi lebih buruk karena mereka hanya menghasilkan satu telur dalam satu periode perkawinan.

Disaat bencana besar sedang bermain-main di tengah laut, kebanyakan kita, entah berapa ribu kilometer dari sana dengan leluasa menghasilkan banyak sekali sampah plastik. Memang kita sadari, susah sekali memisahkan kehidupan dari plastik, karena plastik adalah pilihan yang simple, praktis dan murah. Mari kita coba hitung berapa sampah plastik yang kita hasilkan hari ini. Pertama, kantong plastik saat membeli sarapan tadi pagi, kemudian botol minuman soda tadi siang di kantor, kemudian kantong plastik saat membeli gorengan. Kalikan 250 juta jumlah penduduk Indonesia. Kalikan sekian milyar penduduk dunia, ada berapa sampah plastik yang kita hasilkan setiap harinya? Menurut Riset Worldwatch Institute, untuk kantong plastik saja, tidak kurang dari 1 milyar lembar digunakan penduduk dunia setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, tidak terkendalinya penggunaan plastik diperburuk dengan budaya masyarakat yang menanggap membuang sampah sembarangan adalah hal yang wajar. Kemarin sore, waktu pulang kerja saya melihat seorang anak kecil membuang kemasan minuman gelas di trotoar dan reaksi ibunya biasa-biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Ini berarti kesadaran menanamkan nilai-nilai kebersihan pada generasi selanjutnya masih sangat kurang. Atau seperti tadi malam, saya melihat sampah plastik dibuang begitu saja dari mobil yang melintas, padahal mobil tersebut termasuk merek mahal. Tentulah empunya adalah golongan ekonomi menengah keatas dan berpendidikan, tapi tetap saja kesadaran membuang sampah pada tempatnya masih sangat kurang. Saya melihatnya jadi geregetan. Kita tidak sadar bahwa kelalaian kita membuang sampah plastik pada tempatnya akan membawa bencana di kemudian hari. Contoh kecil saja, saat tinggal di asrama, ada beberapa rekan yang lebih suka menggunakan shampo dan sabun cuci shachet, kemudian tidak membuang sampahnya pada tempat sampah. Sampah tersebut masuk dalam saluran air, lama kelamaan menumpuk dan menyumbat saluran tersebut.  Akhirnya air tidak mengalir sebagaimana mestinya, kamar mandi kebanjiran dan terpaksa semua harus mandi dengan genangan air semata kaki. Satu asrama secara kolektif harus menanggung karma dari ketidak-disiplinan beberapa orang. Untuk skala yang lebih besar, kita bisa belajar dari banjir Jakarta beberapa waktu lalu. Sampah plastik yang kita buang sembarangan tempat tidak diam di tempatnya. Mereka akan tersapu hujan, mengalir lewat sungai-sungai dan berujung di laut. Disana mereka menjadi penyebab mati satu juta burung laut dan 100.000 mamalia laut dan penyu setiap tahunnya. Sampah plastik yang terkubur di tanah-pun membutuhkan 500-1000 tahun untuk terurai. Jika penggunaan plastik tetap tak terkendali, bukan tidak mungkin seratus tahun dari sekarang dunia akan menjadi planet plastik dan punahnya banyak spacies. Untuk itu melalui tulisan ini saya mengajak anda bergabung dalam misi menyelamatkan bumi dari bencana plastik. Mari lebih bijaksana dalam menggunakan apapun yang berbahan dasar plastik, kita bisa mulai dengan mengurangi penggunaan dan membuang sampah pada tempatnya. Mulai dari diri sendiri, kemudian sampaikan ide-ide positif ini pada orang-orang terdekat, kemudian pada banyak orang. Akan selalu ada pihak yang menanggap kita lebai, tapi percaya saja, dunia butuh orang-orang lebai seperti kita untuk menyelamatkannya. Mari mulai lakukan apa yang kita bisa, kita hanya akan gagal jika kita berhenti. save the living planet! note; saya baru saja merilis sebuah halaman facebook dimana kita bisa berbagi ide untuk menyelamatkan bumi dari sampah plastik. Teman-teman yang memiliki misi sama bisa bergabung disini (click!) -hans

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun