Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis tentang masalah ini. Bukan masalah bagi sebagian orang, mungkin, tapi bagi saya ini masalah besar. Sadarkah anda kalau dunia kita dewasa ini sudah penuh diisi dengan kebencian? Sadarkah anda kalau hati manusia kini kian sempit untuk kasih sayang? Sadarkah anda kalau otak manusia kini terlalu sempit untuk menerima perbedaan. Saya sadar. Kemarahan dan kebencian sekarang seakan tontonan umum yang dapat kita saksikan tiap hari. Hujat menghujat sudah seperti hal biasa. Dunia sudah dipenuhi dengan kebencian. Satu pihak menyalahkan pihak lain, berkoar-koar seolah dialah yang paling benar dan orang lain selalu salah. Saya kadang-kadang bingung melihat tayangan berita di TV. Suatu saat saya miris, disaat lain saya tertawa lucu. Benar, saya tertawa. Saat melihat segerombolan orang yang merasa dirinya benar, panas-panas berdiri ditengah jalan, menutup sebagian jalan yang menyebabkan macet berkilo-kilometer, berteriak ini itu yang intinya “Saya yang paling benar! Anda salah!”, kemudian dilanjutkan dengan aksi bakar ini bakar itu, merusak ini merusak itu. Menggelikan sekali, orang yang merasa paling benar malah melakukan hal tak terpuji seperti itu. Mereka pikir dengan merusak infrastruktur seperti itu akan membuat kehendak yang mereka paksakan akan terwujud. Yang ada malah kerugian dimana-mana, pemerintah jadi repot memperbaiki fasilitas umum yang rusak, orang-orang jadi terlambat ke kantor, anak-anak jadi terlambat ke sekolah, ketakutan dimana-mana, dan bahkan mereka sendiri pasti tepar saat sampai dirumah karena terlalu capek. Lihat berapa banyak kerugian yang mereka datangkan hanya supaya pemikiran yang anda anggap benar itu diterima. Lalu apa hasilnya, tak ada selain kepuasan tentunya. Mereka itu pasti merasa puas telah berhasil menghancurkan ini itu, merasa pihak kepolisian gagal menegakkan keamanan dan ketertiban. Sudah berasa power rangers saja karena berhasil merusak ini itu, padahal sebenarnya mereka tak lebih dari monster yang menebar kekacauan dimana-mana. Lagi-lagi, ada pihak yang mengatasnamakan agama untuk menghujat-hujat, untuk berteriak kalau orang lain itu salah, mereka itu benar. Padahal kita tahu, tidak semua orang dari agamanya itu setuju dengan apa yang mereka lakukan. Bahkan tidak jarang ada yang berpikiran sebaliknya. Kasihan mereka. Kasihan agamamu yang langsung mendapat stereotip tidak baik dari banyak orang disana. Sadarkah anda bahwa apa yang anda lakukan malah menimbulkan citra buruk bagi agama anda. Anda yang berbuat, seluruh penganut agama anda kena imbasnya. Semua penganut agama anda harus mendapat cap negatif dari kelakuan egois yang anda lakukan. Think about it. Mari kita lihat sidang kasus video mesum beberapa waktu lalu, dimana saat sidang berlangsung ada pihak yang mengatasnamakan agama datang ke pengadilan berkoar-koar mengatakan bahwa terdakwa adalah bejat, tidak bermoral, harus dihukum mati dan umpatan lain. Atau dengan sisi lain mungkin dapat berarti “Anda itu harus seperti saya, manusia yang putih tidak berdosa”. Lebih parah lagi mereka melakukan penganiayaan pada massa pendukung terdakwa dan melakukan pengrusakan pada kendaraannya. Oh tuhan, apa-apaan ini. Niat baik tapi dilakukan dengan cara yang tidak baik, tetap saja salah. Mereka-mereka itu sudah merasa seperti tuhan saja. Jika memang jentel dan merasa jantan, pakailah nama anda sendiri dalam berbuat. Jangan dalam bayang-bayangagama yang anda usung. Agama itu suci, tak ada kekerasan di dalamnya. Kasihan agama anda, kasihan penganut agama anda yang tidak setuju dengan apa yang anda lakukan. Jika anda yang berbuat, andalah yang harus bertanggungjawab. Bukan agama anda. Bukan seluruh penganut agama anda. Ada lagi, isu masalah agama. Mungkin masih segar dalam ingatan kita bagaimana massa melakukan penganiayaan, pengrusakan pemukiman dan tempat ibadah, bahkan pembunuhan pada penganut agama lain yang mereka anggap menyimpang dari ajaran agama mereka. Mereka pikir, karena penganut agama tersebut berbeda, mereka bebas dibunuh begitu saja. Sudahlah. Agama itu urusan personal. Privat antara seseorang dengan sesuatu yang ia anggap tuhannya. jadi kenapa kita harus repot-repot ikut campur dengan masalah kepercayaan orang lain? Biarkanlah mereka jalani apa yang mereka anggap benar, selagi tidak mengganggu ketertiban umum. Anda juga silahkan jalankan ajaran agama yang anda anut dengan baik, tak usah saling ikut campur, apalagi sampai masuk ke ranah privasi orang lain. Toh kalau misalnya mereka salah, biarkan saja tuhan yang menghukumnya suatu saat nanti, bukan kita manusia yang sama-sama keluar dari rahim wanita yang maju berlagak kita ini Tuhan, yang paling tahu mana yang salah dan mana yang benar. Negara saja yang katanya punya jabatan dibawah Tuhan memberikan kebebasan pada pemeluk agama dalam koridor peraturan hukum, kenapa kita yang bukan siapa-siapa malah maju duluan melampaui wewenang “pejabat-pejabat” diatas kita. Bahkan melakukan tindakan yang jelas-jelas melanggar hukum. Ini benar-benar hal paling konyol yang pernah saya lihat. Perbedaan tidak akan pernah bisa dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan. Tidak akan pernah bisa. Mari kita tilik ke dunia internasional. Mungkin anda sudah lihat tayangan berita di TV mengenai kaum GLBT di afrika diperlakukan lebih dari binatang, bahkan bebas dibunuh begitu saja. Saya benar-benar hilang akal, bagaimana bisa manusia melakukan tindakan sewenang-wenang kepada orang lain yang mereka anggap orientasi seksualnya salah dari apa yang mereka anggap normal. Mungkin di Indonesia tidak se-frontal negara-negara afrika. Tapi tetap saja kaum GLBT tidak mendapatkan haknya untuk dapat hidup sebagai warga negara biasa. Mereka selalu dilecehkan dan dikucilkan oleh orang-orang berhati sempit dan berotak teramat kecil. Mereka itu manusia, sama seperti kita. Mereka punya hak asasi untuk hidup dan berkembang menjadi apa yang mereka inginkan. Kita, sesama manusia tidak berhak menjudge bahkan mengucilkan mereka. bahkan menganggap mereka lebih hina dari binatang. Sudah sesempurna apakah kita sebagai manusia. Apakah kita benar-benar sempurna dan luput dari kesalahan. Semua manusia heteroseksual dan homoseksual, transeksual maupun tidak punya hak yang sama untuk hidup. Cobalah menerima perbedaan, jangan terlalu keukeuh dengan ego anda. Masih banyak lagi isu-isu yang pecah dalam kehidupan kita saat ini. Dimana semua orang merasa dirinya paling benar dan orang lain selalu salah. Contohnya: wanita tuna susila dan bahkan hari valentine. Saya yakin tak seorang wanita-pun di dunia ini yang ingin menjajakan dirinya sebagai pemuas nafsu. Keadaanlah yang memaksa mereka. Mereka tidak pernah punya pilihan, apalagi di kondisi perekonomian negara saat ini yang kian menyedihkan. Coba bayangkan jika anda ada diposisi mereka, apa yang anda lakukan? Berhentilah menghujat. Hujatan anda takkan menghasilkan apa-apa. Yang harusnya kita lakukan adalah membimbing mereka. merangkul mereka dengan baik agar mereka dapat keluar dari lingkaran hitam tersebut. Bukan malah sebaliknya. Menjatuhkan, melecehkan, bahkan melukai hati mereka. Sungguh, jika anda merasa bangga dengan apa yang anda lakukan. Dimata saya anda tak lebih dari sekedar sampah. Valentine day. Hari kasih sayang kata orang. Kenapa kita harus sibuk-sibuk mengurusi kepercayaan orang. Jika menurut kepercayaan anda tidak perlu merayakan valentine, maka tak usah anda rayakan. Jika orang lain merayakannya, itu hak mereka, biarkanlah mereka pada keyakinannya. Jangan paksakan kehendak anda pada orang lain. Pemaksaan kehendak tak lebih akan menghasilkan permusuhan, dan anda tau apa yang dihasilkan dari permusuhan. Ayolah manusia, tak bisakah kita menjadikan dunia ini sedikit lebih damai untuk ditinggali? Inilah kondisi dunia saat ini. Dimana kebencian dan kemarahan sudah seperti hal yang lumrah. Dimana manusia-manusia hujat menghujat satu sama lain. Dimana orang-orang melupakan hak-hak orang lain untuk mengedepankan haknya. Dimana setiap orang merasa pendapatnya yang paling benar. Dimana banyak orang tak mendapatkan haknya untuk hidup bahkan hak untuk merasa aman. Dimana agama dijadikan alasan untuk bertindak layaknya tuhan. Dimana manusia-manusia sudah mulai menganggap dirinya tuhan. Haruskah kita berlarut-larut dalam kondisi seperti ini? Sadarilah, satu-satunya yang sempurna di dunia ini adalah tuhan. Kita manusia semua sama, tak luput dari kesalahan. Jangan kita mengembar-gemborkan kesalahan orang lain tanpa melihat dalam diri sendiri, sudah sempurnakah kita? Satu-satunya yang berhak menentukan sesuatu itu baik atau buruk adalah tuhan. Satu-satunya pihak yang boleh men-judge manusia adalah tuhan. Jika anda sudah berani mencaci maki orang lain, berkoar bilang kalau kita ini benar dan orang-orang itu salah, anda menyamakan diri anda dengan tuhan. Apakah anda tuhan? Tulisan ini saya buat bukan maksud untuk menggurui siapa-siapa atau menyinggung pihak mana. Ini hanya tulisan seorang anak muda yang baru menginjak dua puluh satu tahun yang mungkin belum banyak mengerti apa yang namanya kehidupan. Jika anda berpikir, tulisan ini mungkin terlalu banyak unsur subjektifnya, mungkin anda benar. saya juga sudah bilang kalau tulisan ini hanya hadir dari pemikiran saya, tanpa maksud merasa saya yang paling benar. semua manusia tak luput dari kesalahan, apalagi anak yang masih seumur jagung seperti saya. Begitu juga anda, sama-sama manusia seperti saya. Cobalah menerima perbedaan. Jangan ego dan pemikiran kita saja yang kita kedepankan. Dunia ini tak pernah nyaman karena semua orang beranggapan dialah yang paling benar dan tak pernah ada niat untuk menghargai hak orang lain untuk hidup seperti apa yang mereka mau. Cobalah terima perbedaan. Kita manusia di dunia ini diciptakan dengan perbedaan yang kompleks oleh Tuhan untuk saling melengkapi satu sama lain, bukan malah sebaliknya, saling menjatuhkan dan melecehkan. Mari kita jadikan dunia ini menjadi tempat yang nyaman dan damai untuk ditinggali, dimana kita bisa menghargai dan menerima perbedaan yang ada, dimana setiap orang bebas menjadi diri mereka sendiri tanpa ada lagi ketakutan dan keresahan. Cobalah lihat pelangi, pelangi akan indah karena ada warna-warna berbeda yang saling melengkapi. Coba bayangkan kalau pelangi hanya terdiri dari satu warna saja, akankah terlihat indah? Tentu tidak. Begitu pula hidup kita. Hidup di dunia ini indah ketika kita, manusia-manusia yang berbeda saling melengkapi satu sama lain. Coba bayangkan jika dunia terdiri dari satu jenis saja, berkulit putih saja, semuanya hobi nonton bola, bisa anda bayangkan betapa menyebalkannya (dan tidak ada lagi pemain bola tentunya, karena semuanya hobi menonton saja). Mari kita jadikan dunia ini tempat yang nyaman untuk ditinggali siapa saja dengan mulai menerima setiap perbedaan yang ada. Jangan bertingkah layaknya tuhan menentukan mana yang benar dan salah, mana orang yang baik dan buruk. Mari kita tinggalkan itu semua, untuk kehidupan kita yang lebih baik. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H