Sengaja saya menulis topik ini berkali-kali dan akan terus berkali-kali. Kenapa ? semua karena jengkel. Betapa bodohnya perusahaan telekomunikasi yang memilih bekerjasama dengan content perampok (tidak pantas menjadi content provider). Tadinya saya tidak ambil pusing karena pulsa sering berkurang. Namun ketika anak-anak mulai protes dan marah karena pulsanya tiba-tiba saja habis, lama kelamaan kesal juga jadinya. Terakhir malah saya sendiri yang mengalami pencurian pulsa secara kotor. Pulsa seratus ribu terkuras hanya tinggal beberapa belas ribu.
Sekalipun sudah diberitakan secara nasional dan dalam proses pembicaraan di komisi I DPR, tetapi perlawanan terhadap operator nakal harus ditindak secara hukum. Masyarakat telah menyampaikan gugatannya secara massal melalui berbagai media. Sekarang tinggal keseriusan Menkoinfo dan Komisi I DPR serta BRTI untuk mengusut tuntas kasus ini.
Jangan lihat nilainya yang cuma Rp. 2.000,- tapi hitunglah secara global dari seluruh pengguna telepon seluler yang ada. Pasti akan mencapai angka yang fantastis. Ingat satu hari akan dikirim 2 sms dengan tarif Rp. 2.000 per sms. Belum lagi pemberitahuan registrasi dan unreg yang dikirimkan melalui sms. Pengusaha mana yang tidur saja tetap dibayar ? mesin uang akan terus bekerja mencuri dari setiap pelanggan 24 jam sehari, 7 hari seminggu selama sebulan, setahun dan seterusnya.
Lawan terus dengan tulisan agar pihak pemerintah dan aparat berwenang terus disorot. Jangan sampai nanti mereka tiba-tiba diam ketika dikirimi sekardus indomie yang isinya bukan mie instant.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H