5. Tetap tenang dan usahakan tersenyum. Hal ini biasanya akan membuat lawan bicara menjadi ikut tenang. Jika lawan bicara sudah terlihat tenang dan rileks, biasanya pesan dan penjelasan kita akan mudah diterimanya. Ketenangan kita menghadapi sebuah pertengkaran akan membuat lawan bicara akan berpikir bahwa kita 'ada apa-apanya'. Biasanya akan timbul pertanyaan dalam hati, kenapa dia tidak takut ? Jangan-jangan ?
Ini permainan psikologis yang sering saya alami. Prinsip dasarnya jangan takut sama manusia. Apalagi takut sama ghaib. Sederhana tapi mungkin agak susah menerapkannya. Tapi ini tipsnya, coba bersikap tenang.
6. Usahakan pembicaraan dilakukan sambil duduk. Jika lawan bicara kita dalam posisi berdiri, ajaklah dia untuk duduk terlebih dahulu. Ini termasuk penting karena dalam posisi duduk tidak ada posisi mengancam. Mengajaknya untuk duduk saja akan memberi kesan bahwa kita tidak berniat untuk menyerangnya. Posisi berdiri menyamping, akan terkesan kita siap menerima serangan dan melakukan serangan balik. Posisi berhadapan sejajar, akan terkesan kita siap menerima serangan dan menantangnya. Intinya, berdiri sangat tidak dianjurkan jika menghadapi orang yang marah.
7. Jika kondisinya kita diminta sebagai penengah dalam sebuah pertengkaran, jangan menjustifikasi atau menghakimi salah satu pihak. Tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Pembicaraan harus di awali dengan kalimat bahwa keduanya datang dengan niat ingin berdamai dan menyelesaikan masalah. Sebagai penengah, jangan meminta keduanya untuk menceritakan kronologisnya. Menceritakan kembali masalahnya malah akan membuatnya kembali emosi dan merasa paling benar.
Kalimat untuk kondisi ini misalnya.
"Terimakasih sudah meminta saya sebagai penengah. Saya tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Kalian berdua datang saja sudah menunjukkan itikad baik bahwa kalian ingin berdamai. Tidak ingin bertengkar dan ingin menyelesaikan masalahnya secara kekeluargaan"
Jika salah satu pihak masih merasa paling benar dan mencari kesalahan lawannya, maka katakan bahwa kita bukanlah hakim. Penyelesaian yang akan dilakukan berdasarkan itikad baik, saling menjaga hubungan baik dan persaudaraan. Apabila ingin mencari kebenaran, prosesnya harus melalui jalur hukum. Sambil kita katakan, menempuh jalur hukum biayanya mahal, prosesnya rumit dan berbelit, menyita waktu dan tenaga, bahkan bisa jadi malah akan merugikan. Hal tersebut disampaikan untuk mencegah penanganan melalui jalur hukum. Bahwa penyelesaian secara kekeluargaan harus lebih diutamakan. Dengan penjelasan demikian biasanya pihak yang ngotot akan berpikir kembali dan akhirnya kembali tenang.
8. Setelah masalahnya selesai jabatlah tangannya. Jabatan harus dengan tulus agar tidak ada perasaan dendam dikemudian hari.
Demikian tips mengatasi orang memiliki sifat pemarah atau mereka yang marah-marah. Nasehat orang tua, "Orang sabar ya sabar. Sampai kapanpun sabar. Jangan bilang kesabaran habis, ada batasnya, lalu kemudian emosi. Itulah contoh gambaran orang yang tidak sabar".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H