Mohon tunggu...
Hans Christian IH
Hans Christian IH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Prodi Hubungan Internasional/ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Universitas Jember

Seorang mahasiswa yang senang belajar dan menjelajahi hal-hal baru mengenai dunia. Seseorang yang senantiasa mengembangkan dan menggali potensi diri. Tertarik dengan fenomena-fenomena sosial khususnya mengenai Budaya, Bahasa, dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

China sebagai Salah Satu Investor Utama Ekonomi Global: China's Effects dan China's Country Risk

27 Maret 2023   06:08 Diperbarui: 27 Maret 2023   06:24 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: China US Focus)

Pada Desember 2022, UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) menerbitkan laporan yang menyebut nilai perdagangan global sampai kepada angka 32 Triliun dollar AS. Kemungkinan besarnya, perdagangan global bertumbuh disebabkan oleh peran Asia dalam pasar global. Hal tersebut didukung dengan fakta bahwa pada rentang waktu triwulan ketiga tahun 2022, hampir semua Kawasan mengalami penurunan pertumbuhan.

Invasi Ukraina oleh Rusia, melemahnya ekonomi di negara-negara, dan melonjak tingginya suku bunga dunia terutama di Eropa dan AS merupakan komplikasi yang mengambil porsi dalam jatuhnya ekonomi negara-negara. Namun berdasarkan UNCTAD, Asia Timur berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Hal tersebut dibuktikan melalui kesamaan ekspor dan impor di Kawasan Asia dalam periode triwulan kedua dan ketiga tahun 2022.

Dominasi China dalam Dinamika Perdagangan Kawasan Asia dan Global

Sejak tahun 2017, China dikenal sebagai negara yang melakukan perdagangan barang terbesar di dunia. Fakta ini tentu saja sudah cukup membuktikan bagaimana besarnya kekuatan China. Bila memakai data pertumbuhan ekonomi global tahun 2022, dapat dilihat bahwa lebih dari 78% (25 trillion dollar AS) perdagangan merupakan perdagangan barang. Bahkan di Januari 2023 saja China sudah mencapai nilai 3,59 trilliun dollar AS dalam aktivitas ekpspornya.

China dan ASEAN, sebagai bagian dari Kawasan Asia memiliki dinamika terkuat dalam perdagangan global. Hal ini dibuktikan dengan jumlah total neraca perdagangan yang mencapai angka 975,3 miliar dollar AS. Bahkan sudah sejak lama (2009) China menjadi mitra dagang terbesar bagi ASEAN.

China's Effect dan Dominasi Investasi Dunia

 

(Sumber gambar: China US Focus)
(Sumber gambar: China US Focus)

Dominasi China-ASEAN menggeser peran AS dan UE

Dinamika perdagangan dunia yang seringkali didominasi oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat seiring perkembangan China mulai tergeser perannya. Terutama sejak ASEAN dan China menjadi mitra dagang dengan dinamika dagang terbesar secara global. Namun nilai perdagangan antara China dengan AS dan UE tentunya tergolong besar juga. Di tahun 2022, dengan UE, nilai perdagangan mencapai 847 miliar dollar AS, sedangkan dengan AS nilai perdagangan berada pada nilai 759,4 miliar dollar AS. Apa China's effect yang ada dalam peristiwa ini?

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam perang dagangnya AS memberlakukan tarif atas impor produk dari China. Dalam keadaan tersebut Asia Tenggara menjadi tempat yang ideal dan memiliki daya tarik untuk relokasi perdagangan. Belum lagi ASEAN menjadi wilayah dengan kondisi seperti murahnya upah buruh dan tingginya pertumbuhan yang sangat menguntungkan perusahaan. Namun yang paling mempengaruhi adalah keterbukaan dan kedekatan China terhadap Asia Tenggara. Sehingga perusahaan-perusahaan global sedang gencar-gencarnya menemukan pemasok baru di ASEAN dengan tujuan menghindari tarif AS atas impor dari China.

China sebagai State-led Investor terbesar di Eropa

Upaya China untuk mencapai pasar global melibatkan Eropa. Eropa menjadi salah satu pasar utama untuk China. Pasar konsumen eropa menjadi pasar yang berpotensi keuntungan besar karena jumlah besar konsumennya berpenghasilan tinggi. Selain itu sebagai salah wilayah dengan jumlah negara industri yang besar, Eropa memiliki perusahaan industri berteknologi tinggi dan up-to-date.

China mengawali langkahnya dalam investasi di Eropa pada tahun 2000-an. Keterbukaan single market UE terhadap investasi internasional dimanfaatkan China untuk melandasi masuknya China ke dalam pasar internasional. Karena peristiwa ini sesuai dengan Global Level Playing Field, Foreign Direct Investment yang dilakukan China belum dicurigai atau dianggap hal yang tidak wajar.

Awalnya investasi China di Eropa tidak menjadi faktor yang terlalu "berarti". Namun seiring terjadinya krisis di Eropa, suntikan modal dari China menjadi salah satu faktor penentu untuk memperbaiki ekonomi Eropa. Terutama dalam hal menyelamatkan perusahaan dalam sektor-sektor yang sensitif dan strategis bagi Eropa.

Sekarang, China menjadi negara investor terbesar bagi Eropa. Dalam rentang waktu 2005-2019, Foreign Direct Investment oleh China di Eropa mencapai total 383,4 Miliar dollar AS. UK terutama menjadi negara dengan investasi China terbesar di Eropa, bahkan berada di peringkat ketiga di dunia. Salah satu investasi terbaru oleh China terjadi dalam sektor energi. Investasi ini didominasi oleh perusahaan teknologi dan telekomunikasi asal China seperti Huawei, Alibaba, dan Tencent.

 

Dominasi Investasi China di Amerika Utara

Salah satu target utama yang diincar dalam Foreign Direct Investment secara global adalah Amerika Utara. Hal tersebut tentunya mendorong ketertarikan China untuk berinvestasi (FDI). Bahkan China akhirnya dapat mendominasi lebih dari setengah FDI yang masuk ke dalam Amerika Utara, yaitu sekitar 50.9% dalam 2015-2019.

Negara yang menerima investasi (FDI) paling tinggi dari China adalah AS. Meskipun kedua negara ini adalah rival, ternyata sekitar 183 miliar dollar AS sudah diterima AS atas FDI China tahun 2005-2019. Di tahun 2016 China sempat mencapai FDI di Amerika Utara di angka 53 miliar dollar AS. Namun atas ketegangan yang terjadi antara AS dan China dalam sektor trade-relations nya investasi China mengalami penurunan drastis. Persentasenya jatuh ke angka 3.2 miliar dollar AS, turun sekitar 94% dalam kurun waktu 8 tahun sebelumnya.

Padahal sebelumya investasi China di Amerika Utara sedang gencar-gencarnya didorong oleh keamanan energi. Salah satu contohnya adalah peningkatan investasi China di Kanada pada tahun 2012 dalam sector energi sebesar 20.79 miliar dolar AS, yang sebelumnya hanya 4.4 miliar dollar AS (2011). Bahkan AS menerima 3.8 miliar dollar AS di tahun 2012 yang merupakan peningkatan drastis dari 2011 yang hanya 200 juta dollar AS.

China's Country Risk

China's Effect dan Dominiasi China dalam hal investasi serta perdagangan terlihat menggiurkan bagi investor-investor. Pesona China bukan hanya perekonomian negara yang cenderung stabil, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana China membangun relasi dengan negara lainnya yang menjadi sasaran empuk investasi. Meskipun relasi tersebut tidak selamanya merupakan relasi yang baik, tetapi ketergantungan negara untuk suntikan dana dariChina kan memaksa negara tersebut menjaga hubungannya dengan China. Lantas apakah investor dapat dengan tenang berinvestasi di China?

Investasi dimana pun, siapa pun pihak mitranya dan berapa pun jumlahnya tentunya emmerlukan strategi. Maka investor akan melakukan country risk analysis sebelum memutuskan untuk melakukan investasi di negara tertentu. Dalam bagian ini, akan dibahas apa saja opini kontra untuk berinvestasi di China.

Yang pertama, tingginya utang korporasi dan rumah tangga. Utang perusahaan yang tinggi tidak terlalu mempengaruhi ekonomi dibanding dengan hutang rumah tangga. Perusahaan akan diberikan kredit memperhitungkan arus kas perusahaan, namun untuk individu pendapatan belum pasti arus uangnya terjamin. Meskipun demikian tingginya persentase utang di China sendiri mengekspos perusahaan kepada potensi kebangkrutan properti komersial yang lebih tinggi.

Yang kedua, keadaan industrial overcapacity di China. Kapasitas industri yang berlebihan memiliki pengaruh besar terutama dalam sektor energi. Di China peristiwa industrial overcapacity memakan lebih dari 77% pemakaian energi dalam negara. Contoh industri yang mengalaminya adalah industri bahan bangunan, industri kimia, industri baja, dan sebagainya. Lantas dimana letak pengaruhnya terhadap investor?

Industrial overcapacity akan berpengaruh pada oversupply. Oversupply akan mengakibatkan jatuhnya persentase profit perusahaan, karena supply tidak diikuti oleh demand. Bahkan China sempat disebut sebagai distorsi dalam pasar global karena terjadinya oversupply. Hal tersebut tentunya cukup merugikan investor karena laba akan berkurang dan kurang baiknya citra perusahaan dimata dunia.

Yang ketiga, konflik geopolitik dan ketegangan dengan negara0negara sekitarnya serta AS. Sudah bukan rahasia lagi jika China dan AS serta beberapa negara di sekitar wilayah China sempat terlibat konflik. Ketegangan yang terjadi bahkan menciptakan pembatasan-pembatasan tertentu. Seperti kebijakan trade traffic oleh AS atas barang impor dari China. Hal ini akan berpengaruh pada terbatasnya arus perdagangan barang dari perusahaan. Jika hal tersebut terjadi potensi dan peluang yang dapat diperoleh perusahaan terutama dalam era globalisasi ini tidak akan dimanfaatkan dengan maksimal. Artinya investasi akan berhenti pada perusahaan tanpa pengembangan yang signifikan. Bahkan investor akan merasakan efek terbatasnya pergerakannya karena keterkaitan investasi dengan China yang menjadi rival negara-negara lain.

Kemudian yang terakhir, krisis populasi yang semakin menua. Sejak terjadinya pandemic covid-19, populasi China tentunya turun drastis. Namun covid bukan menjadi penyebab utama krisis ini. Penyebab utamanya adalah menurunnya minat masyarakat untuk bereproduksi. Hal ini akan berdampak pada persediaan tenaga kerja dan regenerasi tenaga ahli dalam perusahaan. Apabila sekarang perusahaan dimana investor dapat berproduksi dengan baik, dalam kurun waktu 10 tahun mendatang tentunya akan memerlukan tenaga-tenaga baru. Hal inilah yang akan mengancam keberlangsungan perusahaan apabila krisis aging population ini terus berlanjut.

Secara singkat, country risk China dari yang terendah ke tertinggi adalah, political risk, financing risk, commercial risk, economic risk, dan business environment risk.

Referensi

Allianz Trade. China's Country Rating, Strength and Weakness, Economic Overview, Trade Structure, and Collextion Complexity. https://www.allianz-trade.com/en_US/resources/country-reports/china.html#link_internal_2. [Diakses pada 25 Maret 2023].

The Economist. 2023. For The First time Since 1960s, China's Population is Shrinking. https://www.economist.com/china/2023/01/17/for-the-first-time-since-the-1960s-chinas-population-is-shrinking. [Diakses pada 25 maret 2023].

The Economist. 2021. How Threatening are The High Levels of Corporate Debt? https://www.economist.com/finance-and-economics/2021/09/23/how-threatening-are-the-high-levels-of-corporate-debt. [Diakses pada 25 Maret 2023].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun